Kisah pemuda yang rela mengorbankan harta kecilnya demi memuliakan hari kelahiran Nabi saw. Dan dari situ, dia justru mendapatkan balasan dan keberkahan yang luar biasa. Simak kisah lengkapnya.
Dalam kitab l'anat at-Tālibīn, Abū Bakr 'Utsmān bin Muhammad Shață al-Dimyātī al-Syafi'i (al-Bakrī) menjelaskan perkataan Abu Syamah sebagai berikut:
وَمِنْ أَحْسَنِ مَا ابْتَدَعَ فِي زَمَانِنَا مَا يُفْعَلُ كُلَّ عَامٍ فِي الْيَوْمِ الْمُوَافِقِ لِيَوْمِ مَوْلِدِهُ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَالْمَعْرُوفِ وَإِظْهَارِ الزِّينَةِ وَالسُّرُورِ. فَإِنَّ ذَلِكَ مَعَ مَا فِيهِ مِنَ الْإِحْسَانِ لِلْفُقَرَاءِ مُشْعِرُ بِمَحَبَّةِ النَّبِيِّ ﷺ وَتَعْظِيمِهِ فِي قَلْبِ فَاعِلِ ذَلِكَ وَشُكْرِ اللَّهِ تَعَالَى عَلَى مَا مَنَّ بِهِ مِنْ إِيجَادِ رَسُولِ اللهِ الَّذِي أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
"Sebagian dari paling baiknya bid'ah di zaman kita adalah amalan yang dilakukan setiap tahun pada hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi saw. yaitu bersedekah, berbuat baik, menampakkan hiasan dan kebahagiaan. Semua itu, selain menjadi bentuk kebaikan untuk fakir miskin, juga menunjukkan cinta dan pengagungan kepada Nabi saw. serta rasa syukur kepada Allah atas karunia kelahiran Rasulullah saw. sang rahmat bagi semesta alam."
WARISAN HARTA UNTUK MAULIDAN
Abdullah 'Isa Al-Anshari bercerita:
"Di dekatku ada seorang perempuan salihah, yang memiliki seorang anak laki-laki yang juga saleh. Perempuan itu sangat miskin, tidak memiliki apa-apa kecuali satu dinar hasil penjualan dari tenunan benangnya. Kemudian ia wafat, dan anaknya itu selalu berkata:
"Ini adalah hasil jerih payah tenunan ibuku. Demi Allah, aku tidak akan membelanjakannya kecuali untuk urusan akhirat."
Suatu hari, ketika ia keluar untuk suatu keperluan, ia melewati sekelompok orang yang sedang membaca Al-Qur'an dan melaksanakan peringatan Maulid Nabi saw. pada bulan Rabiulawal.
la pun duduk bersama mereka dan mendengarkan. Pada malam harinya, ia tertidur dan bermimpi seakan-akan hari kiamat telah tiba. Lalu terdengar suara yang lantang berseru:
أَيْنَ فَلَانُ بن فُلَانٍ
"Di mana fulan bin fulan?"
seraya menyebut beberapa nama. Kemudian mereka semua digiring menuju surga, dan pemuda itu termasuk di antara mereka.
Sang penyeru kembali berkata:
"Sesungguhnya Allah telah membuatkan bagi masing-masing dari kalian sebuah istana di surga."
Lalu pemuda itu masuk ke dalam sebuah istana yang begitu indah, belum pernah ia melihat yang seindah itu. Di dalamnya banyak bidadari, sementara para pelayan menjaga pintu-pintunya. Namun ternyata istana-istana lain lebih agung dan lebih indah daripada yang ia masuki.
Maka ketika ia hendak memasukinya, para pelayan berkata:
لَيْسَ هَذَا لَكَ وَإِنَّمَا هُوَ لِلَّذِي عَمَلَ مَوْلِدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
"Ini bukan milikmu, melainkan milik orang yang mengadakan peringatan Maulid Rasulullah saw."
Keesokan harinya, pemuda itu pun segera membelanjakan dinar peninggalan ibunya untuk peringatan Maulid Nabi saw, gembira dengan mimpi yang ia alami.
la mengumpulkan orang-orang fakir untuk berzikir, membaca Al-Qur'an, dan menyebut kisah kelahiran dan perjalanan hidup Nabi saw. la juga menceritakan mimpinya kepada mereka, dan semua pun bergembira mendengarnya.
Sejak hari itu, ia bernazar untuk tidak pernah meninggalkan peringatan Maulid Nabi saw. selama hidupnya.
Pada malam berikutnya, ia kembali bermimpi. Ia melihat ibunya dalam keadaan yang sangat indah, mengenakan pakaian mewah dari surga, memancarkan aroma harum surga.
Dengan penuh takzim, ia mencium tangan ibunya, lalu ibunya mencium kepalanya seraya berkata: "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, wahai anakku. Barusan ada malaikat datang kepadaku dan memberiku pakaian indah ini."
la pun bertanya:
"Dari mana engkau memperoleh kemuliaan ini, wahai ibu?"
Ibunya menjawab:
"Itu karena engkau telah menggunakan dinar warisanmu untuk peringatan Maulid junjungan para nabi dan penutup para rasul. Inilah balasan bagi orang yang memuliakan Nabinya dan mengadakan peringatan Maulidnya."
Referensi:
1. Abū Bakr 'Utsmän ibn Muhammad Shață al-Dimyātī al-Syafi'i (al-Bakri), l'anat at-Talibin 'ala Hall Alfāz Fath al-Mu'in, (Beirut: Dar al-Fikr li al-Tiba'ah wa al-Nasyr wa al-Tawzi, cet. I, 1418 H/1997 M), juz 1, h. 313.
2. Muhammad Nawawi Al-Bantani, Targhib Al-Musytaqin, (Banten: Darul Wildan, cet. 1, 1446 H/2024 M), h. 9-10
#PondokLirboyo #SantriLirboyo #Santri #Lirboyo #KisahHikmah #KisahUlama #CintaRasulullah #MaulidNabi #RabiulAwal #Tulus #Rasulullah
Sumbe FB : Pondok Lirboyo
