Saatnya Kita Untuk Lebih Dewasa

Saatnya Kita Untuk Lebih Dewasa

𝗦𝗔𝗔𝗧𝗡𝗬𝗔 𝗞𝗜𝗧𝗔 𝗨𝗡𝗧𝗨𝗞 𝗟𝗘𝗕𝗜𝗛 𝗗𝗘𝗪𝗔𝗦𝗔

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Saya selalu menekankan kepada para santri yang saya didik di pesantren dan juga jama'ah pengajian untuk senantiasa menjaga adab kepada para ulama apapun afiliasinya dan kelompoknya, jangan pernah sedikitpun berkeinginan merendahkan ahli ilmu dari kelompok manapun.

Sebagaimana juga dahulu begitulah kami dididik oleh para guru dari berbagai jenjang pendidikan yang telah kami tempuh. Seingat saya lidah orang-orang mulia yang pernah kami teguk rembesan dari lautan ilmu mereka begitu bersih dari ragam caci maki dan kebencian kepada sesama muslim.

Bahkan ketika kami mencoba memancing dengan menghadirkan pendapat dari pihak lain yang sangat sadz, biasanya jawaban dari beliau-beliau adalah : "Tidak cukupkah kalian dengan pendapat yang lebih terang hujjahnya ?" atau yang lebih lunak "Saya tidak mengikuti pendapat yang seperti itu..."

Karena itu hari ini kami mencoba mengingatkan kita semua terlebih diri pribadi : Jangan sampai lisan kita ini terkotori dengan caci maki apalagi berani merendahkan seorang ahli ilmu, seberapapun tak sukanya kita dengan keanehan pendapatnya.

Biarkan saja ulama disanggah, dibantah atau jika perlu dibantai pendapatnya oleh sesama mereka. Kita orang awamnya, focus saja dengan mengambil faedah dan mengumpulkan ilmu dari sumber yang terpercaya sebanyak-banyaknya. 

Memang yang seru itu jika sesama kita selalu beradu tinju. Apalagi saat bisa balik memukul dengan telak pihak lawan hingga tidak berkutik. Banyak yang akan bersorak. 

Memang yang bakal rame dan banyak peminat itu jika pengajiannya ada jargonnya, seperti paling sunnah atau mungkin paling kaffah, atau paling berdalil, paling bersanad atau yang bawa-bawa klaim moderat. Sedangkan yang bergenre "udah kita semua sama, cuma beda pemahaman dalilnya" akan dianggap lembek dan terlalu standar.

Tapi masak iya sampai dunia ilmu mau kita kotori dengan sesuatu yang cuma nyari rame dan asal seru-seruan ? Di mana adab, kemana akhlaq ? Dan yang tak kalah penting mau dikemanakan amanah ilmiah yang kelak akan dimintakan tanggung jawab ? 

Jika kepada orang kafir saja kita bisa menjaga etika dan kepatutan, masak iya kepada sesama muslim hanya karena beda madzhab kita begitu barbar dan ingkar bahkan di saat mereka benar ?

Tapi kan mereka itu memang songong dan sombongnya luar biasa. Suka merendahkan amaliyah yang berbeda, mudah mengharamkan dan menvonis bid'ah bahkan dengan gampangnya mengkafirkan sesama muslim.

Sederhana. Jika kita juga melakukan hal yang sama, berperilaku sama rendahnya dengan mereka, lalu apa bedanya kita dengan mereka ?

Saya mengamati, kalangan yang disebut Wahabi atau Salafi itu awalnya memang kasar seperti yang sering kita gambarkan. Namun ketika banyak dari kita balik mencounter dengan cara yang umumnya lebih kasar, umat justru akan bersimpati kepada kelompok ini.

Bahkan kesan yang terbangun belakangan ini malah mereka yang seperti terdzalimi. Sebagian kita malah memilih menggunakan cara-cara rendahan dan murahan seperti dengan menutup pengajian. Atau meneriaki "Wahabi, radikal dan sebutan buruk lainnya."

