Fikih Ramadan Untuk Wanita

Fikih Ramadan Untuk Wanita

Fikih Ramadan Untuk Wanita

Sejak kecil, lanjut menikah dan tinggal di rumah mertua hingga bersama dengan anak istri, saya saksikan seorang ibu menjadi motor utama dalam ibadah puasa. Ibu bangun sebelum yang lain terbangun, memasak dan menyiapkan hidangan sahur. Keluar dari dapur juga terakhir setelah semua beres dan bersih. Demikian pula saat jelang berbuka, persiapan ditata oleh seorang ibu. Di ranah ibadah wanita hadir saat Tarawih, membawa minuman dan makanan ringan untuk Tadarus, tidak lupa Tahajjud. Pagi juga paling awal bangun untuk kerja atau menyekolahkan anak. Semoga Allah tidak menyia-nyiakan tiap kebaikan seorang wanita selama Ramadan.

Sebelum masuk Ramadan ada kewajiban bagi wanita:

قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

Aisyah: “Kami mengalami haid, kami diperintah qadha’ puasa dan tidak diperintah qadha’ salat” (HR Muslim)

Di bulan Syaban ini adalah bulan terakhir untuk menunaikan hutang puasa. Sebagaimana riwayat:

عَنْ أَبِى سَلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - تَقُولُ كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

Aisyah berkata: “Saya punya (hutang) puasa Ramadlan, saya tidak bisa meng-qadal’nya kecuali di bulan Sya’ban” (HR Muslim)

Bagaimana jika sempat membayar hutang puasa 2 hari sementara masih tersisa 5 hari? Dalam Mazhab Syafi'i dikenakan denda membayar fidyah:

( وَمَنْ أَخَّرَ قَضَاءَ رَمَضَانَ ) أَوْ شَيْئًا مِنْهُ ( مَعَ إمْكَانِهِ ) بِأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ عُذْرٌ مِنْ سَفَرٍ أَوْ غَيْرِهِ ( حَتَّى دَخَلَ رَمَضَانُ آخَرَ لَزِمَهُ مَعَ الْقَضَاءِ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ ) لِأَنَّ سِتَّةً مِنْ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ قَالُوا بِذَلِكَ 

"Menunda qadla’ puasa Ramadan sampai tiba Ramadan kedua tanpa udzur seperti sakit, maka wajib qadla’ dan fidyah. Berdasar fatwa 7 Sahabat" (Mughni Muhtaj, 5/281)

Namun jika tertunda karena hamil atau memberi ASI maka bagian dari uzur dan tidak terkena fidyah.

Mencicipi Makanan 

Ibu yang bertugas memasak atau berjualan untuk takjil maka boleh mencicipi makanan. Asalkan sisa rasa di lidah kemudian diludahkan. Sebagaimana riwayat Sahabat berikut:

عن ابن عباس قال : لا بأس أن يتطاعم الصائم بالشيء يعني المرقة ونحوها 

Ibnu Abbas: “Orang puasa boleh mencicipi kuah makanan dan lainnya” (Riwayat Al-Baihaqi)

Cipika Cipiki Di Bulan Ramadan 

Para ulama memerinci soal mencium istri saat Ramadan. Ada yang menghukumi makruh meskipun tanpa syahwat. Jika mencium istri disertai syahwat maka puasanya sah tapi pahalanya berkurang. Apa ukuran syahwat? Yaitu ngerenyeng (kayak kesetrum gitu). Kalau sampai PLTU (nemPel Langsung meTU) bagaimana? Ulama Mazhab Hambali menjelaskan:

إذا قبل الصائم فأمنى [أي: أنزل المني] فإنه يفطر بغير خلاف نعلمه 

Jika orang yang puasa mencium lalu keluar sperma maka puasanya batal tanpa ada perbedaan antara ulama (Al-Mughni, 4/361)

Wanita Ke Masjid

Masjid yang saya temui di sekitar kota, baik di kawasan gang-gang yang padat penduduk atau perumahan hampir pasti aman. Sehingga untuk wanita ke masjid boleh saja asalkan tidak bersolek berlebihan dan diizinkan oleh suami, seperti hadis yang ditujukan kepada para suami:

عَنِ عَبْد اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ لاَ تَمْنعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Jangan larang istri kalian ke masjid, jika mereka meminta izin pada kalian” (HR Muslim dari Ibnu Umar)

Datang Bulan di Malam Lailatul Qadar 

Ini pertanyaan paling sering disampaikan ketika malam akhir Ramadan tidak bisa ke masjid lantaran datang bulan. Saya sampaikan bahwa amalan malam Lailatul Qadar tidak harus ke masjid tapi bisa dengan amal saleh lainnya:

وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ : الْعَمَلُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَالصَّدَقَةُ وَالصَّلاَةُ وَالزَّكَاةُ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Anas berkata: “Amal ibadah di malam Lailatul Qadar, sedekah, salat dan zakat adalah lebih utama daripada 1000 bulan” (al-Hafidz as-Suyuthi dalam ad-Durr al-Mantsur 10/303)

• Bersama Bunda-bunda Az-Zahra Sidoarjo di Masjid Agung Sidoarjo 

Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Fikih Ramadan Untuk Wanita - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®