Benarkah Pemahaman "Allah Ada Tanpa Tempat" Tidak Ditemukan Dalam Karya Imam Abul Hasan al-Asyari?
☆
Melanjutkan postingan Pak Kyai Abdul Wahab Ahmad.
Dalam kitab Risalah Ila Ahl Tsaghr karya Imam Abul Hasan al-Asyari, ada penjelasan beliau mengenai pembahasan sifat Mustahil bagi Allah. Termasuk salah satunya ialah "Mustahil Dzat Allah berada pada tempat tertentu selain tempat-tempat yang ada". Ini menunjukkan bahwa keyakinan Allah ada tanpa tempat memang dinash-kan langsung oleh Imam Abul Hasan al-Asyari dalam kitabnya sendiri.
Penjelasan ini menjadi prinsip-prinsip muhkamat yang beliau gunakan dalam mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk. Sayangnya, sebagian kalangan tertentu hanya menukil potongan perkataan beliau yang ihtimal lalu dinarasikan sesuai kepentingan si penukilnya.
Di dalam kitab ini, beliau menggunakan diksi "لا يجب - Tidak Wajib" yang mana di dalam pembahasan Teologi artinya Mustahil atau Tidak boleh disandarkan. Sebab, dalam sifat Wajib bagi Allah, ada lawannya yakni sifat Mustahil bagi-Allah.
💠Berikut penjabarannya :
1️⃣. Mustahil Sifat Allah Itu Muhdats
ولا يجب إذا أثبتنا هذه الصفات له عزّ وجل على ما دلت العقول واللغة والقرآن والإجماع عليها أن تكون محدثة ، لأنه تعالى لم يزل موصوفاً بها,
~📕Risalah Ila Ahl Tsaghr, halaman 218.
"Dan TIDAK WAJIB apabila kita tetapkan sifat-sifat ini bagi-Nya Azza wa Jalla berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh akal, bahasa, Al-Qur'an, dan ijma' bahwa sifat-sifat itu adalah ciptaan, karena Allah Ta'ala senantiasa disifatkan dengan sifat-sifat itu."
✅ Imam Abul Hasan menjelaskan bahwa sifat-sifat Allah yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran dan Ijma', serta berdasarkan bahasa dan secara Akal; adalah TIDAK BOLEH diyakini sebagai sifat yang baru ada/diadakan.
Allah senantiasa memiliki sifat-sifat tersebut sejak azaliy. Jika sifat-sifat-Nya baru ada, maka itu akan menunjukkan adanya permulaan bagi Dzat-Nya, yang mana ini akan bertentangan dengan ke-esaan dan ke-azaliyan Allah.
=
2️⃣. Mustahil Sifat Allah Berupa 'Aradh
ولا يجب أن تكون أعراضاً لأنه عز وجل ليس بجسم ، وإنما توجد الأعراض في الأجسام ، ويدل بأعراضها فيها وتعاقبها عليها على حدثها ،
"Dan TIDAK WAJIB bahwa sifat-sifat itu adalah aradh-aradh, karena Allah Azza wa Jalla bukanlah jisim, dan sesungguhnya aradh-aradh itu berada pada jisim, dan aradh-aradh itu di dalamnya dan urutannya kepada mereka menunjukkan penciptaan mereka."
~📕Risalah Ila Ahl Tsaghr, halaman 218.
✅ Imam Abul Hasan menjelaskan bahwa Allah Ta'ala bukanlah jism (benda) sehingga sifat-sifat–Nya bukanlah 'aradh (sifat benda). 'Aradh adalah kondisi atau gejala yang melekat dan bisa mengalami perubahan pada benda tersebut. Contoh 'aradh : Kondisi/keadaan fisik, kemampuan fisik, ukuran, warna, bentuk, tekstur, suhu, posisi, siklus dan sebagainya.
'Aradh hanya ada pada Jism, dan keberadaan 'aradh pada sesuatu adalah menunjukkan kebaharuan sesuatu tersebut sebab menunjukkan adanya permulaan. Oleh karena itu, sifat-sifat Allah seperti 'Uluw/'Aliy (Tinggi), Akbar/Kabir (Besar), Sama' (Mendengar), Bashar (Melihat), Qowiy (Kuat), Hayyan (Hidup), Kalam (Berfirman), dan semisalnya, ini tidak dapat dikategorikan sebagai 'aradh.