Ini justru akan menjadi iklan gratis untuk mereka. Ketika sebagian orang yang mulai penasaran dan mulai jemu dengan cara beragama yang dipandang juga tidak lebih baik karena sudah banyak main-main, dan cenderung liberal, mereka akan mulai mencari apa itu "wahabi".

Dan ketika mereka mendapati yang selama ini dituduh radikal, kasar, tanduk setan, khawarij dan diburuk-burukan itu ternyata lebih sunnah, juga nampak lebih ilmiah akhirnya mereka pun terpikat dan memilih berpindah haluan.

Itu jawaban mengapa dakwah saudara-saudara kita dari kalangan "Salafi" hari ini begitu menggeliat dan mulai menjamur di mana-mana. Paling tidak seperti itu yang ada di daerah saya dan beberapa tempat lainnya.

Seharusnya, jika kita yakin memiliki pemahaman yang lebih tepat, lebih selamat, dan yang cocok untuk kaum muslimin terkhusus di negeri ini, kita harus mulai focus dengan perbaikan bukan memburuk-burukkan pihak lain. 

Amputasi sesegera mungkin kelompok liberal dan sekuler yang hanya numpang hidup di tubuh umat Islam. Mereka ini benalu sebenarnya yang merusak dakwah. Memakai jubah kebesaran ahlussunnah wal jama'ah dan topeng "dakwah ramah" untuk menyebarluaskan pemahaman menyimpang mereka.

Atau perbaiki ke dalam oknum-oknum yang merusak citra dakwah ahlussunnah wal Jama'ah yang hanya ingin numpang panggung padahal ilmu nihil, atau yang mengajarkan khurafat dan hal-hal sesat demi meraup keuntungan pribadi.

Jika sudah, langkah selanjutnya adalah dengan menurunkan ulama-ulama kita yang hebat -hebat dari berbagai faksi untuk berdiskusi dan melakukan debat ilmiah. Hidupkan kembali tradisi para ulama dalam menjaga kemurnian ilmu dan keagungannya.

Sudahi keributan awam dengan mengambil alih debat ala ahlu sosmed wa google al youtubi itu. Gantikan dengan sajian berbobot adu kitab dan rujukan dari kalangan ahli ilmunya.

 Gunakan cara beradab ini, dan lihat hasilnya pasti umat akan segera kembali terjaga, dan mereka yang sudah kadung merasa paling nyunnah dan benar minimal akan tersadarkan. Dan bisa menghargai perbedaan.

Dan nggak usah khawatir, saya sangat yakin, kitalah yang pasti akan memenangkan pertarungan ini. Mengapa ? Karena target kalangan yang menyalah-nyalahkan pihak lain, untuk bisa menang mereka harus bisa membuktikan kesalahan pihak yang disalahkan. 

Sedangkan pihak yang disalah-salahkan, ketika bisa membuktikan bahwa ia tidak salah itu sudah menjadi kemenangan baginya. Apalagi bila bisa sambil menyerang balik dengan membuktikan kesalahan pihak yang merasa benar itu.

Dan amaliyah empat madzhab, terlalu kokoh untuk bisa digoyahkan oleh model dakwah dan gerakan apapun. Raksasa keilmuan yang dibangun secara "open Sourse" oleh ribuan ulama selama kurun ribuan tahun, rasanya terlalu mengada-ada jika mau dihadap-hadapkan dengan kelompok kemarin sore sekeren apapun jargon dan aksesorisnya.

Terbukti, harakah manapun hanya menjadi besar jika mereka mau mengikuti atau minimal tidak mencari masalah dengan madzhab yang empat.

Kapan ada kelompok yang mulai songong mengira bisa memusuhi syafi'i, atau hanafi, atau maliki termasuk hanbali, itu sama dengan acara menggali lubang kuburnya sendiri... 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Saatnya Kita Untuk Lebih Dewasa - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®