​Kedudukan dan Kriteria Ulama yang Wajib Diikuti (Ulama Akhirat vs. Ulama Dunia)

​Kedudukan dan Kriteria Ulama yang Wajib Diikuti (Ulama Akhirat vs. Ulama Dunia)

Kedudukan dan Kriteria Ulama yang Wajib Diikuti (Ulama Akhirat vs. Ulama Dunia)

​Ulama ('ulama – bentuk jamak dari ‘alim) adalah pilar utama yang menjembatani umat dengan ajaran Ilahi. Mereka diakui dalam syariat sebagai pewaris para Nabi, yang mewarisi ilmu, bukan harta. Oleh karena itu, mengenali Kedudukan dan Kriteria Ulama yang Wajib Diikuti adalah kewajiban fundamental bagi setiap Muslim agar tidak tersesat dalam lautan fatwa.

​Imam Al-Ghazali, dalam kitab-kitabnya, telah menggariskan pemisahan tegas antara dua tipologi ulama: Ulama Akhirat dan Ulama Dunia. Perbedaan ini terletak pada niat, orientasi, dan sikap mereka terhadap kehidupan dan kekuasaan.

​Kedudukan Agung Ulama di Mata Syariat

​Sebelum membedah kriteria, penting untuk menegaskan kedudukan mulia ulama.

  1. Pewaris Para Nabi: Ulama melanjutkan risalah keilmuan kenabian, sebagaimana dikuatkan oleh hadis dan disimpulkan dalam judul Ilmu dan Ulama.
  2. Pemandu Akidah dan Fiqh: Ulama memiliki peran eksklusif dalam memberikan validasi (ta’wil, istinbath). Inilah alasan mengapa kita diwajibkan untuk Wajib Memuliakan Ulama Lurus—mereka adalah mercusuar kebenaran.
  3. Cakupan Ilmu: Ulama tidak hanya terbatas pada Fiqh. Walaupun ada perdebatan dalam sejarah Islam seperti Benarkah Ahli Kalam Bukan Ulama?, Ulama sejati adalah mereka yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk Akidah (Kalam), Fiqh, Hadis, dan Tasawuf, yang kesemuanya disatukan oleh rasa takut kepada Allah.

​Kriteria Utama Ulama Akhirat (Yang Wajib Diikuti)

​Ulama Akhirat adalah para ulama yang menjadikan ilmunya sebagai tangga menuju keridaan Allah (ridhallah). Tanda Ulama yang Benar tercermin dalam karakter mereka, bukan sekadar popularitas atau gelar.

​A. Zuhud, Wara’, dan Tawadhu’

  1. Menghindari Dunia: Ulama Akhirat menjauhi ambisi duniawi dan tidak menjadikan ilmu sebagai sarana mencari harta atau jabatan. Mereka mencontohkan Nutrisi Jiwa Dari Kisah Ulama yang hidup sederhana, fokus pada manfaat bagi umat.
  2. Kedermawanan dan Pengorbanan: Mereka mencontoh Kedermawanan Imam Syafi’i, yang bahkan digambarkan sebagai Ulama Yang Super Dermawan, di mana harta yang didapat digunakan untuk membantu murid dan kepentingan ilmu, bukan memperkaya diri.

​B. Integritas Keilmuan

  1. Kehati-hatian dalam Fatwa: Mereka tidak gegabah dalam memutuskan hukum. Mereka mencerminkan etos para sahabat yang saling menanyakan kepada yang lebih tua, menunjukkan sikap wara’ (hati-hati) dalam mengeluarkan fatwa.
  2. Lapang Dada terhadap Kritik: Ulama yang lurus menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Ulama Yang Lebih Utama Terbiasa Dikritik Oleh Yang Lebih Rendah Darinya adalah kenyataan historis yang menunjukkan kebesaran jiwa mereka dalam tradisi keilmuan (Tradisi Kritik Ilmiyah Ulama).

​Tanda-Tanda Ulama Dunia (Yang Harus Diwaspadai)

​Ulama Dunia adalah ulama yang menjadikan ilmu sebagai komoditas atau alat untuk memuaskan syahwat kekuasaan, popularitas, atau harta.

​A. Saling Hasad dan Mencela

  1. Sikap Ekstrem dalam Kritik: Salah satu ciri Ulama Dunia adalah hasad (iri) terhadap kepopuleran atau ilmu ulama lain. Ini terwujud dalam sikap mudah merendahkan pendapat ulama lain atau bahkan menuduh mereka sesat.
  2. Mendustakan Ulama Lain: Jika seorang ulama mudah Mendustakan Perkataan Ulama lain demi mengangkat popularitasnya sendiri, ini adalah indikasi Ulama Dunia. Ulama Akhirat selalu mengedepankan adab dan husnuzhan (berprasangka baik) dalam berdiskusi.

​B. Orientasi pada Kekuasaan dan Harta

  1. Mendekati Penguasa: Ulama Dunia merasa butuh untuk mendekati penguasa demi mendapatkan kemuliaan, jabatan, atau harta. Tindakan ini berpotensi menyebabkan mereka kehilangan independensi dan membenarkan kedzaliman.
  2. Menjual Ilmu: Mereka cenderung mencari Zakat Kepada Ulama sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana untuk melanjutkan dakwah atau membantu umat. Tujuan utama mereka berfatwa adalah untuk mendapatkan duniawi.

​Memilih Rujukan Secara Proporsional

​Dengan adanya dualisme ini, umat harus belajar Menempatkan Ulama Secara Proporsional.

  1. Ikuti Metodologi: Umat harus mengikuti panduan ulama (Manhaj) yang terbukti membawa keselamatan, bukan terombang-ambing antara Ikut Ulama atau Nabi? Ulama adalah penafsir yang memahami konteks hadis.
  2. Kesinambungan: Kriteria Ulama yang wajib diikuti adalah mereka yang memiliki rantai keilmuan (sanad) yang terhubung, konsisten, dan independen. Mereka adalah pewaris yang menjaga Warisan Ulama Salaf, Adab dan Perbedaan Pendapat, bukan memecah belah.

Kesimpulan:

​Kedudukan ulama tidak otomatis menjamin kebenanan, melainkan bergantung pada niat dan kriteria mereka. Ulama Akhirat adalah mereka yang mewarisi ilmu dengan rasa takut kepada Allah, menjaga diri dari kekuasaan dan harta, serta menyajikan ilmu dengan penuh adab dan kehati-hatian. Mengenal Tanda Ulama yang Benar dan membedakannya dari Ulama Dunia adalah kunci bagi umat untuk mengikuti jalan yang lurus dan mendapatkan bimbingan yang murni dari pewaris para Nabi.

Sumber : Kajian Ulama kategori ulama

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "​Kedudukan dan Kriteria Ulama yang Wajib Diikuti (Ulama Akhirat vs. Ulama Dunia) - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®