๐ฆ๐๐๐๐ ๐๐ก๐ง๐๐ฅ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ก ๐๐๐ก๐ฌ๐๐ง๐๐๐ก ๐ฏ๐ฎ๐ด๐ถ๐ฎ๐ป ๐
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
๐๐ข๐ต๐ช-๐ฉ๐ข๐ต๐ช ๐๐๐ ๐ช๐ต๐ถ ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ถ๐ด๐ต๐ข๐ฅ๐ป ๐๐ข๐ญ๐ข๐ง, ๐ด๐บ๐ถ๐ฃ๐ฉ๐ข๐ต๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ.
๐๐ข๐ธ๐ข๐ฃ : ๐๐ข๐ฉ, ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ข ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฌ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฏ๐จ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐๐ข๐ญ๐ข๐ง (๐ป๐ข๐ฎ๐ข๐ฏ 1- 250 ๐). ๐ ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ข๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ธ๐ข๐ง๐ข๐ต ๐ณ๐ข๐ต๐ถ๐ด๐ข๐ฏ ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ข๐ญ๐ถ, ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ช๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ข๐ด๐ช๐ฉ ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐จ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช ๐ด๐ฆ๐ฌ๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ? ๐๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณยฒ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ.
โขโโโขโขโขโโโเผบฮฑััเผปโโโโขโขโขโโโข
A : โ Kiyai, yang dimaksud dengan ustadz salaf itu bukan berarti yang hidup di masa salaf, tapi yang bermanhaj salaf. Cara beragamanya mengikuti generasi salaf terdahulu.
AST : โYa saya paham saja maksudnya. Tapi Kalau salaf dengan pengertian itu, memang NU, Persis, Muhammadiyah dan umumnya pemahaman umat Islam itu tidak mengikuti salaf ? Cara beragama mereka itu mengikuti madzhab fiqih yang empat. Dan semua madzhab dilahirkan di masa generasi salaf.
Sekarang saya tanya balik, anda mengaku mengikuti salaf, salaf yang mana yang anda jadikan pegangan dalam beragama dari empat madzhab tersebut ?โ
A : โYang dimaksud bermanhaj salaf itu tidak harus bermadzhab, tapi cara beragamanya sesuai dengan metode orang-orang salaf dari generasi shahabat, tabiโin dan tabiut tabiโin.โ
AST : โBerarti anda tidak terikat dengan satu madzhab ? Kalau demikian klaim anda tentang mengikuti manhaj salaf, itu juga bukan tanpa koreksi. Karena siapapun yang belajar agama, dulu sampai hari ini, pasti akan mengikuti ulama madzhab. Karena madzhab itu mata rantai keilmuan yang bersambung dari guru ke guru hingga sampai kepada ilmu para shahabat.
Sekarang saya tanya lagi, kalau anda tidak mengikut madzhab yang empat, anda dapat dari mana ilmu kaum salaf terdahulu ?
A : โ Ya dari masyaikh dan ustadz-ustadz kami yang mengajarkan tentang manhaj salaf.โ
AST : โArtinya anda mendapatkan โmanhaj salafโ bukan langsung dari para shahabat nabi, tapi dari orang-orang sekarang yang mengaku ilmunya itu diambil dari sahabat Nabi dan kaum salaf terdahulu. Nah di sini anda harus membedakan mana fakta, mana klaim semata. Klaim tersebut memang belum tentu salah, tapi juga belum pasti benar. Tinggal dibuktikan saja akan kebenaran klaim itu, bukan begitu ?
Sebagaimana kami yang cara beragamanya mengikuti madzhab, itu juga sangat meyakini bahwa ilmu yang kami pelajari adalah diambil dari ilmunya para salaf. Berarti sebenarnya persamaan kita ya sama-sama hendak mengikuti salaf, cuma memang mungkin ada perbedaannya, semisal situ mengklaim, sedangkan kami tidak mengklaim.
A : โKami sebenarnya bukan tidak bermadzhab, hanya kami tidak fanatik terhadap satu madzhab. Dari kami ada yang bermadzhab Hanbali, Maliki dan juga ada yang Syafiโi tapi jika pendapat itu bertentangan dengan al Qurโan dan as Sunnah kami akan tinggalkan. Bukankah tidak ada kewajiban untuk harus terikat dengan satu madzhab ?
AST : โ Benar, tidak ada kewajiban untuk terikat dengan satu madzhab, bahkan bermadzhab itu juga bukanlah kewajiban. Kita hanya diwajibkan untuk beragama dengan cara mengikuti tuntunan agama dengan benar. Dan cara beragama yang benar, yakni mengikuti kitabullah dan sunnah RasulNya adalah dengan jalan mengikuti ilmu ulama bukan ?