Sebab 'Uluw/'Aliy bukanlah dalam jenis posisi dan tempat, Akbar/Kabir bukan dalam jenis bentuk dan ukuran, Hayyan bukan dalam jenis kondisi fisik dan siklus. Sama'–Bashar–Qowiy–Kalam ini bukanlah dalam jenis kemampuan fisik yang butuh mekanisme.
=
3️⃣. Mustahil Sifat-Sifat–Nya Terpisahkan Dari Dzat-Nya
ولا يجب أن تكون غيره عز وجل لأن غير الشيء هو ما يجوز مفارقة صفاته له من قبل أن في مفارقتها له ما يوجب حدثه وخروجه عن الألوهية،
"Dan TIDAK WAJIB bahwa sifat-sifat itu adalah selain diri-Nya Azza wa Jalla, karena sesuatu yang lain adalah apa yang boleh terpisah sifatnya darinya, sehingga dalam terpisahnya sifat-sifat itu dari-Nya mengharuskan kebaruan-Nya dan mengeluarkan-Nya dari keilahian."
~📕Risalah Ila Ahl Tsaghr, halaman 218.
✅Imam Abul Hasan menjelaskan perbedaan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya. Makhluk memiliki sifat-sifat yang bisa berubah, hilang atau terpisah dari dzatnya. Dari yang sebelumnya ada menjadi tiada, dan dari tiada menjadi ada. Contohnya manusia, bisa kehilangan sifat-sifat tertentu seperti kondisi fisik, kemampuan atau kesehatan. Lalu malaikat yang bisa mengalami perubahan posisi keberadaan dzatnya dan berpindah tempat dari ketinggian menuju tempat yang lebih rendah atau dari satu tempat ke tempat lain.
Jika sifat-sifat Allah bisa berubah/terpisah dari-Nya, maka ini akan menunjukkan bahwa Allah adalah dzat yang diadakan atau bisa berubah keadaan. Kehilangan atau perubahan sifat akan menjadikannya tidak layak menyandang gelar ke-ilahi-annya
=
4️⃣. Mustahil Sifat-Sifat Allah Berupa Jisim, Jauhar, Terbatas dan Bertempat.
وهذا يستحيل عليه كما لا يجب أن تكون نفس الباري عز وجل جسماً أو جوهراً ، أو محدوداً ، أو في مكان دون مكان ، أو في غير ذلك مما لا يجوز عليه من صفاتنا لمفارقته لنا ، فلذلك لا يجوز على صفاته ما يجوز على صفاتنا
"Dan ini MUSTAHIL bagi-Nya sebagaimana TIDAK WAJIB bahwa Al-Bari Azza wa Jalla adalah jisim, atau penyusun jisim, atau terbatas, atau berada di suatu tempat selain tempat yang ada, atau berada pada sesuatu yang lain yang tidak diperbolehkan bagi-Nya dari sifat-sifat kita karena Dia berbeda dari kita. Oleh karena itu, apa yang diperbolehkan bagi sifat-sifat kita adalah tidak diperbolehkan bagi sifat-sifat-Nya."
~📕Risalah Ila Ahl Tsaghr, halaman 218-219, Cet. Maktabah al-'Ulum wal Hikam.
✅ Imam Abul Hasan secara tegas menolak dan menyatakan kemustahilan jika Allah adalah jism (benda), jauhar (sesuatu yang menyusun sebuah jisim), mahdud (sesuatu yang terbatas atau memiliki batas), atau fii makaan duna makaan (berada di suatu tempat tertentu).
Kalimat في مكان دون مكان - (fii makaan duwna makaan) artinya berada pada suatu tempat tertentu selain tempat-tempat yang ada, atau berada pada hal-hal lain yang menunjukkan keterbatasan dan kemiripan dengan sifat makhluk. Itu semua adalah tanda-tanda atau ciri-ciri dzat yang memiliki batasan, yang mana itu mustahil dan tidak boleh ada pada Allah sebab Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Sifat-sifat yang mengindikasikan keterbatasan yang dimiliki makhluk tidak boleh disematkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sehingga dari semua penjelasan tadi bisa disimpulkan yakni Imam Abul Hasan memiliki keyakinan bahwa keberadaan Allah senantiasa tanpa bertempat.
===
👨🏭 Adam Mostafa EL Prembuny
#abulhasanalasyari #risalahilaahltsaghr #aqidah
Sumber FB Ustadz : Adam Mostafa EL Prembuny
