ALLAH JISIM TIDAK SEPERTI JISIM (MAKHLUK) ?
Di dalam Syarah Shahih Muslim (16/166) saat menjelaskan hadis tentang penciptaan Adam, Imam An Nawawi (w.676 H) rahimahullah menyatakan ; “.... Al-Maziri berkata: "Ibnu Qutaibah telah keliru dalam hadits ini, lalu ia menjalankan maknanya secara zahir (tersurat/tekstual) dan berkata: 'Allah Ta'ala memiliki shurah (rupa/bentuk) yang tidak seperti rupa-rupa (makhluk).'
Ini adalah perkataan yang jelas kebatilannya, karena shurah (rupa/bentuk) mengimplikasikan tarkib (susunan/komposisi), dan setiap yang tersusun adalah hadits (baru diciptakan), sedangkan Allah Ta'ala bukanlah hadits (baru), maka Dia tidak tersusun, sehingga Dia tidak berupa/berbentuk.
Al-Maziri rahimahullah berkata : "Ini seperti perkataan kaum Mujassimah (antropomorfis) yang mengatakan: 'Dia (Allah) adalah jism (tubuh) yang tidak seperti tubuh-tubuh (makhluk)', (ucapan ini muncul dari mereka) ketika mereka melihat Ahlus Sunnah berkata : 'Al-Bari Subhana wa Ta'ala adalah syai'un (sesuatu) yang tidak seperti sesuatu-sesuatu (makhluk)', mereka pun mengikuti menerapkan istilah tersebut lalu berkata: 'Dia adalah jism yang tidak seperti ajsaam (tubuh-tubuh).'
Perbedaannya adalah bahwa lafaz syai'un (sesuatu) tidak mengimplikasikan huduts (baru dicipta) dan tidak mengandung apa yang mengharuskannya. Sedangkan jism (tubuh) dan shurah (rupa/bentuk) mengandung pengertian ta'lif (penggabungan) dan tarkib (susunan), dan itu adalah dalil huduts (bukti kebaruan/diciptakannya)."
Al-Maziri berkata: "Sungguh mengherankan Ibnu Qutaibah dalam perkataannya: 'shurah (rupa/bentuk) yang tidak seperti rupa-rupa (makhluk)', padahal zahir hadits (menurut pandangannya) menghendaki penciptaan Adam atas shurah-Nya. Jadi, kedua shurah (rupa Allah dan rupa Adam) menurut pandangannya adalah sama. Maka, jika dia berkata: 'Tidak seperti rupa-rupa (makhluk)', perkataannya menjadi kontradiksi."
"Dikatakan pula kepadanya: 'Jika yang kamu maksud dengan perkataanmu shurah yang tidak seperti rupa-rupa adalah bahwa Dia tidak tersusun dan tidak berkomposisi, maka Dia bukanlah shurah yang hakiki, dan lafaz tersebut tidak sesuai dengan maknanya yang zahir. Dan pada saat itu, berarti kamu setuju bahwa hadits tersebut memerlukan takwil.'" – selesai penukilan –
(Alih bahasa dan penyesusaian : Abdullah Al Jirani)
*Teks Arab lengkapnya di kolom komentar
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
