Bidah Bukan Hukum Taklifi

Bidah Bukan Hukum Taklifi

BID'AH BUKAN HUKUM TAKLIFI

Hukum taklifi adalah hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf. Para ulama membaginya menjadi lima yaitu; wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah

Adapun bid'ah bukan hukum taklifi melainkan segala perkara baru yang belum pernah dilakukan atau dicontohkan oleh Nabi atau para Sahabat di zaman Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam

Sepeninggalnya Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tidak sedikit perkara baru yang muncul yang membutuhkan perhatian para ulama untuk menghukuminya

Diantara perkara baru dalam agama yang muncul di era sahabat adalah pembukuan Al Qur'an

Diantara perkara baru dalam agama yang muncul di era tabi'in dan tabi'u tabi'in adalah memberi tanda baca pada Al Qur'an, merumuskan ilmu mustholahul hadis, merumuskan ilmu ushul fiqih dan ilmu-ilmu din yang lain

Adapun beberapa perkara baru dalam agama yang muncul di era setelah tiga generasi adalah musabaqah tahfidzul Qur'an, Haflah Khotmil Qur'an, Maulid Nabi, Mengkhususkan qiyamullail berjama'ah di 10 malam terakhir romadhon, kultum ramadhan dan lain-lain

Melihat beberapa perkara baru dalam agama yang muncul sepeninggalnya Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam maka imam Syafi'i mempunyai kaedah dalam menghukuminya

Kaedahnya adalah : setiap perkara baru sepeninggalnya Nabi shallaahu 'alaihi wasallam selama tidak bertentangan dengan Nash, atau ada dalil pendukung baik dalil umum secara manthuk atau mafhum maka ia bukanlah bid'ah dholalah (bid'ah yang sesat)

Sebagian ulama syafi'iyyah menghukumi perkara bid'ah menjadi lima hukum taklifi yaitu bid'ah wajibah, mandubah, makruhah, mubahah dan muharramah. Pelabelan bid'ah ini berdasarkan atsar dari umar ibnul Khottob radhiyallaahu 'anhu :

نعمت البدعة هذه

"Sebaik-baik bid'ah adalah ini (shalat taraweh berjama'ah)

Ulama lain seperti imam Syathibi rahimahullah tidak mau membagi bid'ah. Meskipun demikian beliau sepakat dengan kaedah imam syafi'i hanya saja beliau tidak menggunakan isthilah bid'ah melainkan memilih istilah lain.

Jika pembukuan Al-Qur'an oleh syafi'iyyah diistilahkan dengan bid'ah hasanah (mahmudah) maka ulama lain memilih istilah yang berbeda seperti mashlahah mursalah. Mereka berbeda dalam memilih istilah namun sepakat akan kaedahnya sebagai acuan untuk menghukumi. Dengan demikian jika perbedabatan orang-orang sekarang hanya sebatas pada istilah tanpa melihat pada akar masalah maka perdebatan tersebut akan terus berlanjut hingga hari kiamat

Selanjutnya, setelah ulama membuat kaedah dalam menghukumi apakah suatu perbuatan yang baru termasuk bid'ah yang sesat ataupun tidak ternyata merekapun berbeda dalam menghukuminya. 

Adakalanya mereka sepakat dan ada kalanya mereka berbeda pendapat. 

Sebagai contoh dari ulama syafi'iyyah sekaliber Ibnu Hajar al Haitami rahimahullaah memandang Maulid Nabi termasuk perkara bid'ah yang mubah jika rangkaian acaranya disini dengan pembacaan sirah, menyemangati umat untuk merenungi perjalanan dakwah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam  dan lain-lain. Dan akan menjadi bid'ah yang haram jika diisi dengan kemungkaran seperti ikhtilat laki-laki perempuan, dangdutan dan lain-lain. 

Adapun ulama lain semisal Ibnu Taimiyyah rahimahullaah tetap menghukumi sebagai bid'ah yang sesat sesuai dengan dalil yang beliau pahami.

Maka jadilah awam yang cerdas dengan tidak membenturkan pendapat para ulama karena semua pendapat yang ada dibangun berdasarkan ijtihad bukanlah wahyu, yang mana tidak ada satupun diantara ulama yang mengetahui kebenaran disisi Allah subhanahu wata'ala

Allahu A'lam

(INFO PENDAFTARAN : 0852-1207-8040) 

​Sumber FB Ustadz : Muhammad Fajri

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Bidah Bukan Hukum Taklifi - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®