Pembahasan Dalil-Dalil Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Kesucian Allah

Pembahasan Dalil-Dalil Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Kesucian Allah Dari Bentuk Fisik (jismiyyah) dan Sifat-Sifat Jism Berdasarkan Teks Wahyu

Pembahasan Dalil-Dalil Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Kesucian Allah Dari Bentuk Fisik (jismiyyah) dan Sifat-Sifat Jism Berdasarkan Teks Wahyu.

Imam Ar-Razi ¹ rahimahullah berkata: 

تقرير الدلائل السمعية على أنه سبحانه وتعالى منزّه عن الجسمية والحيز والجهة، ويدل عليه وجوه:

Penjelasan dalil-dalil sam'iyah (naqli) yang menunjukkan bahwa Allah maha suci dari bentuk fisik (jismiyyah), dan tempat dan arah, dan ini dibuktikan dengan berbagai aspek:

الحجة الأولى:

قوله تعالى : 

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ۝١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ۝٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ۝٣وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ۝٤ (الإخلاص).

Argumen  pertama:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

(QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 1-4)

اعلم أنه قد اشتهر في التفسير أن النبي ﷺ سُئل عن الله ونعته وصفته، فأنزل الله سبحانه وتعالى هذه السورة.

Ketahuilah bahwa telah terkenal dalam tafsir bahwa Nabi ﷺ pernah ditanya tentang Allah, hakikat Allah dan sifat-sifat-Nya, maka Allah ta'ala menurunkan surat ini (sebagai jawaban).

إذا عرفت هذا فنقول هذه السورة من المحكمات لا من المتشابهات لأنه تعالى جعلها جوابًا عن سؤال السائل وأنزلها عند الحاجة وذلك يقتضي كونها من المحكمات لا من المتشابهات، وإذا ثبت هذا وجب الجزم بأن كل مذهب يخالف هذه السورة يكون باطلا.

Jika kamu memahami hal ini, maka kita katakan bahwa surat al-Ikhlas ini termasuk golongan ayat-ayat muhkamat (jelas), bukan mutasyabihat (samara-samar), karena Allah Ta'ala menjadikannya sebagai jawaban atas pertanyaan dan menurunkannya saat dibutuhkan. Ini menunjukkan bahwa surat ini termasuk ayat-ayat muhkamat. Jika ini sudah ditetapkan, maka wajib diyakini bahwa setiap pendapat yang bertentangan dengan surat ini adalah bathil.

فنقول: إنَّ قوله تعالى: {أَحَدُ} يدل على نفي الجسمية، لأن الجسم أقله أن يكون مركبا من جوهرين وذلك ينافي الوحدة، ولما كان قوله عز وجل : {أَحَدُ} مبالغة في الوحدانية كان قوله {أحد} منافيًا للجسمية.

Kami berkata: Firman Allah Ta'ala {أَحَدُ} (Ahad) menunjukkan penafian terhadap bentuk fisik (jismiyyah), karena jism minimalnya terdiri dari dua jauhar yang mana hal itu menafiakan ke-Esaan. Karena firman-Nya {أَحَدُ} menekankan ke-Esaan absolut, maka firman-Nya {أَحَدُ} menafiakan bentuk fisik (jismiyyah).

ولو كان جوهرًا لكان كل جوهر فرد كفوًا له، فدلّت السورة من الوجه الذي قرّرناه على أنه تعالى ليس بجسم ولا بجوهر…

Dan jika Allah adalah jauhar, maka setiap jauhar lainnya akan setara dengan-Nya. Surat ini menunjukkan, sebagaimana yang telah kami tetapkan, bahwa Allah Ta'ala bukan berupa benda (jism) dan bukan berupa jauhar.

واعلم أنه تعالى كما نصّ على أنه واحد فقد نصَّ أيضًا على البرهان الذي لأجله يجب الحكم بأنه أَحَدٌ، وذلك أنه قال: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ {1} (الإخلاص)، وكونه إلهًا يقتضي كونه غنيًّا عمَّا سواه، وكلّ مركّب مفتقر إلى كل واحد من أجزائه، وكل واحد من أجزائه غيره، فكلّ مركّب هو مفتقر إلى غيره، وكونه إلهًا يمنع من كونه مفتقرًا إلى غيره، وذلك يوجب القطع بأنه أحد، وكونه أحدًا يوجب القطع بأنه ليس بجسم ولا جوهر ولا في حيّز، فثبت أن قوله تعالى: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ {1} (الإخلاص) برهان قاطع على ثبوت هذه المطالب.

Ketahuilah Allah Ta'ala, sebagaimana Dia menegaskan bahwa Dia itu Esa, Dia juga menegaskan bukti yang mewajibkan hukum bahwasanya Dia Tunggal. Dia berfirman, "Katakanlah, Dia adalah Allah, Yang Maha Esa" (QS. Al-Ikhlas:1). Karena Dia adalah Tuhan, maka mengharuskan Dia Maha Kaya tidak membutuhkan apa pun selain-Nya. Setiap sesuatu yang tersusun membutuhkan pada setiap bagian-bagiannya, dan setiap bagian dari bagian-bagian tersebut adalah selainnya. Ini menunjukkan bahwa sesutu yang tersusun membutuhkan kepada selainnya. Karena Dia adalah Tuhan, maka mustahil adanya Dia membutuhkan kepada selain-Nya. Semua Ini menunjukkan secara pasti bahwa Dia adalah Esa, dan adanya bahwa Dia Esa maka wajib secara pasti bahwa Dia bukan benda (jism), bukan jauhar dan tidak dalam ruang (tidak bertempat & berarah). Maka shahih bahwa firman-Nya: "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa" (Al-Ikhlas: 1) adalah bukti yang tegas atas kebenaran hal-hal ini.

وأما قوله سبحانه وتعالى: اللهُ الصَّمَدُ {2} (الإخلاص)، فالصمد هو السيد المصمود إليه في الحوائج، وذلك يدلّ على أنه ليس بجسم، وبيان دلالته على نفي الجسمية من وجوه:

Adapun firman-Nya: Allah Al-Shamad {2} (Al-Ikhlas), Al-Shamad adalah Tuhan yang dituju dalam segala hajat, dan ini menunjukkan bahwa Dia bukanlah berupa benda (jism). Penjelasan tentang bagaimana ayat ini menafikan bentuk fisik (jismiyyah) pada haq Allah memiliki beberapa aspek sebagai berikut:

الأول: أن كلّ جسم هو مركّب، وكلّ مركّب محتاج إلى كل واحد من أجزائه، وكل واحد من أجزائه غيره، فكل مركّب محتاج إلى غيره، والمحتاج إلى الغير لا يكون غنيًّا محتاجًا إليه، فلم يكن صمدًا مطلقًا.

Yang Pertama: Setiap benda (jism) adalah terusun, dan setiap sesutau yang tersusun membutuhkan kepada setiap bagian penyusunnya. Setiap bagian penyusunnya adalah bagian selainnya, maka setiap sesuatu yang tersusun membutuhkan kepada selainnya. Sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain tidak dapat dikatakan Dia Maha Kaya tidak membutuhkan apa pun selain-Nya dan membutuhkan kepadanya. Oleh karena itu, tidak dapat disebut "As-Shamad" secara mutlak.

الثاني: لو كان مركّبًا من الجوارح والأعضاء لاحتاج في الإبصار إلى العين ـ الحدقة ـ، وفي الفعل إلى اليد، وذلك ينافي كونه ـ أي الله ـ صمدًا مطلقًا.

Kedua: Jika Allah Ta'ala adalah sesuatu yang tersusun yang terdiri dari anggota badan dan organ tubuh, maka Dia akan membutuhkan mata untuk melihat dan tangan untuk berbuat. Hal ini menafikan sifat-Nya sebagai As-Shamad secara mutlak.

