Cara Ateis dan Orang Beriman Memandang Mekanisme Alam

CARA ATEIS DAN ORANG BERIMAN MEMANDANG MEKANISME ALAM

CARA ATEIS DAN ORANG BERIMAN MEMANDANG MEKANISME ALAM

Ketika misalnya ada burung yang terbang di langit, orang beriman akan menjadikan itu sebagai tanda kekuasaan Allah yang membuat burung itu tidak jatuh. Subhanallah.

Sedangkan atheis mengolok-ngolok orang beriman dan menganggap ucapan itu sebagai kebodohan. Bagi mereka, yang menahan burung itu bukan Allah tetapi berbagai faktor yang kompleks, yaitu:

1. Sayap dan Bulu - Sayap burung memiliki bentuk aerodinamis yang menghasilkan gaya angkat ketika bergerak melalui udara. Bulu burung ringan tetapi kuat, membentuk permukaan sayap yang halus dan fleksibel.

2. Tulang Berongga - Tulang burung berongga dan berisi kantung udara, membuatnya sangat ringan tetapi tetap kuat, mengurangi berat total tubuh.

3. Sistem Pernapasan Efisien - Burung memiliki sistem pernapasan dengan kantung udara yang memungkinkan aliran oksigen terus-menerus, memberikan energi untuk aktivitas terbang yang membutuhkan banyak tenaga.

4. Otot Dada Kuat - Otot dada burung sangat berkembang dan terhubung ke tulang dada yang besar (sternum), memberikan kekuatan untuk mengepakkan sayap.

5. Metabolisme Tinggi - Burung memiliki metabolisme yang tinggi yang menghasilkan energi yang cukup untuk terbang.

6. Struktur Tubuh Kompak - Tubuh burung memiliki bentuk yang kompak dan streamline yang mengurangi hambatan udara.

7. Sistem Keseimbangan - Ekor dan kemampuan mengontrol bulu-bulu individual memungkinkan manuver dan stabilitas saat terbang.

Semua adaptasi ini bekerja bersama-sama memungkinkan burung untuk mengatasi gravitasi dan terbang dengan berbagai cara, dari terbang mengepak hingga melayang. Dalam proses ini bagi mereka tidak ada keterlibatan Tuhan sama sekali. Bagi ateis, orang beriman membawa-bawa Tuhan sebab mereka tidak tahu. Pokoknya segala gap ketidaktahuan diisi dengan Tuhan, begitu kata mereka.

Padahal bagi orang beriman, pengetahuan tentang keterlibatan Allah dan pengetahuan tentang teknis burung terbang bukanlah dua hal yang saling meniadakan. Justru pengetahuan tentang teknis burung terbang menjadi bukti kuat bahwa Allah terlibat dalam hal tersebut. Karena kecerdasannya, orang beriman mampu mencapai kesimpulan akhir tanpa harus menunggu perkembangan ilmu pengetahuan. Ketika ilmu pengetahuan belum maju, ia sudah dapat menyimpulkan secara tepat dan ketika ilmu pengetahuan semakin berkembang, keimanan mereka justru semakin bertambah sebab melihat begitu canggihnya cara Tuhan bekerja mengatur alam. 

Dalam hal terbangnya burung di udara, orang beriman di masa lalu langsung dapat menyimpulkan bahwa pasti ada sosok yang menciptakan sistem yang kompleks sedemikian rupa sehingga membuat burung tersebut mampu melawan gaya gravitasi. Sebuah sistem yang kompleks pasti merupakan hasil dari sebuah rancangan cerdas, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Dua hal yang bekerja dengan saling melengkapi dan terkait satu sama lain saja secara rasional sudah menjadi bukti bahwa ada pihak ketiga yang membuat dua hal tersebut, apalagi bila yang dibahas bukan hanya dua hal tetapi sebuah sistem yang kompleks, maka keterlibatan pihak luar yang berperan menjadi desainernya menjadi keniscayaan yang tidak dapat dibantah.

