
Iman dan Amal: Posisi Tengah Asy'ariyah, Khawarij, Mu'tazilah, dan Prinsip Takfir
Memelihara Batasan Iman
Isu Iman dan Amal adalah salah satu perdebatan teologis paling penting dalam sejarah Islam, karena secara langsung memengaruhi prinsip kufur dan takfir (mengkafirkan). Ketika umat terpecah setelah fitnah besar, muncul kelompok ekstrem: Khawarij yang mudah mengkafirkan karena dosa, dan Murji'ah yang mengabaikan pentingnya amal. Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), khususnya Asy'ariyah, mengambil posisi tengah untuk menjaga keadilan Syariat dan harapan (raja') bagi Muslim yang berdosa.
Artikel ini akan mengupas tuntas Definisi Iman Menurut Asyariyah dan Kaitannya Dengan Definisi Ulama Salaf, membandingkan Iman dan Amal Menurut Ahlussunnah Asyariyyah, Khawarij, Mu'tazilah, dan Murji'ah, serta menegaskan Prinsip-Prinsip Ahlus Sunnah Dalam Masalah Kufur dan Takfir.
1. Definisi Iman Menurut Asy'ariyah: Hati sebagai Fondasi
Definisi Iman Menurut Asyariyah adalah kunci untuk memahami moderatisme mereka, dan pandangan ini berakar kuat pada manhaj ulama Salaf.
- Inti Iman: Menurut Asy'ariyah, hakikat iman adalah tashdiq bil qalbi (membenarkan, mengakui, dan meyakini dengan hati). Iqrar bil lisan (pengucapan dengan lisan) adalah syarat agar seseorang dihukumi Muslim secara hukum duniawi (boleh dinikahi, diurus jenazahnya), dan amal adalah penyempurna (kamal) iman.
- Kaitan dengan Salaf: Pandangan ini memiliki Kaitannya Dengan Definisi Ulama Salaf, yang berpegangan pada Hadis tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Meskipun ulama Salaf sering mengatakan "Iman adalah ucapan dan perbuatan," yang mereka maksudkan adalah bahwa amal adalah konsekuensi dan penyempurna (cabang-cabang) dari iman, bukan pilar penentu eksistensi iman.
- Kesimpulan Aswaja: Dengan demikian, iman bisa bertambah dan berkurang (karena amal bertambah dan berkurang), tetapi hakikat iman tidak hilang hanya karena melakukan dosa besar (selama belum sampai mengingkari rukun iman).
2. Perbandingan Posisi Iman dan Amal
Perbedaan pandangan ini menciptakan jurang pemisah antara Aswaja dan tiga kelompok teologis lainnya dalam masalah Iman dan Amal Menurut Ahlussunnah Asyariyyah, Khawarij, Mu'tazilah, dan Murji'ah:
|
Kelompok |
Definisi Iman |
Status Pelaku Dosa Besar |
|---|---|---|
|
Aswaja (Asy'ariyah) |
Tashdiq bil Qalbi (Pembenaran hati). |
Mukmin yang Berdosa (Fasiq). Di bawah kehendak Allah: jika Allah menghendaki, Ia mengampuni; jika tidak, Ia menyiksa, tetapi tidak kekal di neraka. |
|
Khawarij |
Tashdiq ditambah Amal/Perbuatan. |
Kafir Mutlak. Mereka menganggap pelaku dosa besar telah keluar dari Islam (Takfir). |
|
Mu'tazilah |
Tashdiq ditambah Amal/Perbuatan. |
Posisi di antara dua posisi (Manzilah bayna manzilatayn). Tidak mukmin, tidak kafir, tetapi akan kekal di neraka (sama dengan kafir). |
|
Murji'ah |
Hanya Tashdiq (sebatas pengetahuan hati). |
Tetap Mukmin sempurna. Amal tidak penting bagi iman. Dosa besar tidak mengurangi atau merusak iman (pandangan yang sangat longgar). |
Posisi Asy'ariyah terbukti paling adil, karena menjaga status Muslim seseorang dan menegaskan pertanggungjawaban amal di akhirat.
3. Prinsip Ahlussunnah dalam Takfir
Definisi iman yang moderat ini melahirkan Prinsip-Prinsip Ahlus Sunnah Dalam Masalah Kufur dan Takfir yang sangat ketat:
- Kewaspadaan: Aswaja sangat berhati-hati dalam masalah takfir. Mereka meyakini bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang berhak menentukan siapa yang kafir. Ulama hanya mengkategorikan perbuatan atau ucapan yang secara nash jelas menunjukkan kekufuran (seperti menghina Al-Qur'an atau nabi, atau mengingkari rukun iman).
-
Syarat dan Penghalang: Dalam mengeluarkan vonis takfir kepada individu, ulama Aswaja menetapkan syarat-syarat yang ketat dan mempertimbangkan penghalang-penghalang (mawani') kekufuran, seperti:
- Jahil (Kebodohan): Tidak tahu bahwa perbuatan itu termasuk kekufuran.
- Ikrah (Terpaksa): Melakukan perbuatan kufur karena dipaksa.
- Ta'wil (Salah Tafsir): Salah memahami atau menafsirkan dalil.
- Menghindari Khawarij: Sikap hati-hati ini adalah benteng utama Aswaja agar tidak jatuh pada manhaj Khawarij, yang mudah mengkafirkan umat hanya karena dosa besar.
Keadilan dan Harapan
Posisi Aswaja tentang Iman dan Amal adalah posisi yang penuh keadilan dan harapan (raja'). Ia menjaga otoritas amal sebagai penyempurna ibadah, sekaligus memberikan harapan bagi Muslim yang lemah bahwa mereka masih berstatus Mukmin dan berhak atas syafaat.
Mari kita berpegang teguh pada prinsip ini: iman adalah fondasi di hati, dan amal adalah bangunan yang harus kita sempurnakan setiap hari, agar kita terhindar dari ekstremitas kelompok yang merusak (ghuluw) dalam berAkidah.
Sumber : Kajian Ulama