Dan bicara ulama siapa lagi yang paling otoritatif melebihi ulama madzhab yang empat ? Yang merupakan madrasah keilmuan terbesar sepanjang zaman, sambung menyambung sanad ilmunya sampai kepada sang pembawa risalah ?
A : โTapi faktanya terkadang kalian meninggalkan pendapat madzhab, seperti contohnya dalam masalah musik dan mengirim pahala Qurโan kepada orang yang meninggal dunia.โ
AST : โNah disitu anda salah pahamnya. Anda mengira โ dan itu yang sering anda tuduhkan- bermadzhab itu jumud, hanya taklid kepada satu pendapat. Padahal jelas bahwa fiqih madzhab itu open source. Sangat terbuka dengan perbaikan dan menerima pembaharuan.
Mengikuti madzhab Syafiโi itu bukan berarti hanya mengikuti pendapat imam Syafiโi, atau imam Nawawi dan imam-imam lainnya. Karena dalam satu madzhab saja akan kita temukan sekian ragam pendapat dalam satu masalah. Bahkan dalam bermadzhab itu sudah sangat biasa bahkan pendapat imamnya malah tidak dipakai.
Contoh kasus seperti yang anda katakan itu, jelas diakui bahwa dalam madzhab Syafiโi ada deretan ulama yang berbeda dengan imam Syafiโi dalam menghukumi musik dan bacaan Qurโan kepada orang yang meninggal dunia. Dan itu bukan berarti dikatakan meninggalkan madzab.
A : โ Ya apapun namanya itu berarti tidak konsisten, plin plan namanya. Beragama dijadikan hidangan prasmanan, yang enak diambil yang nggak disukai ditinggal. Bukan begitu ?โ
AST : โTentu saja tidak demikian. Dalam bermadzhab yang diikuti itu metodenya, bukan pendapat pribadi dari pendiri madzhab. Bukankah itu yang sebenarnya the real salaf, mengambil metode mereka tanpa taqlid buta terhadap siapapun yang memang tidak maโshum.
Cuma bedanya anda sebut dengan istilah berbeda : perilaku anda meninggalkan ulama satu dengan mengambil ulama lain anda katakan mengikuti yang rajih, yang benar bahkan mengikuti Qurโan dan hadits. Sedangkan kami yang melakukan hal yang sama anda tuduh plin plan dan beragama dengan cara makan ala prasmanan.
Sebenarnya kalau urusan sekedar melempar tuduhan, kami juga bisa, semisal dengan mengatakan : Justru cara beragama anda itu yang arogan, merasa paling paham Qurโan dan Hadits di atas para ulama-ulama madzhab.
Tapi apakah kita hendak menyamakan antara fakta dengan tuduhan ? Tidak kan ? Pada akhirnya tuduhan itu harus diuji dan dibuktikan kebenarannya. Tapi bagaimana mau dibuktikan kalau anda sudah bersikap apatis dan skeptis duluan terhadap perbedaan ?โ
A : โYa bukan begitu kan semua tinggal dilihat mana dalilnya. Kalau dalilnya kuat ya itu yang diikuti.โ
AST : โBeragama mengikuti dalil itu fakta, sedangkan perilaku kita mengatakan mengikuti dalil yang paling benar atau yang paling kuat itu klaim. Dan terbukti tidak semua klaim itu benar dalam kenyataannya. Termasuk klaim kami dan juga klaim anda.โ
A : โApa contohnya ?โ
AST : โSangat banyak. Misalnya sebagian anda berpendapat bahwa turun sujud yang benar itu mendahulukan lutut baru tangan. Sedangkan faktanya tidak demikian, justru pendapat yang anda ikuti itu hanya dipegang oleh madzhab Maliki, sedangkan mayoritas dengan dalil yang tak kalah jelas mengatakan sebaliknya.
Contoh lainnya sebagian anda mengatakan bahwa pendapat yang kuat masalah perceraian, bila thalaq tiga diucapkan sekali maka hanya jatuh satu thalaq. Padahal ini adalah pendapat menyendiri dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang menyelisihi kesepakatan pendapat resmi dari 4 madzhab yang secara pendalilan juga lebih kuat.
Cuma ya gitu, ketika anda pindah-pindah pendapat bahkan ke yang lebih Syadz (asing) akan diklaim mengikuti Qurโan dan Hadits, sedangkan kami yang melakukan itu akan dituduh beragama mengikuti hawa nafsu.
Bersambung...
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Cara berdialog dan mematahkan dalih2 Wahabi-Taimi yang mengaku ikut Salaf...
by Jon Kanedi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari