Kenapa umat Rasulullah melakukan Maulid Nabi padahal Nabi dan Sahabat tidak melakukannya?!
Katanya sih begitu!
Perlu dipahami, tidak ada ayat al-Qur'an, tidak ada hadis Rasulullah, tidak ada perkataan Salafus Salih, tidak ada kaidah-kaidah Fiqhiyah dan Ushul Fiqh yang mengatakan bahwa "tidak boleh melakukan yang tidak dicontohkan Nabi". Dan bila dilakukan berarti melakukan bid'ah dan berdosa.
Kaidah yang benar: "tidak boleh melakukan yang dilarang Nabi".
Pernah Nabi melarang Maulid Nabi? Tidak pernah. Pernah Nabi melsrang berzikir dengan tasbih?! Tidak pernah! Pernah Nabi melarang berdoa dan berzikir bersama dengan jahar?! Tidak pernah!Pernah Nabi melarang membaca Al-Qur’an pakai mushaf?! Tidak pernah!
Pernah Nabi melarang membaca al-Qur'an di kuburan? Tidak pernah. Justru Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam menyuruh Sahabat membacakan al-Qur'an di kuburan kepada orang yang sudah wafat, itu sebabnya Sahabat Ibnu Umar berpesan kepada anaknya, "Kalau tanah kuburanku telah selesai ditutup, jangan langsung pergi, duduklah sejenak di pasaraku, dan bacakan untukku awal surat Al-Baqarah dan akhir surat Al-Baqarah. Kejadian inilah yang menjadi dasar Imam Ahmad menganulir larangannya terhadap orang yang membaca al-Qur'an di kuburan.
Apapun dalil dan dasar berpikir kita kemukakan dalam menjelaskan legalitas syariat yang membolehkan Maulid Nabi, Wahhabi tidak akan pernah terima! Berbusa-busa pun mulut kita menjelaskannya, tidak akan mereka terima! Sahabat Nabipun akan mereka bantah dan salahkan!
Bukan karena amaliyah umat Rasulullah salah. Bukan karena tidak sesuai dengan dalil. Tapi karena tidak sesuai dengan keinginan Wahabi! Itu saja
Oleh karena itu buat aja terus Maulid Nabi, semoga kita dan anak keturunan kita semakin kenal dengan Rasulullah dan semakin mencintai Rasulullah, sehingga semuanya mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sepanjang hayat dan dalam seluruh aspek kehidupan. Amin.
Maulid Nabi itu bagi kami adalah sebagai satu cara diantara banyak cara untuk memperkuat hubungan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, sehingga semakin kenal, semakin cinta, dan semakin senang menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Bahkan semakin rindu dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.
Bagi yang tidak mau merayakan peringatan Maulid Nabi, tidak usah merayakan peringatan Maulid Nabi. Biar kami aja. Kalau salah merayakan peringatan Maulid Nabi, biar kami yang bertanggungjawab di hadapan Allah saat dihisab nanti. Kalian gak usah pusing mengurusi kami.
Bagi kami Maulid Nabi itu adalah momentum mengungkapkan kebahagiaan dan rasa syukur atas karunia Allah yang sangat agung dengan kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam di tengah-tengah kita.
Di dalam Sunan an-Nasai disebutkan;
أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ خرجَ على حَلْقةٍ يعني من أصحابِهِ فقالَ ما أجلسَكم قالوا : جلَسنا ندعوا اللَّهَ ونحمَدُهُ ، على ما هدانا لدينِهِ ومنَّ علينا بِكَ قالَ آللَّهُ ما أجلسَكم إلَّا ذلِكَ قالوا آللَّهُ ما أجلسنا إلَّا ذلِكَ قالَ أما إنِّي لَم أستحلِفْكم تُهمةً لَكم وإنَّما أتاني
جبريلُ عليْهِ السَّلامُ فأخبرَني أنَّ اللَّهَ عزَّ وجلَّ يُباهي بِكمُ الملائِكةَ
Dulu, Para sahabat merayakan Maulid.Nabi dengan berdoa dan memuji Allah. Disebutkan jelas oleh sahabat alasan mereka berdoa dan berzikir dalam hadis; karena telah dikaruniakan nikmat Islam dan nikmat kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam.
Hari ini, umat Islam mengungkapkan ekspresi kebahagiaan karunia dihadirkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam dengan berbagai bentuk program dan acara Maulid Nabi. Di Pesantren Nurul Azhar kami lakukan dengan cara membaca beberapa buku tentang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam
Umat Ahlussunnah Wal Jama’ah melaksanakan Maulid Nabi berdasarkan petunjuk para ulama yang mengerti al-Qur'an dan Sunnah. Beberapa diantara referensi yang menjelaskan legalitas syariat kebolehan Maulid Nabi ditulis oleh para ulama hadis yang diakui kepakaran mereka dalam hadis sehingga digelari "al-Hafizh", bahkan "Amirul Mukminin fil Hadits".
Sementara yang mengingkari Maulid Nabi tidak mujtahid dan tidak juga al-Hafizh dalam hadis. Mereka mengingkari Maulid Nabi tapi membuat acara lain yang semakna dengan Maulid Nabi. Lebih parahnya, mereka mengingkari Maulid Nabi tapi membuat Maulid yang lain; Pekan Mengenang Muhammad bin Abdul Wahhab, Mengenang Ibn Utsaimin, Ulang Tahun PT Semen Padang, dan lain-lain.
Bagi saya; ada dua pilihan; ikut orang berilmu atau orang tidak berilmu?! Saya pastikan, saya harus pilih ikut orang berilmu!
Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar




