✍️ Sang Penjaga Rahasia Nabi
Terkait video viral yang membahas "Apakah Abu Hurairah pendusta atau tidak?", rasanya hal itu tidak perlu dibahas karena siapapun yang mengerti bahasa Arab apalagi pernah mengaji kitab-kitab hadits akan tahu bahwa penggunaan كذب dalam bahasa Arab seringkali dipakai untuk semakna dengan kata أخطأ yang artinya keliru karena adanya perberbedaan berita yang diterima, bukan dalam arti dusta, berbohong atau memalsukan berita. Sehingga jika ada teks كذب أبو هريرة maksudnya adalah “Abu Hurairah keliru”, bukan “Abu Hurairah berdusta”. Dan pembelaan terhadap Abu Hurairah sudah disampaikan oleh beberapa ustad.
Postingan ini hanya ingin menyampaikan kelebihan Abu Hurairah didalam perbendaharaan hadits, khususnya informasi rahasia masa depan. Disebutkan didalam kitab Minhajus Sunnah juz 8 halaman 137:
منهاج السنة النبوية 8/ 137:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم جِرَابَيْنِ: أَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ فِيكُمْ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَلَوْ أَبُثُّهُ لَقَطَعْتُمْ هَذَا الْبُلْعُومَ
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Aku hapal dari Rosulullah SAW dua bejana (informasi). Adapun satu bejana sudah aku sampaikan kepada kalian. Adapun bejana yang satu lagi seandainya aku menyampaikannya niscaya kalian akan mem*nggal kerongkongan ini (memb*nuh saya karena menganggap saya berdusta atas nama Rosulullah atas hal-hal besar di masa depan)”
منهاج السنة النبوية 8/ 138:
وَأَبُو هُرَيْرَةَ أَسْلَمَ عَامَ خَيْبَرَ، فَلَمْ يَصْحَبِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم إِلَّا أَقَلَّ مِنْ أَرْبَعِ سِنِينَ، وَذَلِكَ الْجِرَابُ لَمْ يَكُنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ عِلْمِ الدِّينِ: عِلْمِ الْإِيمَانِ وَالْأَمْرِ وَالنَّهْيِ، وَإِنَّمَا كَانَ فِيهِ الْإِخْبَارُ عَنِ الْأُمُورِ الْمُسْتَقْبَلَةِ، مِثْلِ الْفِتَنِ الَّتِي جَرَتْ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ: فِتْنَةِ الْجَمَلِ، وَصِفِّينَ، وَفِتْنَةِ ابْنِ الزُّبَيْرِ، وَمَقْتَلِ الْحُسَيْنِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ ; وَلِهَذَا لَمْ يَكُنْ أَبُو هُرَيْرَةَ مِمَّنْ دَخَلَ فِي الْفِتَنِ.
وَلِهَذَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ: لَوْ حَدَّثَكُمْ أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّكُمْ تَقْتُلُونَ خَلِيفَتَكُمْ، وَتَفْعَلُونَ كَذَا وَكَذَا، لَقُلْتُمْ: كَذَبَ أَبُو هُرَيْرَةَ.
“Abu Hurairah masuk Islam pada masa tahun terjadinya perang Khaybar. Dia tidak menemani Nabi SAW kecuali kurang daripada empat tahun. Dalam bejana (yang dirahasiakan) tersebut tidak terdapat sesuatu dari ilmu agama, ilmu keimanan, perintah dan larangan. Didalamnya hanya terdapat informasi tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa depan seperti tragedi-tragedi yang akan terjadi antara sesama muslim. Misalnya tragedi perang Jamal (antara Aisyah dan Ali), tragedi perang Shiffin (antara Ali dan Muawiyah), tragedi Ibnu Zubair, pemb*nuhan Husain, dan semacam itu. Oleh sebab itulah Abu Hurairah tidak termasuk orang yang terlibat didalam tragedi-tragedi tersebut.
Oleh sebab itu, Ibnu Umar pernah berkata “Seandainya Abu Hurairah menyampaikan kepada kalian bahwa kalian akan memerangi pemimpin kalian, dan kalian akan melakukan ini dan itu. Niscaya kalian akan berkata “Abu Hurairah berbohong” (maksudnya: seandainya Abu Hurairah menyampaikan itu sebelum terjadinya informasi tentang kejadian masa depan yang disampaikan oleh Nabi kepada Abu Hurairah)”
Akan tetapi, bukan Abu Hurairah satu-satunya penjaga rahasia Nabi SAW, sebab Abu Hudzaifah pun dijuluki sebagai “Sang Pemegang Rahasia” yang mana rahasia tersebut tidak diketahui oleh siapapun kecuali oleh dirinya. Rahasia yang dipegang oleh Abu Hudzaifah berkaitan dengan daftar nama orang munafiq (orang kafir yang pura-pura masuk Islam dan memusuhi Islam dari dalam).
منهاج السنة النبوية 8/ 139:
وَذَلِكَ السِّرُّ كَانَ مَعْرِفَتَهُ بِأَعْيَانِ نَاسٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ كَانُوا فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، هَمُّوا بِأَنْ يَحُلُّوا حِزَامَ نَاقَةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِاللَّيْلِ لِيَسْقُطَ، فَأَعْلَمَهُ اللَّهُ بِهِمْ، وَكَانَ حُذَيْفَةُ قَرِيبًا، فَعَرَّفَهُ بِهِمْ، وَكَانَ إِذَا مَاتَ الْمَيِّتُ الْمَجْهُولُ حَالُهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْهِ عُمَرُ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَيْهِ حُذَيْفَةُ ; خَشْيَةَ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُنَافِقِينَ.
“Rahasia tersebut adalah pengetahuan Abu Hudzaifah atas sosok-sosok manusia dari kaum munafiq yang ada pada saat perang Tabuk. Mereka ingin melonggarkan tali kekang unta Rosulullah SAW pada malam hari supaya beliau terjatuh. Maka Allah memberitahu Rosulullah atas -daftar nama- mereka, dan saat itu Abu Hudzaifah berada di dekat Rosulullah maka beliau memberitahunya atas -dafta nama- mereka. Oleh sebab itu jika ada mayat yang tidak diketahui keadaannya (apakah dia muslim atau munafiq), maka sayyidina Umar tidak mau mensholatinya sampai Abu Hudzaifah menyolatinya, sebab khawatir mayat tersebut termasuk dari kaum munafiq”
Wallahu a’lam.
Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar