
𝗗𝗘𝗟𝗔𝗣𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗦𝗨𝗡𝗡𝗔𝗛𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗧𝗔𝗞𝗕𝗜𝗥𝗔𝗧𝗨𝗟 𝗜𝗛𝗥𝗔𝗠
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Dalam madzhab Syafi’i diantara kesunnahan dalam melakukan takbiratul ihram ketika memulai shalat adalah mengerjakan perkara-perkara sebagai berikut :
𝟭. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Berkata al imam Nawawi rahimahullah :
رفع اليدين عند تكبيرة الإحرام سنة، والمذهب: أنه يرفعهما بحيث تحاذي أطراف أصابعه أعلى أذنيه، وإبهاماه شحمتي أذنيه، وكفاه منكبيه، وهذا معنى قول الشافعي والأصحاب رحمهم الله عنهم: يرفعهما حذو منكبيه
“Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram adalah sunnah.Menurut mazhab Syafi’i cara mengangkatnya ialah: ujung jari-jarinya sejajar dengan bagian atas kedua telinganya,ibu jarinya sejajar dengan daun telinga, dan kedua telapak tangannya sejajar dengan bahu. Inilah maksud ucapan Imam Asy Syafi‘i dan para ulama Syafi‘iyyah rahimahumullah yang berkata: "Ia mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya."[15]
Dalam Kifayatul Akhyar juga dikatakan : “Mengangkat kedua tangan adalah sunnah sebagaimana disebutkan oleh asy Syaikh, karena hal itu sahih dari perbuatan Nabi ﷺ. Sama hukumnya baik orang yang shalat dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring, baik dalam shalat wajib maupun sunnah, baik laki-laki maupun perempuan, baik imam maupun makmum.
Adapun cara mengangkatnya adalah dengan mengangkat kedua tangan hingga ujung jari-jarinya sejajar dengan bagian atas kedua telinganya, ibu jarinya sejajar dengan daun telinganya, dan telapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya.”[16]
𝟮. 𝗠𝗲𝗿𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗿𝗶 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Saat mengangkat kedua tangan untuk takbir, disunnahkan untuk merenggangkan (membuka) jari-jari tangan secara normal, dalam artian bukan merapatkan atau menggenggamnya. Berkata al imam Syafi’i rahimahullah :
وينشر أصابع يديه للتكبير لما روى أبو هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا كبر في الصلاة. . نشر أصابعه
"Dan ia merenggangkan jari-jari kedua tangannya saat bertakbir, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: "Bahwasanya Nabi ﷺ jika bertakbir dalam shalat... beliau merenggangkan jari-jari tangannya."[17]
Hanya tentang sifat merenggangkan di sini ulama Syafi’iyyah berbeda penjelasannya. al imam Nawawi rahimahullah menjelaskan : “Para ulama madzhab kami berbeda pendapat mengenai kesunnahan merenggangkan jari di sini:
• Penulis ((al imam Syairazi) dan mayoritas Ulama menetapkan kesunnahan merenggangkannya. dan Al Maḥamili menukilkan dari para ulama Syafi'iyyah secara mutlak akan hal ini.
• Al Ghazali berkata: Jangan bersusah payah (memaksa) dengan merapatkan atau merenggangkan tetapi biarkan saja jari terbuka sebagaimana mestinya.
• Ar Rafi’i berkata: Merenggangkannya dengan renggangan yang sedang saja.
Namun, pendapat yang masyhur adalah yang pertama, yaitu sunnah merenggangkan jari. Dan Shaḥib at Tahdhib berkata: Merenggangkan disunnahkan di setiap posisi di mana kita diperintahkan untuk mengangkat tangan dalam shalat.”[18]
𝟯. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗮𝘄𝗮𝗹 𝘁𝗮𝗸𝗯𝗶𝗿
Disunnahkan memulai mengangkat kedua tangan secara bersamaan dengan permulaan ucapan lafadz "Allahu Akbar" dan menyelesaikannya bersamaan dengan akhir lafadz takbir. Berkata al imam Nawawi rahimahullah :
في وقت استحباب الرفع خمسة أوجه أصحها هذا الذي جزم به المصنف وهو أن يكون ابتداء الرفع مع ابتداء التكبير وانتهاؤه مع انتهائه وهذا هو المنصوص قال الشافعي
“Mengenai waktu yang disunahkan untuk mengangkat tangan, terdapat lima pandangan yang paling shahih adalah pandangan yang ditetapkan oleh sang penulis (al imam Syairazi), yaitu: Permulaan mengangkat tangan harus bersamaan dengan permulaan takbir dan pengakhiran mengangkat tangan harus bersamaan dengan pengakhiran takbir.” Dan inilah yang secara eksplisit juga dinyatakan oleh Asy Syafi'i.”[19]
𝟰. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗽𝗮𝗸 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗸𝗶𝗯𝗹𝗮𝘁
Saat mengangkat tangan ketika bertakbir, disunnahkan telapan tangan dibuka menghadap kiblat dengan jari jemarinya menghadap ke atas. Al imam Nawawi berkata :
يستحب أن يكون كفه إلى القبلة عند الرفع
“Disunnahkan agar kedua telapak tangan menghadap kiblat saat diangkat.”[20]
𝟱. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗲𝗿𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗮𝗿𝗮
Disunnahkan saat mengangkat takbir mengeraskan suara sekadar yang dibutuhkan. Berkata al imam Nawawi rahimahullah :
التكبير بحيث لا يفهم
“Disunnahkan membaca takbir dengan jelas dan tidak terlalu rendah, sehingga dapat terdengar oleh dirinya sendiri.”[21]
𝟲. 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵𝗮𝗻
Disunnahkan untuk membaca lafadz takbiratul ihram dengan singkat dan tidak memanjangkannya secara berlebihan. Al Imam Nawawi rahimahullah berkata :
ولا يمططه بأن يبالغ في مده، بل يأتي به مبين والأولىفيه: الحذف على الصحيح
“Dan tidak boleh memanjangkannya secara berlebihan, tetapi mengucapkannya dengan terang dan jelas. Pendapat yang lebih utama adalah membaca dengan cepat tanpa memanjangkan hurufnya menurut pendapat yang benar.”[22]
Sedangkan al imam Zakariya al Anshari rahimahullah berkata :
ويستحب أن لا يقصره أي التكبير بحيث لا يفهم، وأن لا يمططه بأن يبالغ في مده بل يأتي به مبينا، وقصره أي الإسراع به أولى من مده لئلا تزول النية ويخالف تكبير الانتقالات لئلا يخلو باقيها عن الذكروأن يجهر بالتكبيرات.
