Perbedaan Tobat Ikut Wahabi-Taymi Dan Ikut Aswaja

Perbedaan Tobat Ikut Wahabi-Taymi Dan Ikut Aswaja

Perbedaan Tobat Ikut Wahabi-Taymi Dan Ikut Aswaja

Kita hidup di dunia penuh opsi dan iklan. Urusan tobatpun, yang dalam istilah sekarang sering disebut hijrah, juga berlaku pilihan-pilihan. Ada perbedaan antara tobat ikut Wahabi-Taymi dan ikut Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah):

Tobat ikut Wahabi-Taymi punya fasilitas sebagai berikut:

1. Tidak perlu qadha shalat dan puasa. Cukup beramal baik saja sebagai gantinya. Ini fasilitas yang enak dan ringan sekali.

2. Berganti tampilan secara mencolok sebagai simbol sudah tobat. Semua orang bisa tahu kalau sekarang pelakunya sudah jadi orang baik. Bahasa yang awalnya murni lokal berubah menjadi kearab-araban. Sering mengucap "subhanallah" atau "tabarakallah" dengan tanpa lirih di sela-sela bicara atau mendengar orang lain sehingga terlihat betul dzikirnya. Ini juga enak sebab terlihat keren dan eksklusif di komunitasnya.

3. Diberi hak untuk menjadi hakim yang memutuskan benar dan salah sebagai representasi Allah dan Rasulnya. Karena dididik seolah semuanya berdasarkan dalil (dan seolah tidak ada dalil lain), maka orang yang baru tobat diyakinkan kalau tindakannya adalah satu-satunya kebenaran yang harus didakwahkan. Yang berbeda semuanya salah dan sesat, bahkan imam mazhab sekalipun salah bila berbeda dengan keterangan yang diajarkan ustadznya. Kalau ada yang berani menyalahkan dirinya, maka dianggap sudah melawan Allah dan rasulnya secara terang-terangan. Ini enak sekali sebab nafsu kita terpuaskan dengan jabatan baru yang sangat elit sebagai hakim penentu benar dan salah.

Sedangkan tobat ikut Aswaja tidak punya fasilitas di atas, justru malah diberi beban fisik dan mental seperti:

1. Wajib mengqadha shalat, puasa dan zakat yang ditinggalkan di masa lalu. Ini sangat berat sebab bisa jadi kewajiban qadha-nya puluhan tahun.

2. Diajarkan untuk mengubah sikap tanpa mengubah tampilan secara mencolok. Bedanya hanya bila sebelumnya tidak menutup aurat maka diperintah menutup aurat. Untuk laki-laki cenderung tidak ada bedanya sebab lumrahnya sudah menutup aurat. Disarankan betul untuk tidak tampil mencolok agar yang baru tobat tidak malah jatuh pada riya', ujub atau memakai libas syuhrah (pakaian yang menarik perhatian) yang dilarang Rasulullah. Tidak ada pakaian dengan model khusus, tidak ada jidat yang tetiba gosong, tidak ada istilah lokal atau sapaan yang berubah menjadi arab secara mendadak, tidak ada sisipan dzikir yang mencolok sebab dilakukan di dalam hati atau saat sunyi. Akhirnya orang yang tidak kenal tidak tahu kalau dirinya sudah tobat menjadi orang baik. 

3. Diajarkan untuk merasa rendah bahkan merasa hina di titik paling bawah yang harus mengejar ketertinggalan. Ditekankan betul bahwa orang yang baru tobat adalah orang yang punya banyak hutang dan ketertinggalan sehingga harus mengejar orang lain, bukan orang yang berada lebih tinggi dari orang lain. Bila orang lain berbeda pendapat dengan dirinya, maka diajarkan untuk bertanya dengan rendah hati bagaimana yang benar sebab dia masih tidak paham, masih bodoh selaku orang yang baru tobat. Bila dalil yang dia terima dari ustadnya tidak sama dengan dalil orang lain, dia tidak diberi hak untuk menjadi hakim penentu benar salah, tapi jadi murid yang harus belajar menambah ilmu, yang tahu diri bahwa dirinya bukan siapa-siapa kecuali hanya orang yang "ketinggalan kereta".

Secara marketing, tobat ala Ahlussunnah wal Jamaah sama sekali tidak menarik. Ia adalah jalan sepi yang terjal, jalanya para salik menuju ma'rifat yang hanya bisa ditempuh oleh orang hebat berhati emas dan bermental baja.

Sedangkan tobat ala Wahabi-Taimiy sangat menarik dan glamor. Ia menjanjikan kemudahan, perhatian publik dan pangkat yang tinggi secara instan sehingga begitu tobat langsung merasa elit hingga berhak menyalahkan imam mazhab sekalipun, apalagi cuma ulama di bawah Imam Mazhab dan lebih-lebih cuma Kyai dan Ustadz yang "cuma" belajar puluhan tahun lebih awal tapi dianggap sesat. Nafsu betul-betul puas kegirangan dengan tobat cara demikian sehingga banyak orang berbondong-bondong.

Untuk awal, bolehlah tobat ikut Wahabi-Taymi daripada tidak tobat sama sekali. Bila sudah lebih matang, maka waktunya upgrade ke tobat yang kaffah ala Aswaja.

Perbedaan Tobat Ikut Wahabi-Taymi Dan Ikut Aswaja

Kita harus jeli melihat mana Aswaja dan mana orang awam yang melanggar yang kebetulan dia Aswaja. Kalau begini cara berpikirnya, maka tidak ada perbedaan dengan cara orang non-muslim di barat memandang Islam, yakni hanya memilih tindakan yang buruk dari sebagian muslimin lalu dianggap sebagai ajaran resmi Islam.

Adapun yang saya tulis tentang wahabi, itu memang ajarannya demikian. Bersikap seolah memonopoli kebenaran dan tidak ramah ke orang lain misalnya, itu memang dipraktekkan langsung oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, bahkan dia sampai membantai banyak muslimin sebab itu. Ini bukan hal yang bisa dinafikan dengan alasan tidak enak didengar atau biar kita rukun sebagai sesama muslim.

Adapun maksiat-maksiat dan hal tak berguna menurut agama yang dilakukan oleh warga Aswaja awam, manakah yang memang diajarkan oleh Aswaja? Adakah kitab Aswaja yang mengajarkan joget dangdutan dan seterusnya? Para ahli ilmu di kalangan Aswaja sendiri menolak hal itu kok.

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Perbedaan Tobat Ikut Wahabi-Taymi Dan Ikut Aswaja - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®