Bagaimana mungkin Tasawuf sesat secara mutlak, sementara syekh Ibnu Taimiyah (w.728 H) rhm memiliki kitab khusus berjudul “Fiqh Tashawuf” ? Kitab ini diambil dari Majmu Al Fatawa beliau jilid 11 (atau 7 dicetakan lain sebagaimana yang ada pada kami). Bahkan, sebagian ulama menyimpulkan bahwa Ibnu Taimiyah sendiri adalah seorang shufi (pengikut tasawuf) dalam versi beliau. Dalam arti, beliau bertasawuf, dengan menghilangkan sisi-sisi tasawuf yang beliau anggap tidak selaras dengan syariat. Kalau demikian, ini sama persis dan sepakat dengan para ulama Ahlus Sunah wal Jamaah yang juga menjadikan tasawuf (yang sesuai syariat) bagian dari jalan untuk menuju Allah Ta’ala.
Salah satu tokoh ulama shufi yang menjadi rujukan primer dalam tasawuf sunni (ahlu sunnah) adalah imam Junaid Al Baghdadi (w.298 H) rhm. Syekh Ibnu Taimiyah menyatakan tentang beliau serta jalan tasawufnya ;
«فمن سلك مسلك الجنيد من أهل التصوف والمعرفة كان قد اهتدى ونجا وسعد»
“Barang siapa yang menapaki jalan (imam) Junaid (Al Baghdadi) dari kalangan ahli tasawuf dan makrifat, sungguh dia telah mendapatkan petunjuk, selamat, dan berbahagia.” (Majmu Al Fatawa : 14/355)
Menghakimi sesuatu itu tidak bisa hanya berdasar penamaan atau istilah saja, tapi harus berdasarkan substansi. Sebelum menghakimi tasawuf, maka perlu dipahami dengan detail dan benar apa itu tasawuf dan ajaran-ajaranya dari sumber-sumber primer yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika ada kasus dari (oknum) shufi yang menyimpang, itu benar. Tapi kemudian gara-gara ini lalu menyesatkan tasawuf secara mutlak, itu kebodohan. (Abdullah Al Jirani)
*Note ; Kitab terlampir tidak dinukil secara utuh. Ada penyesuaian, pengurangan, dan tambahan judul yang dilakukan oleh Zuhair Syawis selaku muhaqqiq kitab. Jika ingin lengkap faidahnya, silahkan baca langsung ke kitab asalnya, yaitu Majmu Al Fatawa pada jilid yang sudah kami sebutkan.
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani