Tahaddus Bin Ni'mah ?
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Jika nikmat yang kita tunjukkan ke khalayak ramai membuat manusia mengagungkan Allah maka itu termasuk tahaddus bin nikmah, jika tidak maka ada riya halus yang tersembunyi di dalam hati sanubari.
Pelaku tahaddus bin nikmah mungkin diawal murni untuk tahaddus bin nikmah, tetapi karena ada pujian membuatnya melayang terbang dan pada saat direndahkan meradang dan tak senang, jika ini terjadi bermakna tahaddusnya masih menerawang.
Tahaddus bin nikmah menceritakan dan menampakkan nikmat yang Allah berikan kepada hambanya dengan tujuan mengagungkan pemilik nikmat, agar iman bertambah kuat, bukan menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya istimewa.
Jika terselip sinyal ingin membesarkan diri di hadapan makhluk dengan nikmat yang diberi maka bukan nikmat lagi namanya tetapi niqmah, yang artinya ujian, musibah dan penyakit.
Tetapi banyak yang tak sadar bahwa itu niqmah sehingga terlena, karena menganggap itu bagian dari tahaddus bin nikmat, sampai ajal menjemput, maka sesungguhnya ujian terberat itu pada saat kita merasa nyaman atas nikmat, ternyata ia adalah ujian keimanan.
Jika kita hanya selalu menceritakan nikmat yang istimewa dan mengeluh ketika keinginan kita tidak tercapai, silahkan cek kembali, apakah murni tahaddus bin ni'mah atau hanya sekedar pamer ?
Tahaddus bin nikmah bukan hanya cerita tentang nikmat istimewa tetapi bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, suka atau tidak suka, senang atau tak senang kondisi yang dialaminya tetap menyampaikan bahwa itu nikmat terbaik yang Allah berikan.
Maka salah kaprah kita yang memahami bahwa tahaddus bin nikmah hanya berupa keistimewaan berupa materi, uang, harta jabatan dan kekuasaan, dan melupakan nikmat dasar yang Allah berikan, padahal tanpa nikmat dasar tersebut maka tidak ada gunanya harta dan jabatan.
Disebabkan melupakan nikmat dasar berupa nikmat hidup dan sehat, sehingga tahaddus bin nikmah lari dari hakikat yang diinginkan tetapi lebih kepada ingin dilihat dan dibesarkan.
Renungan ini bukan untuk menunjuk mereka yang selalu menceritakan nikmat Allah pada dirinya, terutama nikmat yang tak mampu diraih orang lain, tetapi hanya untuk mengingat diri bahwa tahaddus hin nikmah yang tertinggi itu ketika kita ditanya bagaimana keadaan mu, maka dijawab bahwa saya dalam keadaan terbaik, walaupun pada saat itu kehidupannya susah dan sulit.
Tahaddus bin nikmat yang terbaik adalah bersyukur atas semua yang diberi dan qona'ah atas yang dimiliki, tetap semangat meraih nikmat bernilai tinggi seraya mengagungkan pemilik rizki, tanpa membesarkan diri dan ingin dihargai, dan tidak iri dengki atas nikmat orang lain.
Dalu - dalu, Jumat 16 Mei 2025
Yuk umroh, yang berniat dan minat hubungi kami, konsultasi gratis 😀
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