الثالث: أنَّا سنُقيم الدلالة على أن الأجسام متماثلة، والأشياء المتماثلة يجب اشتراكها في اللوازم، فلو احتاج بعض الأجسام إلى بعض لزم كون الكل محتاجًا إلى ذلك الجسم، ولزم أيضًا كونه محتاجًا لذلك الجسم، ولزم أيضًا كونه محتاجًا إلى نفسه وكل ذلك محال، ولمّا كان ذلك محالًا وجب ألّا يحتاج ـ أي الله ـ إلى شىء من الأجسام، ولو كان كذلك ـ أي محتاجًا ـ لم يكن صمدًا على الإطلاق.

Ketiga: Kami akan memberikan dalil bahwa benda fisik (jism) itu memiliki keserupaan, dan segala sesuatu yang memilki keserupaan mengharuskan partisipasinya dalam tuntutan-tuntutan yang terkait dengannya (lawazim). Jika sebagian benda membutuhkan kepada sebagian benda lain, maka berkonsekwensi bahwa seluruh yang membutuhkan benda tersebut adalah benda (jism), dan berkonsekwensi juga bahwa ia membutuhkan kepada benda tersebut, dan berkonsekwensi juga bahwa benda tersebut membutuhkan kepada dirinya sendiri, dan semua itu adalah mustahil. Dan karena semua itu mustahil, maka wajiblah bahwa Allah tidak membutuhkan  kepada sesutu dari benda-benda apapun, dan jika Dia membutuhkan, maka Dia tidak dapat disebut al-Shamad secara mutlak.

وأما قوله تعالى: وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ {4} (الإخلاص)، فهذا أيضًا يدلّ على أنه ليس بجسم ولا جوهر، لأنَّا سنقيم الدلالة على أن الجواهر متماثلة، فلو كان تعالى جوهرًا لكان مثلًا لجميع الجواهر فكان كلّ واحد من الجواهر كفؤًا له، ولو كان جسمًا لكان مؤلّفًا من الجواهر لأن الجسم يكون كذلك، وحينئذ يعود الإلزام المذكور، فثبت أن هذه السورة من أظهر الدلائل على أنه تعالى ليس بجسم ولا بجوهر…

Dan firman Allah Ta'ala: Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya' (QS. Al-Ikhlas: 4), ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah bukan berupa benda (jism) bukan pula jauhar, karena kita akan memberikan dalil bahwa seluruh jauhar itu memiliki keserupaan. Jika Allah Ta'ala adalah jauhar, maka Dia akan serupa dengan keseluruhan jauhar, sehingga setiap jauhar menjadi setara dengan-Nya. Jika Allah Ta'ala merupakan benda (jism), maka Dia berupa susunan beberapa jauhar, karena benda (jism) terbentuk dari beberapa jauhar. Dengan demikian, maka kembalilah konsekuensi yang telah disebutkan berlaku. Oleh karena itu, surat ini merupakan salah satu dalil yang paling jelas bahwa Allah Ta'ala bukan berupa benda (jism) bukan pula jauhar.

واعلم أنه كما أن الكفّار سألوا الرسول ﷺ عن صفة ربّه فأجاب الله بهذه السورة الدالّة على كونه تعالى منزَّهًا عن أن يكون جسمًا أو جوهرًا أو مختصًّا بالمكان، كذلك فرعون سأل موسى عليه السلام عن صفة الله تعالى فقال: قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ {23} قَالَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن كُنتُم مُّوقِنِينَ {24} قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلا تَسْتَمِعُونَ {25} قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ ءابَائِكُمُ الأَوَّلِينَ {26} (الشعراء)، ثم إنَّ موسى لم يذكر الجواب عن هذا السؤال إلا بكونه تعالى خالقًا للناس ومدبّرًا لهم وخالقًا للسموات والأرض ومدبّرًا لهما» اهـ.

