Asy'ariyah dan Pembelaan Terhadap Hadis Dari Serangan Argumen "Rasional"

Asy'ariyah dan Pembelaan Terhadap Hadis Dari Serangan Argumen Rasional

Asy'ariyah dan Pembelaan Terhadap Hadis Dari Serangan Argumen "Rasional"

Tidak seperti fitnah yang digembar gemborkan Wahabi-Taimiy bahwa Asy'ariyah mendahulukan akal daripada hadis, bila kita membaca kitab-kitab Asy'ariyah secara langsung maka fitnah tersebut akan langsung terbongkar kedustaannya. Kalangan yang seringkali menolak hadits shahih dengan alasan bahwa kontennya tidak masuk akal adalah kalangan Mu'tazilah dan Falasifah Sudah maklum bahwa Asy'ariyah adalah musuh besar dua golongan tersebut hingga membuat mereka hilang dari panggung sejarah. 

Bahasan ini sebenarnya panjang sehingga kurang cocok untuk ukuran status Facebook. Namun saya hendak memberikan beberapa contoh yang sekiranya mewakili untuk mengungkap fakta sebenarnya tentang isu ini. 

Contoh pertama adalah kasus ada tidaknya Mizan atau penimbangan amal. Mu'tazilah menolak keberadaannya meskipun dinyatakan dalam hadis dengan alasan bahwa penimbangan amal tidak logis. Sedangkan Asy'ariyah membela hadits dan menjelaskan bahwa penimbangan itu logis. Dalam kitab Ulama asy'ariyah dijelaskan: 

وأما الميزان . فأنكره المعتزلة عن آخرهم لان الأعمال أعراض وان أمكن اعادتها فلا يمكن وزنها إذ لا توصف بالخفة والنقل، وأيضا فالوزن للعلم بمقدارها وهي معلومة الله تعالى فلا فائدة فيه فيكون قبيحا. تنزه عنه الرب تعالى والجواب : أنه ورد في الحديث أن كتب الأعمال هي التي توزن. وحديث الغرض من الوزن والقبح العقلى قد مر مرارا

"Adapun mengenai mīzān (timbangan amal), maka kaum Mu‘tazilah seluruhnya mengingkarinya, karena amal-amal itu berupa a‘rāḍ (sifat-sifat yang tidak berdiri sendiri), dan sekalipun memungkinkan untuk mengembalikannya, tidak mungkin untuk menimbangnya, sebab ia tidak bisa disifati dengan ringan maupun berat. Selain itu, penimbangan bertujuan untuk mengetahui kadar (amal) tersebut, padahal Allah Ta‘ālā telah mengetahuinya, maka tidak ada faedah di dalamnya sehingga keberadaannya dianggap buruk, dan Tuhan Mahasuci dari keburukan. Jawabannya: telah datang dalam hadis bahwa yang ditimbang adalah kitab-kitab amal, dan telah berulang kali disebutkan hadis mengenai tujuan dari penimbangan serta tentang bahasan keburukan secara rasional"

Contoh kedua adalah soal bangkitnya raga yang telah hancur. Falasifah mengingkarinya dengan alasan bahwa yang telah hancur tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Sedangkan Asy'ariah mengatakan bahwa itu mungkin terjadi secara rasional dan faktanya memang terjadi berdasarkan info yang pasti benar dari al-Qur'an dan hadis. Demikian penjelasan lengkapnya:

المقصد الثاني : في حشر الأجساد .

أجمع أهل الملل عن آخرهم على جوازه ووقوعه . وأنكرهما الفلاسفة .أما الجواز : فلان جمع الاجزاء على ما كانت عليه وإعادة التأليف المخصوص فيها أمر ممكن كما مر ؛ والله عالم بتلك الأجزاء ، قادر على جمعها وتأليفها لما بينا من عموم عامه وقدرته ؛ وصحة القبول والفعل توجب الصحة قطعا. وأما الوقوع : فلان الصادق أخبر عنه في مواضع لا تحصى بعبارات لا تقبل التأويل حتى صار معلوما بالضرورة كونه من الدين ؛ وكل ما أخبر به الصادق فهو حق

"Tujuan kedua: tentang kebangkitan jasad.

