Syair Memuji Rasulullah Yang Dianggap Ghuluw

Syair Memuji Rasulullah Yang Dianggap Ghuluw

*Syair Memuji Rasulullah Yang Dianggap Ghuluw*

Mengagungkan dan memuliakan Rasulullah adalah perintah Allah dalam al-Qur'an:

إِنَّا أَرْسَلْنَكَ شَهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ، لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا 

"Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul- Nya, menguatkan (agama)-nya, membesarkan-nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al- Fath: 8-9).

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Imam al-Hafizh al- Baghawi berkata dalam tafsirnya:

إِنَّا أَرْسَلْنَكَ شَهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ، لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ) أَيْ تُعِينُوهُ وَتَنْصُرُوهُ وَتُوَقِّرُوةٌ تُعَظِمُوهُ وَتُفَجِّمُوهُ هَذِهِ الْكِنَايَاتُ رَاجِعَةٌ إلى النبي صلى الله عليه وسلم وَتُسَبِّحُوهُ أَيْ تُسَبِّحُوا اللَّهَ يُرِيدُ تُصَلُّوا لَهُ، بُكْرَةً وَأَصِيلًا.

"(Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan) membantu dan menolong Rasul, (dan membesarkannya), mengagungkan dan membesarkan Rasul. Beberapa kinayah ini kembali kepada Nabi. (Dan bertasbih kepada-Nya) yakni bertasbih kepada Allah, maksudnya menunaikan shalat kepada-Nya (di waktu pagi dan petang)"

📚 Ma'alim al-Tanzil, Imam Al-Baghawi, juz 7 hal. 299.

Allah juga berfirman:

فَالَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِ، وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَبِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

"Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-A'raf :157)

Berkaitan dengan ayat tersebut, al-Imam al-Khazin, ulama ahli tafsir  menafsirkan:

فَالَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِ يَعْنِي بِمُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَعَزَرُوهُ) يَعْنِي وَقَرُوْهُ وَعَظَمُوْهُ، وَأَصْلُ التَّعْزِيْرِ الْمَنْعُ وَالنُّصْرَةُ، وَتَعْزِيْرُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم تَعْظِيمُهُ أَعْدَائِهِ وَإِجْلَالُهُ وَدَفْعُ الْأَعْدَاءِ عَنْهُ وَهُوَ قَوْلُهُ وَنَصَرُوهُ يَعْنِي عَلَى (وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُوَ يَعْنِي الْقُرْآنَ سُمِّيَ الْقُرْآنُ نُوْرًا لأَنَّ بِهِ

يَسْتَنِيْرُ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ فَيَخْرُجُ بِهِ مِنْ ظُلُمَاتِ الشَّرِّ وَالْجَهَالَةِ إِلَى ضِيَاءِ الْيَقِيْنِ وَالْعِلْمِ أُوْلَبِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾ يَعْنِي هُمُ النَّاجُوْنَ الْفَائِرُوْنَ بِالْهِدَايَةِ.

(Maka orang-orang yang beriman kepadanya), yakni kepada Muhammad (memuliakannya), yakni memuliakan dan mengagungkannya. Memuliakan Nabi

adalah mengagungkan dan membelanya dari para musuh, yaitu firman-Nya (dan menolongnya) menghadapi musuh-musuhnya (dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya) yakni al- Qur'an. Al-Qur'an disebut cahaya yang terang karena dapat menerangi hati seorang Mukmin sehingga keluar dari gelapnya keraguan dan kebodohan menuju cahaya keyakinan dan ilmu pengetahuan, (mereka itulah orang- orang yang beruntung) yakni orang-orang yang selamat dan beruntung mendapatkan hidayah."

📚 Lubab At-Ta'wil, Imam Al-Khazin, juz 2 hal. 258.

Dari ayat di atas, orang yang mengagungkan dan memuliakan Rasulullah dijanjikan termasuk orang-orang yang beruntung karena mendapat hidayah dari Allah di dunia.

🛑 Sahabat memuji Rasulullah dalam syair-syair yang mereka susun 🛑

Rasulullah juga mendengar pujian para sahabat kepada beliau dan membalasnya dengan pemberian hadiah. 

Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata:

وَسَمِعَ مَدِيحَ الشَّعْرِ وَأَثَابَ عَلَيْهِ

"Rasulullah juga mendengarkan syair yang memuji beliau dan memberi hadiah kepada penyairnya."

📚 Zad al-Ma'ad, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, juz 1 hal. 157

Dalam literatur sejarah telah populer syair-syair pujian para sahabat kepada Rasulullah.

Antara lain pujian sahabat Ka'ab bin Zuhair bin Abi Sulma sebagai berikut:

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، قَالَ: لَمَّا انْتَهَى إِلَى كَعْبِ بْنِ زُهَيْرٍ قَتْلُ ابْنِ خَطَلٍ، وَكَانَ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَوْعَدَهُ بِمَا أَوْعَدَ بِهِ ابْنَ خَطَلٍ قِيْلَ لِكَعْبِ: إِنْ لَمَّ تُدَارِكْ نَفْسَكَ قُتِلْتَ، فَقَدِمَ الْمَدِينَةَ، فَسَأَلَ عَنْ أَرَبِّ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَدُلَّ عَلَى أَبِي بَكْرٍ، فَأَخْبَرَهُ خَبَرَهُ، فَمَشَى أَبُو بَكْرٍ وَكَعْبٌ عَلَى أَثَرِهِ، وَقَدِ الْتَثَمَ حَتَّى صَارَ بَيْنَ يَدَيِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : رَجُلٌ يُبَايِعُكَ، فَمَدَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَدَهُ، فَمَدَّ كَعْبٌ يَدَهُ فَبَايَعَهُ، وَأَسْفَرَ عَنْ وَجْهِهِ، فَأَنْشَدَهُ قَصِيْدَتَهُ الَّتِي يَقُوْلُ فيها:

نُنْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَوْعَدَنِي ... وَالْعَفْوُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللَّهِ مَأْمُوْلُ

وفيها

إِنَّ الرَّسُوْلَ لَنُوْرٌ يُسْتَضَاءُ بِهِ ... مُهَنَّدٌ مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ مَسْلُوْلُ فَكَسَاهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بُرْدَةً لَهُ، فَاشْتَرَاهَا مُعَاوِيَةٌ مِنْ وَلَدِهِ، فَهِيَ الَّتِي يَلْبَسُهَا الْخُلَفَاءُ فِي الْأَعْيَادِ.

Dari Sa'id bin al-Musayyab, "Setelah berita dibunuhnya Ibnu Khathal sampai kepada Ka'ab bin Zuhair, dan sebelumnya telah sampai kepadanya bahwa Nabi mengancamnya seperti ancaman kepada Ibnu Khathal, maka orang-orang berkata kepada Ka'ab, "Kalau kamu tidak bisa menyelamatkan dirimu, kamu akan dibunuh", maka Ka'ab datang ke Madinah. Lalu ia bertanya siapa sahabat Rasulullah yang paling lembut. Ia ditunjukkan kepada Abu Bakar. Setelah menemui Abu Bakar, Ka'ab menceritakan tentang berita yang telah sampai kepadanya. Lalu Abu Bakar pergi untuk menemui Nabi dan Ka'ab mengikuti di belakangnya dengan menutupi wajahnya hingga sampai di depan Nabi. Lalu Abu Bakar berkata kepada Nabi, "Laki-laki ini akan berbaiat kepadamu." Nabi mengulurkan tangannya, dan Ka'ab juga mengulurkan tangannya untuk berbaiat sambil membuka penutup wajahnya. Lalu Ka'ab menembangkan kasidahnya yang di antara isinya:

Aku dikabarkan bahwa Rasulullah telah mengancamku, padahal pemberian maaf dapat diharapkan di sisi Rasulullah.

Setelah sampai pada bait:

Sesungguhnya Rasulullah adalah cahaya yang selalu menyinari, juga pedang yang diasah di antara pedang- pedang Allah yang dihunus

maka Rasulullah memakaikan selimut yang dikenakannya kepada Ka'ab sebagai hadiah. Kemudian pada masa berikutnya, selimut tersebut dibeli oleh Muawiyah dari anaknya Ka'ab. Selimut itulah yang selalu dipakai oleh para khalifah setiap hari raya."