“Dan disunnahkan agar tidak memendekkan takbir sampai tidak dapat dipahami, dan juga agar tidak memanjangkannya secara berlebihan, melainkan membacanya dengan jelas, dan mempercepat bacaan takbir lebih utama daripada memanjangkannya agar niat tidak hilang, dan ini berbeda dengan takbir dalam perpindahan gerakan agar bagian shalat lainnya tidak kosong dari zikir, dan juga disunnahkan untuk mengeraskan suara dalam takbir-takbir.”[23]
𝟳. 𝗟𝗮𝗻𝗴𝘀𝘂𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘀𝗲𝗱𝗲𝗸𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Sebagian orang ada yang setelah bertakbir ia menurutnkan tangannya lalu mengangkatnya kembali untuk bersedekap. menurut madzhab Syafi’i yang disunnahkan adalah langsung mensedekapkan tangan setelah selesai dari takbiratul ihram. Al imam Nawawi rahimahullah berkata :
واختلفوا في أنه إذا أرسل يديه، هل يرسلهما إرسالا بليغا ثم يستأنف رفعهما إلى تحت صدره ووضع اليمنى على اليسرى، أم يرسلهما إرسالا خفيفا إلى تحت صدره فحسب، ثم يضع.قلت: الأصح الثاني
“Para ulama berbeda pendapat apabila seseorang menurunkan tangannya (setelah takbir), apakah ia menurunkan dengan sempurna lalu mengangkat kembali ke posisi bawah dada untuk bersedekap, atau cukup menurunkan sedikit saja langsung ke bawah dada tanpa mengangkat ulang. Aku berkata: pendapat yang paling shahih adalah yang kedua, yaitu cukup menurunkan ringan ke bawah dada tanpa mengangkat kembali.”[24]
Al imam Zakariya al Anshari rahimahullah juga berkata :
وردهما من الرفع (إلى تحت الصدر أولى من الإرسال
"Dan menurunkan keduanya ke bawah dada (untuk bersedekap) lebih utama daripada membiarkannya terjulur begitu saja, kemudian mengangkatnya kembali ke bawah dada."[25]
𝟴. 𝗠𝗲𝗺𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲 𝗮𝗿𝗮𝗵 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝘀𝘂𝗷𝘂𝗱
Al imam al Mutawalli rahimahullah berkata :
وينبغي أن ينظر قبل الرفع والتكبير إلى موضع سجوده ويطرق رأسه قليلا
"Hendaknya seseorang memandang ke tempat sujudnya sebelum mengangkat tangan dan bertakbir, dan agak menundukkan kepalanya sedikit.”[26]
Al imam Ibnu Hajar al Haitami rahimahullah juga menyatakan bahwa di antara hikmah untuk melihat ke tempat sujud adalah memastikan kesucian tempat sujud agar shalat bisa dilakukan dengan sah.[27]
Simak lengkapnya dalam seri tulisan kami : 𝗠𝗲𝗺𝗮𝗵𝗮𝗺𝗶 𝗥𝘂𝗸𝘂𝗻 𝗦𝗵𝗮𝗹𝗮𝘁 𝗠𝗮𝗱𝘇𝗵𝗮𝗯 𝗦𝘆𝗮𝗳𝗶’𝗶 di https ://astofficial.id
_____
[15] Raudhatut Thalibin (1/231)
[16] Kifayatul Akhyar hlm. 113
[17] Al Umm (2/174)
[18] Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/307)
[19] Majmu’ Syarah al Muhadzdzab (3/307)
[20] Raudhatut Thalibin (1/231)
[21] Raudhatut Thalibin (1/232)
[22] Raudhatut Thalibin (1/232)
[23] Asna al Mathalib (1/144)
[24] Raudhatut Thalibin (1/232)
[25] Asna Mathalib (1/145)
[26] Mughi al Muhtaj (1/347)
[27] Tuhfah al Muhtaj (2/18)
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq