𝗠𝗘𝗡𝗬𝗘𝗕𝗨𝗧 𝗪𝗔𝗛𝗔𝗕𝗜 𝗜𝗧𝗨 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗛𝗜𝗡𝗔?
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Sebagian pihak ada yang menganggap ketika kita menyebut Wahabi kepada sebagian kelompok, itu dianggap sebagai bentuk hinaan dan perendahan. Hal ini mungkin didasari karena biasanya, sebutan Wahabi itu dilontarkan oleh pihak pembenci dan dalam sejarah ada paham Wahabiyah yang merupakan sekte sesat yang diantara tokohnya adalah Abdul Wahhab bin Rustum.
Namun sebenarnya, anggapan ini tidaklah sepenuhnya benar. Tidak semua yang menyebut kelompok yang mengikuti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan sebutan Wahabi itu tujuannya menghina dan merendahkan. Karena fakta yang tidak bisa dipungkiri, sebutan “Wahabi” ini juga diakui dan digunakan oleh pihak yang sama sekali tidak membenci Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan mereka adalah dari kalangan yang mengikuti ajarannya.
Memang benar istilah Wahabi itu banyak digunakan oleh para ulama yang kontra dan menyerang syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, namun hal yang juga benar, ulama yang tidak kontra juga menggunakan istilah ini : Wahabi.
Dan hari ini, kenyataan yang harus diakui bahwa kata Wahabi ini banyak digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menghina pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, tapi sebuah kenyataan juga bahwa ada pihak yang menyebut “Wahabi” hanya untuk mempertegas dan memperjelas identitas suatu kelompok dari umat Islam.
Dan dalam Islam menisbahkan sebuah ilmu atau ajaran kepada muassisnya adalah hal yang sudah sangat biasa. Bukankah kita mengenal misalnya madzhab fiqih yang disepakati keabsahannya oleh umat juga dinisbahkan ke nama pendirinya, Hanafi, Maliki Syafi'i dan Hanbali? Lalu mengapa harus keberatan jika dinisbahan sebuah gerakan dakwah dengan nama pendirinya, seperti Wahabi kepada Muhammad bin Abdul Wahhab?
Berikut ini adalah beberapa bukti dari tulisan dalam kitab-kitab para ulama yang bisa dikatakan termasuk yang mendukung dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab atau minimal tidak kontra kepada pemahamannya.
Pertama, adalah kitab ”Al Harakatul Wahhabiyah” karya Syaikh Dr. Muhammad Khalil Harras (1975 M) seorang tokoh Salafi Wahabi Mesir yang memiliki banyak karya dan murid hingga hari ini. Dari judul bukunya saja kita sudah langsung tahu bahwa istilah Wahabi itu bukan untuk merendahkan, tapi dibuku tersebut beliau menjelaskan sejarah dan ajaran Wahabi yang sebenarnya yang menurut beliau banyak disalahpahami.
Kedua, adalah kitab yang berjudul “Tuhfatul Wahabiyah an Najdiyah” karya Sulaimah bin Sahman (1930 M) seorang ulama Wahabiyah yang sangat getol membela Syaikh bin Abdul Wahhab dari serangan musuh dan pembencinya. Dari judulnya kita juga sudah sangat ma’lum.
Ketiga, pernyataan dari Syaikh Bin Baz rahimahullah (1995 M) yang dimuat dalam beberapa tulisan termasuk di situs resmi beliau binbaz.org. Seseorang bertanya kepada beliau : “Sebagian orang menamakan ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi apakah anda Ridha dengan nama tersebut?”
Beliau menjawab :
هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه
“Penamaan tersebut telah masyhur untuk ulama Tauhid yakni ulama Najd mereka menisbahkan para ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab Rahmat Allah atasnya.”
Lalu beliau melanjutkan:
فهو لقب شريف عظيم.
“Dan itu adalah nama yang sangat mulia nan agung.”
