Pertanyaan:
Ketika seorang Ustadz menjawab pertanyaan, “Tidak boleh membaca Yasin bersama menurut Wahabi”. Atau, “Ustadz anu adalah Ustadz Wahabi”. Apakah kalimat tersebut mengandung ejekan?
Mantan Mufti Saudi Arabia Syekh Abdul Aziz ibn Baz berkata, “Wahabi dinisbatkan kepada Syekh Imam Muhammad ibn Abdul Wahab, wafat tahun 1206H”. (Sumber: Majmu’ Fatawa Ibn Baz, Juz.IX, hal.230). Artinya, Wahabi bukan penghinaan. Tapi penisbatan.
Pada tahun 1342 H, lebih seratus tahun yang lalu, Kerajaan Saudi Arabia mencetak kitab berjudul al-Hadiyyah as-Sunniyyah wa at-Tuhfah al-Wahhabiyah an-Najdiyah. (Cover kitab terlampir). Kitab ini dicetak atas perintah King Abdul Aziz. Tidak mungkin kata Wahabi sebagai ejekan.
Dr Muhammad Khalil Harasy menulis kitab berjudul al-Harakah al-Wahhabiyyah. Kitab ini dicetak Universitas Islam Madinah tahun 1396H.
Wahabi adalah identitas keilmuan. Sama seperti Mazhab Syafi’i, Asy’ari dan lain-lain. Seseorang yang menisbatkan orang lain kepada Wahabi bukan berarti menyerang dan orang yang dinisbatkan juga tidak perlu tersinggung.
Sumber FB : Ustadz Abdul Somad
Istilah "Wahabi" Disebutkan Dalam Wacana Keilmuan
Istilah "Wahabi" disebutkan dalam wacana keilmuan untuk menisbatkan identitas umat Rasulullah yang menyimpang dari Ahlus wal Jama'ah yang mengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dalam mengamalkan keyakinan dan amaliyah yang dianggap sebagai pelaksanaan agama. Bukan untuk mencela atau mengejek mereka.
Kok bisa dianggap mengejek?! Emang ejekan yang bermakna apa?
Kesimpulan-kesimpulan Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap maksud al-Qur'an dan Sunnah disebut sebagai ajaran Wahabi. Pengikut ajarannya disebut Wahabi. Sama dengan Kesimpulan-kesimpulan Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i disebut dengan mazhab Syafi'i dan pengikutnya disebut dengan Syafi'i (penganut mazhab Syafi'i).
Istilah Wahabi ini dikenal dalam tradisi keilmuan Islam karena diperkenalkan oleh para guru Wahabi di dalam karya-karya tertulis mereka. Seperti yang disertakan UAS dalam postingan. Bukan berasal dari luar Wahabi.
Istilah Wahabi tidak pernah ditujukan oleh ahli ilmu di zaman sekarang untuk menyebut pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab bin Rustum. Sama sekali tidak ada hubungannya.
Istilah "Wahabi" disebutkan dalam wacana keilmuan untuk menisbatkan identitas umat Rasulullah yang menyimpang dari Ahlus wal Jama'ah yang mengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dalam mengamalkan keyakinan dan amaliyah yang dianggap sebagai pelaksanaan agama. Bukan untuk mencela atau mengejek mereka.
Kok bisa dianggap mengejek?! Emang ejekan yang bermakna apa?
Kesimpulan-kesimpulan Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap maksud al-Qur'an dan Sunnah disebut sebagai ajaran Wahabi. Pengikut ajarannya disebut Wahabi. Sama dengan Kesimpulan-kesimpulan Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i disebut dengan mazhab Syafi'i dan pengikutnya disebut dengan Syafi'i (penganut mazhab Syafi'i).
Istilah Wahabi ini dikenal dalam tradisi keilmuan Islam karena diperkenalkan oleh para guru Wahabi di dalam karya-karya tertulis mereka. Seperti yang disertakan UAS dalam postingan. Bukan berasal dari luar Wahabi.
Istilah Wahabi tidak pernah ditujukan oleh ahli ilmu di zaman sekarang untuk menyebut pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab bin Rustum. Sama sekali tidak ada hubungannya.
Jika memang ditujukan untuk menyebut pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab bin Rustum, kenapa kalian merasa sensi atau marah saat disebutkan "Wahabi"? Atau jangan-jangan kalian pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Abdul Wahhab bin Rustum juga?!
Kalian ingin disebut Salafi?! Salafi itu nisbat kepada Salaf. Salaf artinya waktu yang telah berlalu. Apa kalian mau dipatenkan sebagai pengikut waktu yang telah berlalu?! Apa bisa waktu memahami al-Qur'an dan Sunnah?! Apa bisa ilmu dinisbatkan kepada waktu?!
Sekedar untuk melek sejarah, istilah "Salafiyah" itu mulai dikenalkan sebagai klaim semangat pemurnian agama sesuai al-Qur'an dan Sunnah oleh Rasyid Ridha yang wafat tahun 1935 M di Kairo Mesir.
by Ustadz : Alnofiandri Dinar
Berganti-ganti Nama
Berganti warna sesuai dengan warna dia hinggap (bunglon) dulu ada namanya khawarij agak keras main tebas, rival berbuyutannya syiah namun yang jadi korban aswaja. Kemudian datang lagi wahabi ini tidak sekeras dulu tapi lisannya tajam, tidak sesuai dengan kajiannya mudah saja dicap dangan ahlul bid'ah, yang digemakannya kajian tauhid, tapi tauhidnya mujassimah.
Sekarang berganti merek dengan manhaj salaf (salafi) tapi tak mengikuti imam salaf (madzhab) katanya langsung ikut Nabi dan sahabat, doktrinya para imam itu tidak ma'sum tapi pada kenyataannya mereka juga ikut kepada imam2 yang mereka anggap paling sunnah, anehkan?
Kajiannya seputar syirik, bid'ah, dan menyalahkan orang lain katanya inilah sunnah, aneh bin ajaib, metode takwil dibilangnya menukar ayat2 Tuhan, berziarah ke kuburan dianggap menyembah kuburan, pokoknya ia ingin beda dengan orang lain "Khalif tu'raf" berbeda agar terkenal. Jika ada yang mengkritik atau tidak senang dengan cara atau metode dakwahnya ia berqila :
Sabar, dulu Nabi berdakwah juga ditentang, seolah-olah orang yang menentang dakwahnya mereka sama dengan orang2 yang menentang dakwah Nabi tempo dulu.
Dan anehnya lagi jika ada orang yang berusaha menjelaskan kekeliruan dakwah mereka ada saja orang yang sok jadi pahlawan kesiangan berkata "jangan berdebat, jaga persatuan, kita bersaudara dll" padahal jika mereka menganggap kita bersaudara tidak akan seringan itu mulut mereka berkata " ahlul bid'ah, syirik, sesat dll.
Sumber FB Ustadz : Pardi Syahri