Dedikasi Ulama Asy'ariyyah untuk Al-Qur'an dan As-Sunnah, Serta Amaliah yang Berakar dari Sahabat

Dedikasi Ulama Asy'ariyyah untuk Al-Qur'an dan As-Sunnah, Serta Amaliah yang Berakar dari Sahabat

Akar Nash Aswaja: Dedikasi Ulama Asy'ariyyah untuk Al-Qur'an dan As-Sunnah, Serta Amaliah yang Berakar dari Sahabat

Klarifikasi Posisi Nash

​Terdapat kesalahpahaman yang sering dilontarkan bahwa Akidah Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), khususnya Asy'ariyah, didominasi oleh Kalam (teologi) dan mengabaikan sumber utama Islam, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tuduhan ini sepenuhnya tidak berdasar. Sebaliknya, sejarah membuktikan bahwa Ulama Asyariyyah Yang Berdedikasi Besar Untuk Al-Quran dan As-Sunnah adalah para penulis Tafsir dan Syarah Hadis terbesar dalam sejarah Islam. Metodologi Kalam mereka hanyalah alat pertahanan, bukan pengganti nash.

​Artikel ini akan mengungkap kontribusi monumental ulama Aswaja terhadap sumber-sumber utama ini, serta menunjukkan bahwa amaliah Aswaja yang populer berakar kuat Dari Kisah Sahabat Yang Diamalkan Aswaja.

​1. Dedikasi Ulama Asy'ariyyah untuk Nash

​Dedikasi ulama Akidah Asy'ariyah dan Maturidiyah terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak hanya bersifat teoritis, melainkan terwujud dalam karya-karya Tafsir dan Syarah Hadis yang diakui dan digunakan oleh seluruh umat Islam, termasuk oleh kelompok yang mengkritik mereka.

​A. Kontribusi di Bidang Tafsir

  • Imam Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H): Penulis Mafatihul Ghaib (Tafsir Kabir), sebuah karya Tafsir yang agung dan mendalam, yang menggunakan pendekatan rasional dan teologis untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, khususnya dalam membantah sekte-sekte yang menyimpang.
  • Imam al-Baidhawi (w. 691 H): Penulis Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, yang merupakan ringkasan populer dari Tafsir Kabir dan menjadi salah satu Tafsir rujukan utama di madrasah-madrasah Aswaja.

​B. Kontribusi di Bidang Syarah Hadis

  • Imam an-Nawawi (w. 676 H): Penulis Syarah Shahih Muslim dan Riyadhus Shalihin, yang merupakan rujukan primer bagi setiap Muslim yang mempelajari Hadis. Imam Nawawi, seorang Syafi'i, adalah seorang Asy'ari dalam Akidah.
  • Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H): Penulis Fathul Bari (Syarah kitab Shahih Bukhari)—karya yang diakui sebagai syarah terbaik atas Shahih Bukhari. Imam Ibnu Hajar adalah figur otoritas Hadis (Hafizh al-Ashr) dan juga seorang Asy'ari dalam Akidah.

​Daftar ini membuktikan bahwa ulama yang menguasai dan menafsirkan nash secara komprehensif adalah mereka yang berpegang pada metodologi Asy'ariyah, menunjukkan bahwa Kalam Asy'ariyah adalah pelayan bagi nash, bukan saingannya.

​2. Amaliah Aswaja yang Berakar dari Kisah Sahabat

​Amaliah Aswaja, yang seringkali dituduh sebagai bid'ah oleh kelompok non-Aswaja, pada dasarnya adalah praktik yang berakar kuat Dari Kisah Sahabat Yang Diamalkan Aswaja dan generasi Salafus Shalih.

​A. Zikir Keras (Jahr) Setelah Salat

  • Konteks: Praktik zikir jahr (nyaring) setelah salat fardu sering dilarang karena dianggap bid'ah.
  • Asal Kisah Sahabat: Terdapat riwayat dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas RA yang mengatakan: "Kami mengetahui selesainya salat Rasulullah ﷺ melalui suara takbir." Ini menjadi dalil bagi Aswaja bahwa zikir secara jahr setelah salat memiliki dasar dari praktik Rasulullah ﷺ yang diketahui oleh para Sahabat.

​B. Tawassul dengan Orang Saleh

  • Konteks: Tawassul (menjadikan perantara) kepada Nabi atau Wali sering dikritik.
  • Asal Kisah Sahabat: Riwayat sahih tentang Umar bin Khattab RA yang ber-tawassul kepada Abbas bin Abdul Muththalib (paman Nabi) saat kekeringan. Umar berkata: "Ya Allah, dahulu kami ber-tawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan. Sekarang kami ber-tawassul dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan."
  • Makna: Kisah ini menunjukkan bahwa tawassul kepada orang saleh dan mulia adalah praktik yang diterima oleh Sahabat dan bukan merupakan perbuatan syirik. Aswaja mengamalkannya dengan keyakinan yang sama.

​C. Istighotsah (Memohon Bantuan)

  • Konteks: Memohon bantuan kepada selain Allah.
  • Asal Kisah Sahabat: Kisah dalam Shahih Muslim tentang seorang tuna netra yang datang kepada Nabi Muhammad ﷺ dan diajari untuk berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan ber-tawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu, Muhammad, Nabi Rahmat..." Praktik ini menunjukkan bahwa menjadikan Nabi sebagai perantara adalah amaliah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah.

​3. Akidah yang Menyatukan Nalar dan Nash

​Dedikasi ulama Aswaja untuk nash tidak bertentangan dengan penggunaan Kalam. Kalam (ilmu teologi) hanyalah metode untuk memastikan bahwa pemahaman terhadap nash—terutama ayat-ayat mutasyabihat—tetap terjaga dari penyimpangan literalitas ekstrem (Tajsim) dan rasionalitas ekstrem (Ta'til).

Intinya: Aswaja meyakini Al-Qur'an dan Sunnah secara keseluruhan, dan amaliah mereka adalah upaya meneladani praktik-praktik yang berakar kuat dari Salafus Shalih dengan panduan Akidah yang moderat.

Kontinuitas Ajaran

​Melalui karya Tafsir dan Hadis mereka, Ulama Asyariyyah telah membuktikan bahwa mereka adalah penjaga utama nash. Dan melalui amaliah yang bersanad, mereka melestarikan Kisah Sahabat Yang Diamalkan Aswaja. Aswaja adalah wujud nyata dari Manhaj yang seimbang, yang mengakar pada teks suci dan didukung oleh praktik generasi terbaik umat.

​Sumber : Kajian Ulama

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Dedikasi Ulama Asy'ariyyah untuk Al-Qur'an dan As-Sunnah, Serta Amaliah yang Berakar dari Sahabat - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®