Benarkah Imam Alghazaly dan para ulama tasawuf mengingkari ilmu kalam
Ilmu kalam dengan makna khas tidak dipelajari untuk membangun atau meningkatkan atau memperkuat keimanan, tapi untuk menjaga keimanan. Adapun membangun pondasi keimanan itu fungsi ilmu aqidah, jika ada hujjah kalamiyah yang masuk kedalamnya maka dia sebagai pelengkap yang membantu proses mengenal dasar aqidah islam dengan akal.
Adapun fungsi meningkatkan atau memperkuat keimanan, adalah tugas dari ilmu tasawuf, jika ada hujjah kalamiyah didalamnya, maka itu sebagai pelengkap, sebagaimana kehadiran lataif tasawuf dalam kitab ilmu kalam, yang juga datang sebagai pelengkap, bukan sebagai fungsi utama.
Makanya jika ada dari ulama tasawuf yang mu'tabar mengkritik para pelajar ilmu kalam atau bahkan ulama ilmu kalam, maka itu adalah kritikan bagi mereka yang memfungsikan ilmu kalam sebagai ilmu untuk membangun atau mengajarkan dasar aqidah seseorang, bukan sebagai penjaga, itu akan bermasalah, karena tabiat berfikir sendiri.
Atau kritikan pada orang yang terlalu disibukan dalam ilmu kalam, sampai lupa bahwa dia juga punya tugas pribadi sebagai seorang hamba yaitu meningkatkan dan memperkuat keimanannya sendiri, yang mana dia akan menghadap Allah dengan iman itu, jangan sampai kesibukan pada masalah kifayah, melupakan masalah ain.
Maka dari itu para ulama tarbiyah, meminta para mutakhasis dalam ilmu kalam, untuk menyeimbangkan hal tersebut, antara tugas memperbaiki diri dan tugas menjaga umat dari syubhat, dimana para mutakhasis dalam ilmu kalam kadang seringkali jatuh dalam kepincangan dengan menyibukkan diri pada salah satu, sehingga menjadi tidak seimbang.
Inilah maksud yang dijelaskan imam ghazaly dalam munqidz, beliau tidak menghapus menaskh ilmu kalam sebagaimana yang didakwakan oleh beberapa orang akhir-akhir ini, termasuk salah satu influencer yang saya yakin dia tidak pernah membaca buku alghazaly, dan mungkin hanya mengetahui masalah ini melalui tulisan orang,
Adapun bagi yang pernah membaca kitab-kitab imam ghazaly, mereka bisa mengetahui dengan jelas bahwa kritik beliau terhadap ilmu kalam bukan berarti beliau meninggalkannya, dengan dalil sangat jelas, bahwa beliau tetap menulis kitab ilmu kalam selepas khalwah beliau
Jadi beliau hanya menekankan agar ilmu kalam difungsikan sebagaimana tugas aslinya, dan para mutakhasis jangan sampai lalai dengan hal tersebut sampai lupa dengan tugas penghambaan diri pada Allah, karena itu cara terbaik untuk mengenal Allah lebih dekat setelah mengenal Allah dengan Akal.
Jadi jika ada kritikan ulama tasawuf atau tarbiyah yang muktabar pada ilmu kalam, bukan berarti mereka mengingkarinya atau mengingkari manfaatnya, tapi kritikan mereka sama dengan kritikan imam Al-Ghazali, bahwa mereka mengingkari orang-orang yang mempelajari ilmu kalam yang lupa dengan tujuan dan fungsi ilmu kalam.
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi
