Bukan Menyerang, Tapi Melindungi: Misi Kiai Abdul Wahab Ahmad Membongkar Penyalahgunaan Tiga Hal Ini
Beberapa waktu lalu, Kiai Abdul Wahab Ahmad, seorang ulama muda NU yang dihormati, menyampaikan analisis kritis tentang fenomena "orang-orang sesat yang mencari perlindungan di balik tiga hal: tarekat & hakikat, NU, serta kebhinekaan & toleransi." Pernyataan ini memantik reaksi beragam, sebagian memahaminya secara utuh, sebagian lagi menolak dengan tuduhan tidak berdasar.
Sebelum bereaksi emosional, mari kita telaah maksud beliau secara objektif:
1. Tarekat dan Hakikat
Tarekat dan hakikat adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi Islam yang sahih. Namun, beliau mengingatkan bahwa banyak aliran menyimpang yang memanfaatkan kedok "tarekat" atau "hakikat" untuk menjustifikasi praktik bid’ah, syirik, atau penyimpangan akidah. Contohnya:
- Kelompok yang mengklaim "tidak perlu syariat karena sudah mencapai hakikat".
- Ajaran sesat yang "menyembah guru" dengan dalih "kewalian".
Ini bukan serangan terhadap tarekat sufi ahlussunnah, melainkan peringatan agar umat tidak terjebak pada penyimpangan yang bersembunyi di balik istilah mulia.
2. NU (Nahdlatul Ulama)
NU adalah organisasi Islam terbesar yang berjasa menjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Namun, beliau menyoroti "oknum" yang memanfaatkan nama NU untuk membela hal-hal bertentangan dengan prinsip NU sendiri, seperti:
- Membela kelompok sesat dengan dalih "kebebasan bermazhab".
- Menoleransi ritual-ritual di luar Islam dengan tameng "kearifan lokal".
Kritik ini bukan pada NU sebagai institusi, tetapi pada penyalahgunaan nama NU untuk membungkus penyimpangan.
3. Kebhinekaan dan Toleransi
Indonesia berdiri di atas prinsip kebhinekaan dan toleransi yang mulia. Namun, beliau mengingatkan bahwa sebagian pihak menyalahgunakan istilah ini untuk:
- Melegalkan pemikiran atau ritual yang jelas-jelas melanggar syariat Islam.
- Menekan umat Islam yang mengkritik kesesatan dengan cap "intoleran".
Toleransi sejati bukan berarti diam terhadap kesalahan, tetapi menegakkan kebenaran dengan bijak.
Kiai Abdul Wahab Ahmad seakan-akan berkata:
“Wahai umat Islam, jangan sampai kalian tertipu oleh kemasan. Kesesatan bisa bersembunyi di balik baju para sufi, di bawah bendera ormas besar, atau atas nama toleransi yang indah. Waspadalah, karena kebenaran sejati hanya bisa ditimbang dengan ilmu dan ditakar dengan syariat.”
Penting Dipahami:
- Kiai Abdul Wahab Ahmad tidak menyerang tarekat, NU, atau kebhinekaan itu sendiri, tetapi mengungkap penyalahgunaannya oleh kelompok tertentu.
- Kritik beliau bersifat preventif, bukan generalisasi. Ini adalah tradisi ulama yang selalu membedakan antara yang sahih dan palsu.
- Tuduhan keji terhadap beliau (seperti "provokator" atau "pemecah-belah umat") adalah bukti kedangkalan memahami niat mulia seorang ulama yang ingin menjaga kemurnian agama.
Bagi yang Tidak Terima:
Daripada tersinggung, mari diskusikan dengan dalil dan data:
- Adakah kelompok yang mengaku tarekat tetapi menolak syariat?
- Adakah yang memakai bendera NU untuk membela aliran sesat?
- Adakah yang memaksa umat menerima kesesatan dengan dalih toleransi?
Jika fakta-fakta itu ada, berarti kritikan beliau valid dan perlu direspons dengan koreksi, bukan emosi.
Umat Islam harus cerdas membedakan antara "membela kebenaran" dan "terjebak sentimentalitas". Kritik ulama adalah nasihat untuk kebaikan, bukan permusuhan. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
"Agama adalah nasihat." (HR. Muslim).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber FB Ustadz : Abu Ammar Al-Makki