Ketahuilah bahwa sebagaimana orang-orang kafir ketika mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang sifat Tuhannya, lalu Allah memberikan jawaban dengan surat ini yang menjadi dalil bahwa Dia Maha Suci dari berupa benda (jism), bukan pula berupa jauhar atau dikhususkan pada suatu tempat. Demikian pula, Firaun bertanya kepada Musa alaihis salam tentang sifat Allah Ta'ala. Maka Allah berfirman: "Firaun bertanya, Siapa Tuhan semesta alam itu (23) Musa menjawab, Tuhan pencipta langit, dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu meyakini.(24) Firaun berkata kepada orang-orang di sekitarnya, 'Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)? (25) Musa melanjutkan, 'Dia adalah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu terdahulu (QS. Asy-Syu'ara:23-26). Kemudian, Musa tidak menjelaskan jawaban atas pertanyaan itu kecuali dengan menyebutkan bahwa Allah Ta'ala adalah Pencipta manusia, Pengatur mereka, Pencipta langit dan bumi serta Pengatur keduanya".

Inilah akidah Ahlus sunnah Wal Jama'ah, Akidah Salafus Shalih, akidah para Imam Madzhab, Akidah Ummat Islam sebagaimana yang telah dirangkum oleh Imam Ahmad bin Salamah Abu Jakfar at Thahawi (321 H) dalam risalah akidahnya sebagai berikut:

هَذَا ذِكْرُ بَيَانِ اعْتِقَادِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ عَلَىٰ مَذْهَبِ فُقَهَاءِ المِّلَّةِ: أَبِي حَنِيفَةَ النُّعْمَانِ بْنِ ثَابِتٍ الكُوفِيِّ، وَأَبِي يُوسُفَ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الأَنْصَارِيِّ، وَأَبِي عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ الحَسَنِ الشَّيْبَانِيِّ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ، وَمَا يَعْتَقِدُونَ مِنْ أُصُولِ الدِّينِ، وَيَدِينُونَ بِهِ رَبَّ العَالَمِينَ

"Inilah penjelasan tentang aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah menurut madzhab ahli fiqih agama ini, yaitu Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit al-Kufi, Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Anshari, dan Abu ‘Abdillah Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani —semoga Allah merahmati mereka semuanya— dan apa yang mereka yakini tentang dasar-dasar agama yang dengannya mereka beragama kepada Rabb Semesta Alam".

وتَعَالَى - أي الله - عَن الحُدُودِ والغَايَاتِ والأركان والأعضاء والأدوات، لا تحويه الجهات الستُ كَسَائِرِ المُبْتَدَعَاتِ

"Maha suci Allah dari batas-batas ukuran (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut".

وَمَنْ وَصَفَ اللَّهَ بِمَعْنَى مِنْ مَعَانِي الْبَشَرِ فَقَدْ كَفَرَ

"Barang Siapa menyifati Allah dengan dengan suatu makna dari makna-makna manusia maka dia telah Kufur"

[Al-Aqidah ath-Thahawiyyah]

¹ أساس التقديس، الرازيّ، ص 30، 31

محمد بن عمر بن الحسن بن الحسين التميمي البكري أبو عبد الله فخر الدين الرازي، ت 606هـ، الإمام المفسر أوحد زمانه في المعقول والمنقول وعلوم الأوائل وهو قرشي النسب أصله من طبرستان ومولده في الري وإليها نسبته. من تصانيفه: «مفاتيح الغيب»، و«لوامع البيان في شرح أسماء الله تعالى والصفات». الأعلام، الزركلي، 6/302، 303.

¹ Asas al-Taqdis h. 30, 31

Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain At-Tamimi Al-Bakri Abu Abdillah Fakhruddin Ar-Razi, wafat tahun 606 H. Beliau adalah seorang imam, ahli tafsir terkemuka di zamannya dalam bidang ilmu ma'qul(rasional) dan manqul (teks Wahyu) serta ilmu-ilmu utama. Asal-usulnya berasal dari Qurasy, lahir di Ray, dan berasal dari Thabaristan. Karyanya antara lain: 'Mafatih al-Ghaib' dan 'Lawaami' al-Bayan fi Syarh Asma' Allah ta'ala wa as-Sjifat'. (Sumber: Al-A'lam, Az-Zirikli, 6/302-303). 

Sumber FB : Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Riau Aqidah Asy'ariyyah wal Maturidiyyah

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pembahasan Dalil-Dalil Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Kesucian Allah - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®