Organ dan Kemampuannya

Organ Dan Kemampuannya

Organ Dan Kemampuannya

Ketika tubuh saya lumpuh mendadak kemarin, saya teringat diskusi antara Imam Al-Baqillan sebagai perwakilan Aswajai, An-Nashibini sebagai perwakilan Muktazilah dan Raja Adhud ad-Daulah yang penasaran akan diskusi keduanya. (Debat Antara al Imam al Baqillani dan Kaum Mutazilah)

Tema diskusinya adalah tentang bisa tidaknya melihat Allah di akhirat. Sebagaimana maklum, menurut Muktazilah Allah tidak dapat dilihat sebab semua yang dapat dilihat mengharuskannya berada di depan mata, dan itu artinya bahwa Allah adalah jisim yang bertempat, padahal Muktazilah dan semua firqah selain Mujassimah sepakat bahwa Allah bukan jisim. Karena Allah bukan jisim, mestinya tidak dapat dilihat, menurut Muktazilah. Saya ringkas dialog panjangnya sebagai berikut:

An-Nashibini berkata:

وقال: كل شئ يرى بالعين، فيجب أن يكون في مقابلة العين.

"Segala sesuatu dilihat dengan mata maka pasti objek yang dilihat harus lurus di depan mata"

Raja Adhud ad-Daulah meminta Al-Baqillani menanggapinya. Dia menjawab:

لو كان الشيء يرى بالعين لوجب أن يكون في مقابلة العين على ما قال: ولكن لا يرى الله بالعين.

"Andai sesuatu memang dilihat dengan mata, maka sesuatu tersebut harus berada di depan mata, seperti yang dia katakan, tetapi Allah kan tidak dilihat dengan mata?."

Raja Adhud ad-Daulah bertanya: keheranan

إذا لم ير الشيء بالعين، فبأي شئ يرى ؟

"Kalau Allah tidak dilihat dengan mata, maka dengan apa Allah dilihat?"

Imam Al-Baqillani menjawab:

يرى بالإدراك الذي في العين، ولو كان الشيء يرى بالعين لكان يجب أن ترى كل عين قائمة، وقد علمنا أن الاجهر عينه قائمة ولا يرى شيئا. 

"Dengan idrak (daya penglihatan) yang Allah ciptakan di mata. Kalau sesuatu dilihat dengan mata itu sendiri, maka setiap mata pasti bisa melihat [o yang sama]. Padahal orang yang buta, matanya tetap ada, tapi ia tidak melihat apa pun. 

Ia melanjutkan:

العين لا ترى، وإنما ترى الأشياء بالإدراك الذي يحدثه الله تعالى فيها، وهو البصر، ألا ترى أن المحتضر يرى الملائكة ونحن لا نراهم ؟ وكان النبي صلى الله عليه وسلم، يرى جبريل عليه السلام ولا يراه من يحضره ؟ والملائكة يرى بعضهم بعضا ولا نراهم نحن؟

"Mata tidak dapat melihat tetapi ia melihat sesuatu dengan daya input (idrak) yang Allah ciptakan di mata, yaitu penglihatan. Tidakkah kau sadar bahwa orang yang sedang sekarat [terkadang] mampu melihat malaikat padahal kita tidak dapat melihatnya? Nabi Muhammad juga melihat Jibril padahal para sahabat yang hadir tidak dapat melihatnya. Malaikat juga dapat melihat satu sama lain tetapi kita tidak dapat melihat mereka."

Dari situ terlihat bahwa dalam akidah Ahlussunnah Wal Jamaah, organ mata tidak dapat melihat karena yang mampu melihat adalah daya penglihatan, tangan tidak dapat bergerak sebab yang dapat menyebabkan bergerak adalah daya kekuatan, telinga tidak dapat mendengar sebab yang mendengar adalah daya pendengaran, dan begitu seterusnya untuk semua organ. Bila daya tersebut diciptakan oleh Allah di suatu organ, maka organ itu akan punya kemampuan sesuai jenis dayanya. Kalau tidak diciptaka, maka meskipun organnya ada tetapi tidak akan berfungsi.

Maha Kuasa dan Maha Suci Allah yang selalu terlibat dalam detik demi detik semua detail kehidupan kita. Tapi betapa bodoh kita, manusia, yang bisa-bisanya lupa akan hal sepenting ini. Kalau seseorang sudah mampu sadar terus akan hal ini setiap saat, maka dia telah sampai di pintu dunia hakikat dan bisa mengintip ke dalamnya, tapi betapa jarangnya yang sampai ke tahap ini apalagi tahap selanjutnya. Allah sering bersikap baik ketika kadang-kadang daya kemampuan itu tidak diciptakan di organ agar si manusia bisa sadar bahwa bukan cuma organ yang penting tapi yang lebih penting adalah pencipta daya yang membuat organ itu berfungsi. Subhanallah.

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Organ dan Kemampuannya - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®