📚 Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar, juz 5 hal. 444

Dalam riwayat di atas, Rasulullah memberi hadiah selimut kepada sahabat Ka'ab bin Zuhair setelah membacakan syairnya sampai pada bait yang isinya pujian kepada beliau. 

Pada masa hidupnya, selimut tersebut ditawar dengan harga yang tinggi untuk dibeli, tetapi Ka'ab menolaknya.

Baru setelah Ka'ab meninggal dunia, selimut tersebut dibeli oleh Muawiyah bin Abi Sufyan kepada ahli warisnya dengan harga 12.000 Dirham.

Rasulullah juga juga senang apabila seseorang membacakan syair pujian orang lain kepada beliau, sebagaimana dalam riwayat berikut ini;

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كُنْتُ قَاعِدَةً أَغْزِلُ وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْصِفُ نَعْلَهُ فَجَعَلَ جَبِينُهُ يَعْرَقُ وَجَعَلَ عَرَقُهُ يَتَوَلَّدُ نُورًا فَبُهِتُ فَنَظَرَ إِلَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : « مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ يُهِتِ؟ ؟

قُلْتُ: جَعَلَ جَبِينُكَ يَعْرَقُ وَجَعَلَ عَرَقُكَ يَتَوَلَّدُ نُورًا وَلَوْ رَآكَ أَبُو كَبِيرِ الْهُذَلِيُّ لَعَلِمَ أَنَّكَ أَحَقُّ بِشِعْرِهِ. قَالَ :« وَمَا يَقُولُ أَبُو ر؟ ». قَالَتْ قُلْتُ يَقُولُ : گبير؟

وَمُبَرَّاً مِنْ كُلِّ غُيَّرِ حَيْضَةٍ * وَفَسَادِ مُرْضِعَةٍ وَدَاءٍ مُغْيِلِ فَإِذَا نَظَرْتَ إِلَى أَسِرَةِ وَجْهِهِ * بَرَقَتْ كَبَرْقِ الْعَارِضِ الْمُتَهَدِّلِ

قَالَتْ فَقَامَ إِلَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيَّ وَقَالَ : 《 جَزَاكِ اللَّهُ يَا

عَائِشَةُ عَنِّي خَيْرًا مَا سُرِرْتِ مِنِّي كَسُرُورِى مِنْكِ》.

Dari Aisyah, "Aku duduk sambil memintal kain, sedangkan Nabi menjahit sandalnya. Tiba-tiba keningnya berkeringat, dan keringatnya mengeluarkan cahaya sehingga membuatku tercengang. Rasulullah melihatku, lalu bersabda, "Mengapa kamu tercengang?" Aku berkata, "Keningmu berkeringat dan keringatmu mengeluarkan cahaya. Seandainya Abu Kabir al-Hudzali melihatmu, pasti ia yakin bahwa engkau yang lebih berhak dengan syairnya." Nabi bersabda, "Apa yang dikatakan Abu Kabir al-Hudzali?" Aku berkata, "la berkata:

Laki-laki yang bersih dari noda wanita haid, buruknya wanita yang menyusui dan penyakit yang sulit disembuhkan Jika kamu melihat garis-garis di wajahnya, maka garis- garis itu mengkilat laksana kilat yang membentang dan menurunkan hujan lalu Nabi berdiri menghampiriku dan mencium antara kedua mataku seraya bersabda, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Aisyah. Aku tidak merasa senang senang seperti seperti rasa senangku senangku dengan uсараnmu."

Hadits hasan riwayat al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra [15427], 

Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliya' juz 1 hal. 221, 

Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad juz 6 hal. 62, 

Dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq juz 3 hal. 307-310.

Hadits di atas dinilai hasan, karena diriwayatkan melalui jalur Imam al-Bukhari.

Sumber FB : OKD Islami

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Syair Memuji Rasulullah Yang Dianggap Ghuluw - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®