Keempat, dalam kitab “Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab: Akidahnya Salafiyyah, dakwahnya yang bersifat reformis, dan pujian para ulama terhadapnya.” karya Syaikh Ahmad ibn ‘Hajar al Butami beliau jelas menyebut istilah Wahabi untuk menjuluki pengikut dari Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, seperti :
Di halaman 59 :
فقامت الثورات على يد دعاة الوهابيين.
"Maka tegaklah revolusi di atas tangan para da’i Wahhabi…”
Di halaman 60 :
يدينون بالإسلام على المذهب الوهابي.
"mereka beragama dengan Islam atas Madzhab Wahhabi……".
Kelima, dalam kitab “Quthuf min asy Syama’il al Muḥammadiyyah” karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu (2014 M) salah satu ulama dan pengajar di Darul Hadits di Makkah, pada halaman 66 beliau berkata :
قال الناس عنه: «وهابي» ليصرفوا الناس عن دعوته..وشاء الله أن تكون كلمة «وهابي» نسبة إلى «الوهاب» أحد أسماء الله، الذي وهب له التوحيد
“Orang-orang berkata tentangnya: “Wahabi”, dengan tujuan menjauhkan manusia dari dakwahnya. Namun Allah berkehendak agar kata “Wahabi” itu menjadi nisbat kepada “al-Wahhāb”, salah satu nama Allah, yang telah menganugerahkan kepadanya tauhid (ketauhidan).”
Keenam, Syaikh Rasyid Ridha (1935 M) yang dikenal luas termasuk pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan tentang posisi dari istilah Wahabi dalam kitabnya As Sunnah wasy Syi‘ah, al Wahabiyyah war Rafidhah Haqaiq Diniyyah Tarikhiyyah Ijtimaiyyah Islahiyyah.
Ketujuh, Kitab Khawatir Haula Wahabiyah (renungan penting seputar Wahabiyah) karya Syaikh Muhammad Ismail al Muqaddim. Dari judulnya beliau juga dengan tegas menyebut istilah Wahabi.
Kedelapan, dari tokoh tanah air, dalam kitab “Al Fatawa” tulisan dari ustadz Hamid al Anshari (2000 M) seorang tokoh dari Gerakan al Irsyad al Islamiyah mengutip perkataan Syaikh Ahmad Surkati rahimahullah di halaman 10 :
أما الوهابيون وهم أتباع محمد بن عبد الوهاب التميمي النجدي…ونسبوا إليه كثيرا من الأقوال لتنفير الناس عنه
“Adapun kaum Wahabi, itu adalah sebutan untuk para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi an-Najdi, … mereka menisbatkan kepadanya banyak perkataan (tuduhan) untuk menjauhkan manusia darinya.”
Saya bisa saja memenuhi tulisan ini dengan banyak lagi kitab-kitab semisal dari tokoh-tokoh Wahabiyah yang lain atau yang minimal tidak membenci beliau, namun delapan point di atas kami rasa sudah mencukupi.
Sehingga dari sini kita bisa memahami, sangat tidak bijaksana jika setiap yang menyebut Wahabi, selalu dituduh merendahkan pihak atau kelompok tertentu. Apakah beliau-beliau di atas saat menggunakan istilah Wahabi hendak merendahkan ?
Tidak sama sekali, justru sebagiannya menyebut nama Wahabi dengan rasa penuh kebanggaan. Saya sendiri menggunakan kata Wahabi untuk lebih bisa membedakan dan memperjelas, atau terkadang menggunakan kata Salafi dengan S besar untuk memperhalus, tapi saya tidak berniat menghina dan merendahkan dengan menggunakan sebutan itu.
Dan ada sebuah anomali, saya beberapa kali bertemu dengan pihak yang justru tidak suka disebut Salafi, mereka lebih senang jika dipanggil Wahabi, diantaranya adalah ustadz Ihsanul Faruqi II, yang tinggal di Jogjakarta.
Sri Mulyani bukan lagi Menteri
Cukup sampai di sini, saya jangan dibully
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq







