Memahami Definisi Ulama, Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Tiga Karakteristik Inti

Memahami Definisi Ulama, Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Tiga Karakteristik Inti

Identitas dan Kedudukan: Memahami Definisi Ulama, Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Tiga Karakteristik Inti

Pewaris Para Nabi dan Tiga Pilar Agama

​Ulama adalah poros peradaban Islam dan pewaris para Nabi. Mereka bukan hanya ahli dalam satu bidang, tetapi penjaga tradisi yang komprehensif. Untuk memahami peran sentral mereka, kita harus terlebih dahulu memahami fondasi keilmuan yang mereka pegang: Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Aswaja bukan sekadar nama, melainkan metodologi teologis dan fikih yang menjamin kesinambungan ilmu dan moderasi beragama.

​Artikel ini akan mengupas tuntas peran ulama sebagai pemimpin umat, definisi otentik Aswaja, dan bagaimana tiga pilar agama (Islam, Iman, dan Ihsan) menjadi kerangka bagi setiap ulama.

​1. Definisi dan Tiga Pilar Ahlussunnah Wal Jama’ah

​Aswaja adalah label yang mencakup mayoritas umat Islam. Definisi ini adalah kunci untuk memahami jalur keilmuan ulama:

  • Akidah (Tauhid): Mengikuti jalur Asy’ariyah dan Maturidiyah, yang fokus pada pembersihan akidah dari Tajsim (menyerupakan Tuhan dengan makhluk) dan Ta'til (menafikan sifat Tuhan).
  • Fikih (Syariat): Mengikuti salah satu dari empat mazhab fikih (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali).
  • Spiritual (Ihsan): Mengikuti jalur Tasawuf Sunni yang otoritatif (seperti yang diajarkan oleh Imam Junaid Al-Baghdadi atau Imam Al-Ghazali), yang fokus pada penyucian jiwa (tazkiyatun nufus).

​Tiga pilar ini—Akidah, Fikih, dan Ihsan—mencerminkan tiga tingkatan agama (Islam, Iman, dan Ihsan) yang harus dikuasai oleh seorang ulama sejati.

​2. Status dan Peran Ulama sebagai Pewaris Nabi

​Ulama memegang status tertinggi di kalangan umat karena mereka adalah pewaris para Nabi dan penerus tugas kenabian.

  • Pemimpin Umat (Qudwah): Ulama bertindak sebagai pemimpin umat (qudwah) dan pelita bagi masyarakat (siraj al-ummah). Kepemimpinan mereka didasarkan pada ilmu (Expertise) dan taqwa (Trustworthiness), bukan jabatan politik atau kekayaan.
  • Wali Kebenaran: Mereka adalah penggerak tradisi keilmuan, yang tugasnya bukan hanya menyampaikan fatwa tetapi juga menjaga warisan Hadis dan Sanad agar tidak tercampur dengan kebohongan (Maudhu').
  • Penjaga Keseimbangan: Ulama adalah pusat keseimbangan yang menjaga umat dari pemikiran ekstrem (liberalisme berlebihan maupun fundamentalisme yang kaku), yang merupakan esensi dari wasiat Rasulullah kepada umat Islam.

​3. Integritas dan Wara’ sebagai Kunci Kredibilitas

​Kredibilitas (Trustworthiness) ulama sangat bergantung pada integritas dan etika pribadinya. Seorang ulama harus memiliki kualitas:

  • Wara’: Sikap kehati-hatian dalam menjauhi hal-hal yang samar (syubhat) dan berpotensi merusak spiritualitas. Ulama yang wara’ adalah yang paling dipercaya oleh umat.
  • Istiqamah: Konsistensi dalam memegang teguh kebenaran, bahkan di bawah tekanan penguasa. Sikap ini terbukti ketika mereka menjadi penasihat agama yang sejati dan tidak mau ditukar dengan harta dunia.
  • Menghindari Ghirah Berlebihan: Seorang ulama sejati menghindari ghirah yang berlebihan atau kecemburuan agama yang destruktif, yang justru menyebabkan perpecahan dan takfir (pengkafiran).

Merujuk pada Otoritas yang Sejati

​Memahami definisi Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah kunci untuk mengetahui di mana letak otoritas keilmuan yang sah. Ulama sejati adalah mereka yang menguasai tiga pilar agama (Islam, Iman, Ihsan) dan memiliki integritas moral yang tinggi (wara’).

​Oleh karena itu, kewajiban kita adalah merujuk kepada ulama yang memenuhi kriteria Aswaja dan dikenal sebagai pewaris para Nabi—yang ilmunya bersambung, dan akhlaknya meneladani Rasulullah ﷺ.

Sumber : Kajian Ulama

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Memahami Definisi Ulama, Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Tiga Karakteristik Inti - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®