Ibnu Taimiyah pun Mereka Sesatkan
Ada pihak yang membidahkan berbagai amaliah kaum muslimin bahkan menyesatkan pelakunya, padahal amalan-amalan tersebut (juga) merupakan pendapat dari para ulama yang menjadi rujukan primer mereka seperti syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayim, dan yang lainnya. Seperti ; masalah boleh dan sampainya menghadiahkan pahala bacaan Quran untuk mayit, bolehnya isbal (menjulurkan kain melebihi mata kaki) tanpa motif kesombongan, bolehnya membaca Quran di kuburan, bolehnya mengulang-ulang bacaan dzikir dan surat tertentu di tempat dan waktu tertentu tanpa ada contoh dari nabi, dan masih banyak lagi (silahkan isi sendiri).
Sehingga secara tidak langsung, mereka telah menyalahkan dan juga menyesatkan para ulama mereka sendiri. Tapi anehnya, yang disesatkan hanya yang sependapat atau mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayim, tapi Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayim sendiri tidak disesatkan. Ini sebuah indikator, bahwa selama ini yang terjadi semata issu sentimen, bukan benar-benar argumen. Kalau sudah kelompok itu, harus pasti salah. Kalau beda dengan mereka harus pasti sesat. Fenomena semacam ini adalah karakter jahiliyyah yang harusnya ditinggalkan.
Andai mereka mau belajar dan mendalami permasalahan yang ada dengan baik serta sudi untuk bersikap inshaf (adil), tentu mereka akan menjadi muslim yang moderat. Berbeda boleh, menyakini suatu amalan sebagai bidah juga boleh (asal atas dasar ilmu), tapi tanpa perlu menyesatkan sesama muslim apalagi sampai memboikot dan mengeluarkan mereka dari lingkup Ahlu Sunah (memvonis ahli bidah). Cukup menghargai dan tetap merajut ukhuwah Islamiyah. Masalah khilafiyyah ijtihadiyyah itu hal yang harus disikapi dengan ilmu dan kedewasaan.
(Abdullah Al Jirani)
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