Seluruh penganut agama-agama sepakat tentang kebolehannya secara rasional dan fakta terjadinya. Namun para filsuf mengingkarinya. Adapun tentang kebolehannya secara rasional: karena mengumpulkan kembali bagian-bagian sebagaimana adanya semula dan mengembalikan susunan khusus padanya adalah sesuatu yang mungkin secara rasio, sebagaimana telah dijelaskan. Dan Allah mengetahui bagian-bagian itu, berkuasa untuk mengumpulkannya dan menyusunnya, sebagaimana telah kami jelaskan tentang keluasan ilmu dan kekuasaan-Nya. Dan adanya kesiapan untuk menerima serta kemampuan untuk melaksanakan pastilah meniscayakan kepastian kebenarannya. Adapun tentang fakta  terjadinya: karena Yang Jujur telah memberitakan tentang hal itu dalam banyak tempat yang tidak terhitung dengan ungkapan-ungkapan yang tidak bisa ditakwil, hingga menjadi sesuatu yang diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama. Dan segala sesuatu yang diberitakan oleh Yang Jujur maka pasti benar"

Perhatikan kalimat terakhir bahwa apa yang diberitakan oleh Yang Jujur alias Allah dan Rasul adalah pasti benar. Ini adalah penegasan bahwa Asy'ariyah berpedoman betul pada Alquran dan hadis sehingga membelanya dengan berbagai argumentasi nasional.

Contoh ketiga adalah kehidupan di alam kubur, siksa kubur dan introgasi Munkar Nakir. Mayoritas Mu'tazilah mutaakhirin menolak hal ini semua dengan beralasan bahwa keberadaannya tidak masuk akal. Ulama Asy'ariyah membantah mereka dengan dua argumen:

الأول : قوله تعالى : ( النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويوم تقوم الساعة ادخلوا آل فرعون أشد العذاب » عطف عذاب القيامة عليه فعلم أنه غيره وليس غير عذاب القبر اتفاقا فهو هو

"Pertama: firman Allah Ta‘ālā: “(Api neraka diperlihatkan kepada mereka pada pagi dan petang. Dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan), ‘Masukkanlah kaum Fir‘aun ke dalam azab yang lebih keras.’)”

Allah menyambungkan azab kiamat dengan azab tersebut, maka diketahui bahwa ia bukanlah azab yang sama. Dan karena bukan selain azab kubur—menurut kesepakatan—maka itulah azab kubur."

الثاني : قوله تعالى : ( ربنا امتنا اثنتين واحييتنا اثنتين» . وما هو إلا الأماتة، تم الاحياء في القبر ، ثم الأمانة فيه ، ثم الاحياء للحشر ، ومن قال بالأحياء فيه قال بالمسألة والعذاب. هذا : والأحاديث الدالة عليه أكثر من أن تحصى بحيث تواتر القدر المشترك

"Kedua: firman Allah Ta‘ālā: “Wahai Tuhan kami, Engkau mematikan kami dua kali dan menghidupkan kami dua kali.” Yang dimaksud tidak lain adalah mematikan, kemudian menghidupkan di dalam kubur, lalu mematikan lagi di dalamnya, kemudian menghidupkan untuk kebangkitan. Maka siapa yang berpendapat adanya penghidupan di dalam kubur, ia pun berpendapat adanya pertanyaan dan azab. Adapun hadis-hadis yang menunjukkan hal itu lebih banyak dari yang bisa dihitung, hingga derajat makna umumnya telah mencapai tingkat mutawātir."

Contoh keempat adalah kasus melihat Allah di akhirat. Bahasan ini cukup populer bahwa Mu'tazilah mengingkarinya dengan alasan bahwa melihat wujud yang bukan jisim adalah mustahil. Sedangkan asy'ariyah menetapkannya sesuai hadis dan menjelaskan bahwa melihat wujud Allah yang bukan jisin adalah memungkinkan secara rasional. Karena bahasan ini populer kiranya tidak perlu saya tampilkan kutipannya agar tidak panjang. 

Ini adalah sedikit contoh yang membuktikan bahwa Asy'ariah tidak menomorduakan hadis di bawah akal tetapi justru meletakkannya di posisi pertama lalu menjelaskan bahwa seluruh hadis-hadis sahih tersebut bisa dipahami dengan makna yang dapat diterima secara rasional. Akal sehat baru dimenangkan atas hadis hanya apabila hadisnya lemah atau hadisnya shahih tetapi petunjuk maknanya masih tidak tegas atau multi tafsir sehingga tidak bisa dimaknai secara sederhana.

Seluruh penjelasan ulama Asy'ariyah yang saya kutip di atas berasal dari kitab yang mengikuti madrasah Imam ar-Razi yang seringkali difitnah sebagai madrasah penganut filsafat dan memuja akal sehingga menolak hadis. Dari contoh di atas terlihat kebohongan fitnah tersebut. Judul kitabnya adalah al-Mawaqif karya Imam Adhuddin Al Iji.

Semoga bermanfaat. 

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Asy'ariyah dan Pembelaan Terhadap Hadis Dari Serangan Argumen "Rasional" - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®