Meskipun karena belum majunya ilmu pengetahuan sehingga ia tidak paham bagaimana sistem tersebut bekerja, akan tetapi orang beriman langsung dapat sampai pada kesimpulan yang logis bahwa pasti ada pencipta yang merancang sistem tersebut. Sebagaimana mustahil struktur kompleks seperti menara Eiffel bisa berdiri tanpa ada rancangan cerdas di baliknya, struktur kompleks yang membuat burung bisa terbang juga sama mustahil terjadi tanpa ada rancangan cerdas di baliknya. Kesimpulan logis ini dapat diketahui tanpa harus menunggu pengetahuan tentang detail cara kerja struktur tersebut. Jadi, ini bukan soal ada tidaknya gap ilmu pengetahuan tetapi soal logika formal. Meyakini bahwa sistem yang membuat burung dapat terbang bisa terjadi tanpa keterlibatan desainer di baliknya adalah sama bodohnya dengan meyakini bahwa sistem yang membuat besi-besi yang menyusun menara Eiffel terbentuk tanpa keterlibatan desainer di baliknya.

Ketika ilmu pengetahuan semakin maju sehingga orang beriman mengetahui bagaimana detail sistem tersebut bekerja hingga dapat menjelaskan dengan rinci unsur-unsur kompleks yang menyebabkan seekor burung dapat terbang seperti di atas, maka orang beriman semakin yakin bahwa yang merancang sistem tersebut pastilah sangat hebat dan ketelitiannya sangat tinggi. Susunan tubuh burung berasal dari cetak DNA yang begitu canggih yang membuat sayap dan bulunya berbentuk sedemikian rupa hingga mempunyai daya aerodinamika, tulangnya yang berongga sehingga ringan, otot dadanya yang kuat, metabolisme tubuh yang luar biasa, bentuk tubuh yang kompak, sistem pernapasan yang efisien dan kemampuan untuk menyeimbangkan diri secara presisi, semuanya menunjukkan sebuah desain dari Sang Desainer Yang Maha Hebat. Bahkan tidak perlu sampai burungnya terbang, melihat rangkaian kode rumit dalam DNA burung saja sudah cukup bagi orang beriman untuk sampai pada kesimpulan tersebut.

Seandainya pun dikata bahwa itu semuanya adalah hasil evolusi, maka dalam perspektif orang beriman, evolusi itu sendiri dapat dipastikan merupakan sebuah sistem yang didesain begitu hebatnya oleh Sang Desainer Yang Maha Kuasa yang lepas dari keterikatan ruang dan waktu sehingga Dia mampu menciptakan sebuah desain penciptaan yang berangsur sangat pelan dan memakan waktu sangat lama. Dengan evolusi, Sang Designer sedang pamer bahwa Dia tidak perlu terburu-buru sebab waktu bukan masalah baginya. Makin tertunduklah orang beriman dalam kelemahannya yang hanya mampu memandang Sang Designer dengan kekaguman yang luar biasa.

Dengan pengetahuan yang seiring zaman semakin detail seperti itu, makin mantaplah keimanannya kepada Sang Desainer sistem tersebut yang kemudian dari para rasul yang klaim kerasulannya telah teruji secara empiris, dia tahu bahwa nama Desainer tersebut adalah Allah. Dengan kalimat pendek untuk kebutuhan ungkapan sehari-hari, orang yang beriman akan berkata bahwa burung bisa terbang karena ditahan oleh Allah dengan sistem kompleks yang Dia ciptakan. Tentang orang-orang yang cerdas ini Allah berfirman:

أَلَمۡ یَرَوۡا۟ إِلَى ٱلطَّیۡرِ مُسَخَّرَ ٰ⁠تࣲ فِی جَوِّ ٱلسَّمَاۤءِ مَا یُمۡسِكُهُنَّ إِلَّا ٱللَّهُۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یُؤۡمِنُونَ 

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman. [Surat An-Nahl: 79]

Semoga bermanfaat

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Cara Ateis dan Orang Beriman Memandang Mekanisme Alam - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®