Tidak Jadi Dialog
Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Wahabi, adalah skandal terbesar kesesatan Wahabi. Karena dengan konsep tauhid Rububiyah dan Uluhiyah ini, kaum Wahabi berpandangan bahwa orang-orang Musyrik seperti Abu Jahal dan Abu Lahab adalah orang yang bertauhid Rububiyah. Tentu dalam hal ini, Wahabi menolak terhadap ayat-ayat al-Quran bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab adalah terjerumus dalam lumpur syirik Rububiyah.
Sekitar tahun 2020 yang lalu, saya terlibat polemik melalui video di YouTube, dengan seorang ustadz Wahabi asal Sijunjung Sumatera Barat. Si Wahabi tersebut walaupun doktor alumni Saudi Arabia, sering salah dalam membaca kitab. Hal ini bisa dilihat dengan menyimak video-video nya yang berpolemik dengan saya.
Belakangan, setelah polemik berkepanjangan, ada kader Wahabi dari Bekasi menghubungi saya via chat wa. Pada intinya, kader Wahabi ini meminta saya untuk tidak melanjutkan polemik di YouTube, dan sebagai kompensasi yang ia tawarkan akan mempertemukan saya dengan beberapa ustadz Wahabi sekitar sepuluh orang dalam dialog tertutup. Akhirnya permintaan orang Wahabi ini saya limpahkan kepada teman saya di Cikarang Bekasi, Ust Abdurrahim Arief, untuk melakukan negosiasi. Akhirnya beliau yang melakukan komunikasi dengan kader Wahabi tersebut. Ternyata begitu permintaannya diseriusi tidak satupun dari sepuluh ustadz Wahabi itu yang siap berdialog dengan saya. Dialog akhirnya gagal.
Beberapa ustadz Wahabi yang dihubungi itu ada yang pernah terlibat dialog dengan saya dan meminta berhenti di tengah jalan. Ada juga yang bilang di depan jamaahnya pernah membantai saya, tetapi tidak disampaikan dalam soal apa ia membantai saya.
Pertanyaannya, mengapa kader Wahabi dari Bekasi tersebut meminta saya menghentikan polemik di YouTube? Tentu karena pihak Wahabi tidak bisa membantah bahwa Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah versi Wahabi itu bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran yang dengan tegas menyatakan kesyirikan Abu Jahal dan Abu Lahab dalam hal Rububiyah.
Ada Ustadz Wahabi bilang di depan jamaahnya, pernah berdebat dengan saya di Sumenep dan membantai saya. Lalu bilang, videonya sengaja tidak saya posting di YouTube.
Sebenarnya tidak ada perdebatan. Karena Ustadz yang bersangkutan tidak mau berdebat dan tidak mau panel satu forum dengan saya. Akhirnya karena acaranya memang satu sesi, tetap dilakukan satu forum dengan permintaan dia tidak ada debat dalam acara.
Pada waktu itu saya membicarakan tentang Ahlussunnah Waljamaah. Sedangkan si Wahabi itu berbicara tentang Syi'ah. Hanya saja dalam acara tersebut, si Wahabi sempat menyampaikan pernyataan dan mengomentari buku saya dengan komentar yang sama sekali tidak ilmiah. Padahal permintaan dia sendiri tidak ada debat.
Beberapa tahun kemudian saya terkejut dengan pernyataan si Wahabi itu di depan jamaahnya yang dengan berapi-api bilang telah membantai saya. Anehnya ia tidak menjelaskan dalam masalah apa dia membantai saya? Harusnya ia jelaskan.
Beberapa tahun dari kejadian itu, pada tahun 2015, ketika ada parade Ahlussunnah Waljamaah di Aceh, orang-orang Wahabi menyebarkan isu-isu di medsos bahwa si Wahabi tersebut menantang saya debat. Ternyata setelah berita itu beredar, atasan si Wahabi tersebut datang ke rumah saya dan menyatakan bahwa isu-isu tantangan debat itu bukan dari si Wahabi yang bersangkutan. Tetapi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sekitar tahun 2020 yang lalu, ketika saya terjadi polemik dengan si Wahabi tersebut via YouTube dan Instagram, ada beberapa pihak yang berusaha mengundang si Wahabi tersebut untuk berdialog dengan saya. Ternyata orang tersebut menghindar dan tidak mau.
Sumber FB Ustadz : Muhammad Idrus Ramli