๐๐ข๐ฅ๐๐๐ฆ๐ ๐๐๐๐๐ก๐๐๐ก ๐ง๐๐๐ ๐๐ฌ๐๐ ๐๐๐ฃ๐๐๐ ๐๐๐ก๐จ ๐ค๐จ๐๐๐ ๐๐
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Untuk melengkapi serial tulisan tentang Aqidah kali ini, kami merasa hal yang juga baik untuk disampaikan adalah menhadirkan fakta adanya semacam koreksi atau bahkan bisa disebut sebagai serangan balik dari kalangan pengikut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kepada sebagian ulama Hanabilah.
Satu hal yang semoga saja membuat kita menyadari, jika upaya mendekatkan pemahaman Hanabilah dengan Asy’ariyah itu dianggap suatu hal yang dipaksakan, maka ketidaksamaan antara Hanabilah versi Ibnu Qudamah dengan Hanabilah yang condong ke Syaikh Ibnu Taimiyah itu juga memang ada dan tidak usah dipaksa untuk dianggap selalu sama.
Jangan kemudian berfikir bahwa ketika ada pihak dari kelompok lain yang menyama-nyamakan dianggap lompat pagar dan divonis sok tahu karena tentu ulama internal kelompoknya tentu lebih tahu dan lebih sama. Apa masalahnya ulama kaum Muslimin disamakan, toh mereka adalah ulama kita semua yang wajar sama karena sebenarnya sumber utama rujukan keilmuan mereka juga sama.
Dan ketika mereka berbeda dalam satu permasalahan, bahkan hingga beda madzhab dan aliran kita tetap bisa melihat irisan kesamaan diantara mereka tetap lebih banyak. Sebagaimana perbedaan mereka yang satu madzhab saja juga hal yang nyata dan biasa.
Dalam hal ini, tak sedikit counter attack dari aliran versi Syaikul Islam dari kalangan ulama Salafiyah Wahabiyah terhadap sosok seperti Ibnu Qudamah termasuk terkait isu yang sedang kita angkat ini, Tafwidh.
Pada kesempatan kali ini kita sebutkan sebagiannya, semoga menjadi wawasan yang bisa membuat kita semakin paham untuk bersatu tidak harus satu kubu, satu ilmu dan selalu sama dalam memandang sesuatu, karena faktanya memang tidak ada yang mampu seperti itu.
Kali ini kita khususkan bahasan pada kritik pengikut aliran Syaikh Ibnu Taimiyah kepada al imam Ibnu Qudamah dulu, itupun hanya di satu kitab beliau saja, Lum’atul I’tiqad.
Di lain kesempatan jika memang dirasa perlu kita bisa menghadirkan juga kitab-kitab beliau yang lain yang turut dikuliti atau mungkin juga “Nasib” ulama-ulama Hanabilah yang lainnya.
๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต ๐๐ฏ๐ฟ๐ฎ๐ต๐ถ๐บ ๐๐น๐ ๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต (w1389 H) berkata :
ุฃู ุง ู ุง ุฐูุฑู ูู ุงููู ุนุฉ ููู ููุทุจู ุนูู ู ุฐูุจ ุงูู ููุถุฉ، ููู ู ู ุดุฑ ุงูู ุฐุงูุจ ูุฃุฎุจุซูุง.ุญุชู ูุงููุง: ุฅู ู ุฐูุจ ุงูู ููุถุฉ ุดุฑ ู ู ุงูู ุคููุฉ
“Adapun apa yang disebutkan dalam al Lum'ah (oleh al imam Ibnu Qudฤmah), maka itu sesuai dengan mazhab al Mufawidhah (kaum Tafwiแธz ma’na), dan ia adalah salah satu madzhab yang paling buruk dan paling keji. Bahkan mereka berkata: Sesungguhnya madzhab al Mufawwiแธah itu lebih buruk daripada al Mu'awwilah (kaum Ta'wil).”[1]
๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต ๐๐ฏ๐ฑ๐๐น ๐๐๐ถ๐ ๐ฎ๐น ๐ ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐ต๐ถ๐๐ต (w 1350 H), dalam kitabnya Al Barahin al Mu'tabarah fi Hadmi Qawa'id al Mubtadi'ah (Bukti-bukti yang Sah dalam Merobohkan Kaidah-kaidah Ahli Bid'ah) membuat bab khusus dalam kitabnya tersebut :
"Tanggapan terhadap perkataan Ibnu Qudamah mengenai sifat-sifat Allah – Jalla wa 'Ala – '(dan mereka tidak mengetahui hakikat maknanya)' dan perkataan para ahli ilmu seputar ungkapan ini. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai ungkapan-ungkapan serupa dari kitab-kitab Imam Ibnu Qudamah."
Di bab itu beliau “menguliti” Ibnu Qudamah terkait sikapnya dalam masalah tafwidh, diantaranya dikatakan :
ุนุจุงุฑุฉ ุงุจู ูุฏุงู ุฉ ูุฐู ู ุน ุนุจุงุฑุชู ุงูุดููุฑุฉ ูู «ูู ุนุฉ ุงูุงุนุชูุงุฏ» ู ู ุงูุนุจุงุฑุงุช ุงูู ุดููุฉ، ููุฏ ุงุฎุชูู ุงูู ุนุงุตุฑูู ูู ู ูุตุฏู ู ููุง
“Ungkapan Ibnu Qudamah ini, bersama dengan ungkapan beliau yang terkenal dalam (Lum'at al I'tiqad) adalah ungkapan-ungkapan yang bermasalah dan para ulama kontemporer berbeda pendapat mengenai maksud beliau di baliknya.”[2]
๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต ๐จ๐๐๐ฎ๐ถ๐บ๐ถ๐ป (w 1421 H) rahimahullah berkata :
ุฃู ุง ู ุง ุฐูุฑู ุงุจู ูุฏุงู ุฉ ูุฅูู ููุทุจู ุนูู ู ุฐูุจ ุงูู ููุถุฉ ููู ุดุฑ ุงูู ุฐุงูุจ ูุฃุฎุจุซูุง، ูุงูู ุตูู -ุฑุญู ู ุงููู- ูู ุฅู ุงู ุฃูู ุงูุณูุฉ ููู ู ู ุฃุจุนุฏ ุงููุงุณ ุนู ุงูู ููุถุฉ ูุบูุฑู ู ู ุงูู ุจุชุฏุนุฉ
"Adapun apa yang disebutkan oleh Ibnu Qudamah, maka ini telah bersesuaian dengan madzhab al Mufawwiแธah, dan ia adalah seburuk-buruknya dan sekeji-kejinya madzhab."[3]
๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต ๐๐ฏ๐ฑ๐๐ฟ๐ฟ๐ฎ๐๐ฎ๐พ ๐ฎ๐น ๐๐ณ๐ถ๐ณ๐ถ (w 1415 H) berkata :
ููุฏ ุบูุท ุงุจู ูุฏุงู ุฉ ูู «ูู ุนุฉ ุงูุงุนุชูุงุฏ»، ููุงู: ุจุงูุชูููุถ. ูููู ุงูุญูุงุจูุฉ ูุชุนุตุจูู ููุญูุงุจูุฉ، ููุฐูู ูุชุนุตุจ ุจุนุถ ุงูู ุดุงูุฎ ูู ุงูุฏูุงุน ุนู ุงุจู ูุฏุงู ุฉ، ّูููู ุงูุตุญูุญ ุฃู ุงุจู ูุฏุงู ุฉ ู ّููุถ
“Dan sungguh Ibnu Qudamah telah keliru dalam (Lum'at al I'tiqad) karena dia berkata: dengan at Tafwiแธ. dan para ulama แธคanabilah cenderung fanatik terhadap sesama แธคanabilah, oleh karena itu sebagian Masyaikh mereka fanatik dalam membela Ibnu Qudamah. Namun, yang benar adalah bahwa Ibnu Qudamah dalam hal ini adalah termasuk Mufawwiแธh.”[4]
๐ฆ๐๐ฎ๐ถ๐ธ๐ต ๐๐ฏ๐ฑ๐๐น ๐๐๐ถ๐ ๐ฎ๐ฟ ๐ฅ๐ฎ๐ท๐ถ๐ต๐ถ berkata :
ููุงู ุงูู ุคูู ู ููู ، ุงูู ุคูู ู ู ุฃุฆู ุฉ ุฃูู ุงูุณูุฉ ูุฑุฏ ุฅูู ููุงู ู ุงููุงุถุญ ุงูุฐู ููุถุญ ูุฐุง ุงูู ุนูู ูุฅูุง ุธุงูุฑู ูููู ุฅุซุจุงุช ุงูููุธ ููุท ุจุฏูู ุงูู ุนูู، ูุฐุง ู ุฐูุจ ุงูู ููุถุฉ؛ ูุฃู ุฃูู ุงูุจุฏุน ุทุงุฆูุชุงู ุงูู ููุถุฉ ูุงูู ุคููุฉ
“Perkataan dari penulis (Ibnu Qudamah) ini memang mengandung kesamaran. Penulis adalah salah satu imam Ahlussunnah, maka ucapannya harus dikembalikan kepada perkataan beliau yang jelas yang menerangkan makna ini. Jika tidak, secara dzahir, perkataan beliau menunjukkan penetapan lafaz saja tanpa makna, dan ini adalah mazhab al Mufawwiแธah.
Karena ahlul bid'ah itu ada dua kelompok yakni al Mufawwiแธah (kaum tafwidh) dan al Mu'awwilah (kaum Ta'wil).”[5]
Wallahu a'lam.
________________________________________
[1] Kitab at Ta’liqat ‘ala Syarh Lum’ah al I’tiqad hlm. 35
[2] Al Barahin al Mu'tabarah hlm 546
[3] Kitab at Ta’liqat ‘ala Syarh Lum’ah al I’tiqad hlm. 35
[4] Al Fatawiyah (1/153)
[5] Kitab at Ta’liqat ‘ala Syarh Lum’ah al I’tiqad hlm. 36
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
