Khitan Perempuan, Tidak Wajib atau Haram?

Khitan Perempuan, Tidak Wajib atau Haram?

Khitan Perempuan, Tidak Wajib Atau Haram?

Sejak belajar Fikih hingga di bagian perumusan masalah kontemporer, saya selalu menemukan sudut pandang medis sebagai pertimbangan yang menentukan hukum di Fikih, mulai bab bersuci, puasa, haji, pernikahan, jual beli, kesaksian dan sebagainya.

Akhir pekan kemarin saya ngaji Fikih bersama Mahasiswa Calon dokter di Fakultas Kedokteran, Unair. Kali ini bahas bab khitan. Saya tanya kok bahas bab khitan? Karena untuk keperluan bakti sosial khitan masal gratis. Pekan kemarin membahas Fikih secara teoritis, pekan depan mulai belajar praktek, sehingga saat bakti sosial khitan masal sudah menguasai keseluruhannya. Luar biasa. Berkah ilmuny untuk teman-teman calon dokter.

Saya menjelaskan sisi hukum kewajiban secara hukum Fikih dan dampaknya. Untuk khitan laki laki adalah wajib berdasarkan ayat dan hadis berikut:

باب الختان واجب روينا في الحديث الثابت ، عن الأعرج ، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « اختتن إبراهيم النبي صلى الله عليه وسلم وهو ابن ثمانين سنة بالقدوم » قلت : وقد قال الله عز وجل : ثم أوحينا إليك أن اتبع ملة إبراهيم حنيفا 

Khitan adalah wajib. Nabi bersabda; "Nabi Ibrahim khitan di usia 80.mDi dalam Quran ada kewajiban ikut ajaran Nabi Ibrahim. Di antaranya adalah khitan" (HR Al-Baihaqi dalam Ma’rfat As-Sunan)

Beberapa hukum berkaitan dengan laki-laki yang tidak khitan adalah:

1. Makruh Jadi Imam Salat 

قوله: (وتكره إمامة الاقلف الخ) ولعل وجهه أن القلفة ربما منعت وصول الماء إلى ما تحتها واحتمال النجاسة كاف في الكراهة 

Anak yang belum sunat hukumnya makruh menjadi imam salat. Sebab ada kemungkinan najis di bawah ‘kulup’ (Syarwani, 2/298)

Makanya sampai saat ini belum saya jumpai Pak Dosen Yaser Muhammad Arafat ngimami jumatan karena kuatir tidak sah salatnya.

2. Tidak Bisa Cebok Kecuali Pakai Air

( قَوْلُهُ وَلَا يُجْزِئُ الْحَجَرُ فِي بَوْلِ الْأَقْلَفِ ) لِأَنَّ بَاطِنَ الْقُلْفَةِ لَا يُمْكِنُ مَسْحُهُ بِالْحَجَرِ وَدَاخِلُ الْجِلْدِ يَتَنَجَّسُ وَهُوَ مَأْمُورٌ بِقَطْعِهَا فَهِيَ فِي حُكْمِ الظَّاهِرِ .

Bagi yang belum khitan harus bersuci pakai air, tidak bisa pakai batu (Asna Al Mathalib, 1/266)

3. Ketika Wafat Wajib Dibersihkan Area Zakarnya 

(قوله: حتى ما تحت قلفة الاقلف) غاية في البدن الذي يجب تعميمه بالماء، أي فيجب إيصال الماء إلى إلى ما تحت قلفه الاقلف فلا بد من فسخها ليمكن غسل ما تحتها

Jika anak belum khitan wafat maka wajib membasuh di area dalam kulupnya agar suci dari najis (Ianah Thalibin 2/125)

4. Kewajiban Membersihkan Najis Di Bagian Dalam Kulup 

فالشّافعيّة والحنابلة يوجبون تطهير ما تحت القلفة في الغسل والاستنجاء ، لأنّها واجبة الإزالة ، وما تحتها له حكم الظّاهر. وذهب الحنفيّة إلى استحباب غسلها في الغسل والاستنجاء ، ويفهم من عبارة مواهب الجليل أنّ المالكيّة لا يرون وجوب غسل ما تحت القلفة.

Mazhab Syafiiyah dan Hambali mewajibkan untuk mensucikan di bawah ‘kulup’ / tidak khitan. Ulama Hanafiyah menghukumi sunah (tidak wajib), demikian pula ulama Malikiyah. (Al-Mausuah Al Fiqhiyah, 2/1995)

Khitan Wanita 

Bagaimana khitan wanita? Saya tahu di medis tidak diperbolehkan. Saya tetap menyampaikan pendapat 4 Mazhab. Kebanyakan Ulama tidak mewajibkan:

عن أبى ايوب قال قال النبي صلى الله عليه وسلم الختان سنة للرجال ومكرمة للنساء -

Hadis “Khitan bagi laki-laki adalah jalan hidup dan kemuliaan bagi wanita” (HR Baihaqi)

Mufti Al-Azhar, Syekh Hasanain Makhluf memberi kesimpulan:

ﻓﺘﻠﺨﺺ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺧﻔﺎﺽ اﻷﻧﺜﻰ ﻟﻴﺲ ﻭاﺟﺒﺎ ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ اﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻭاﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻭاﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻭﻣﺮﻭﻯ ﺃﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻓﻼ ﻳﻮﺟﺐ ﺗﺮﻛﻪ اﻹﺛﻢ 

"Kebanyakan ulama menyatakan bahwa khitan wanita tidak wajib. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah dan sebagian ulama Syafi'iyah. Dan bila wanita tidak dikhitan maka tidak berdosa" (Fatawa Al Azhar, Ahkam khitan, 207)

Jadi, bagi saya, cukup dihukumi tidak wajib. Bukan sampai haram. Sebab jika dihukumi haram konsekuensinya berat, yakni berdosa, di samping itu belum ditemukan dalil qath'i yang mengharamkannya. Kalau alasan membahayakan pada wanita, ternyata sejak dulu masa imam-imam Mazhab tidak banyak yang mengalami resiko besar. Saat inipun sudah semakin jarang menemukan tempat khitan wanita, sebab rumah sakit maupun bidan sudah tidak melayani. Sementara 'dukun anak' sudah banyak yang wafat dan tidak diajarkan kepada penerusnya.

Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Khitan Perempuan, Tidak Wajib atau Haram? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®