Ilmu Fiqih Dalam Pandangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Ilmu Fiqih Dalam Pandangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Ilmu Fiqih dalam pandangan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pun tidak terlalu suka dengan bidang ilmu fiqih, ia beranggapan ilmu fiqih sudah menyebabkan banyak kaum muslimin berpaling dari Al-Quran dan Sunnah bahkan menyebabkan kaum muslimin taqlid buta kepada para fuqaha (ulama-ulama ahli fiqih) sehingga menjadikan fuqaha itu sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain Allah.

Berikut ucapannya yang dinukil oleh Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim al- 'Ashimi (seorang pengikutnya) dalam kitabnya "Ad-Durar As-Saniyyah; majmu'ah rasaail wa masaail 'ulama najd al-a'lam."

وَمِنْ أَدِلَّةِ شَيْخِ الإِسْلَامِ اتَّخَذَوُاْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانُهُمْ أَرْبَاباً مِنْ دُونِ اللَّهِ) [التوبة: ٣١] فَسَّرَهَا رَسُولُ اللَّهِ وَ الْأَئِمَّةُ ذلِكَ بَعْدَهُ بِهَذَا الَّذِي تُسَمُّونَهُ الفِقْهَ، وَهوَ الَّذِي سَمَّاهُ اللهُ شِرْكاً، وَاتَّخَاذَهُمْ أَرْبَاباً ، لَا أَعْلَمُ بَيْنَ الْمُفَسِّرِينَ فِي اخْتِلَافاً وَالحَاصِلُ: أَنَّ مَنْ رَزَقَهُ اللهُ الْعِلْمَ يَعْرِفُ أَنَّ هَذِهِ المَكاتِيبَ الَّتِي أَتَتْكُمْ، وَفَرَحْتُمْ بِهَا، وَقَرَأْتُمُوْهَا عَلَى العَامَّةِ، مِنْ عِنْدِ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ تَظُنُّونَ أَنَّهُمْ عُلَمَاءُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: (وَكَذلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيُّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحَى بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا) إِلَى قَوْلِهِ: وَلِتُصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ) الآية [الأنعام: ۱۱۲-۱۱۳] لَكِنْ هذَهِ الآيَاتُ وَنَحْوُهَا عِنْدَكُمْ، مِنَ العُلُوْمِ الْمَهْجُوْرَةِ.

"Dan di antara dalil syaikh al-Islam (Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah: "Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah", [At-Taubah: 31] Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam dan para imam setelahnya menafsirkan ayat itu dengan yang mereka sebut fiqih, fiqih itulah yang Allah namakan sebagai kesyirikan dan menjadikan mereka (fuqaha) sebagai tuhan.

Aku tidak mengetahui adanya perselisihan pendapat di antara ulama ahli tafsir tentang penafsiran seperti itu. Kesimpulannya barangsiapa yang Allah anugerahkan ilmu, maka ia akan mengetahui bahwa kitab-kitab ini yang datang pada kalian, yang kalian banggakan dan kalian bacakan pada orang awam dari sisi mereka yang kalian anggap sebagai ulama, sebagaimana firman Allah Ta'aala "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia), sampai firman-Nya "Dan juga agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu“. [Al-An'am: 112-113] Akan tetapi ayat-ayat ini dan yang semisalnya menjadi ilmu yang diabaikan di sisi kalian."

📚 Ad-Durar As-Saniyyah 2/59

Sejarawan yang bernama Husain bin Ghannam pengikut syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sekaligus hidup di masanya rela meninggalkan rumah dan sanak familinya demi bertemu dengan Muhammad bin Abdul Wahab,  

ia menceritakan dalam salah satu kitabnya tentang sebab Muhammad bin Abdul Wahhab mengarang risalah yang berjudul "Mufid al-Mustafid bi Kufri Tarikit Tauhid" sebagai berikut;

لم إن الشيخ أَرْسَلَ لأهل العيينة رسالة أَبْطَلَ فِيهَا مَا مَوَّهَ بِهِ سَلَيْمَانُ وَمَا قَالَهُ وَعَطَّلَ فِيهَا كَلَامَهُ وَأَقْوَالَهُ

"Kemudian syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengirim kepada penduduk Uyainah sebuah risalah yang membatalkan dan mematahkan apa-apa yang dituduhkan dan dikatakan Sulaiman (saudara kandung syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) tentangnya."

📚 Raudhah Al-Afkar wa Al-Afham: 1/20

Dalam kitab karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang berjudul "Mufid Al-Mustafid pada halaman 294, 297,"  juga dijelaskan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyebutkan syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab (saudara kandungnya) sebagai seorang Mulhid (kafir).

Husain bin Ghannam bercerita;

وفِيهَا: مقتل سُلَيْمَانَ بن خويطر، وسبب ذلك أنه قيم بلدة حزيْمَلا خَفْيَة، وَهُمْ إِذْ ذَاكَ بَلَدُ حَرْبٍ، فَكَتَبَ مَعَهُ سلَيْمَانُ بن عبد الوهاب إلى أَهْلِ الْعَيْنَةِ كِتاباً، وذكر فيه شبها مزخرفة، وأقاويل مُغيّرة مُحَرَّفَةٌ، وَأَحَادِيثَ أَوْهِيَ مِنْ نتج العنكبوت، وأمره أن يقراها في المحافل والبيوت، وألقى في قلوب أناس من أهل الغيبة، منها خضرة حينة نَسْجِ يَقْرَأَهَا وَالْبُيُؤْتِ، وَأَلْقَى غيرت قلوبَ مَنْ لَمْ يَتَحَقَّقْ بِالْإِيْمَانِ

"Dan pada tahun 1167 terjadi pembunuhan Sulaiman bin Khuwaithir.

Penyebabnya bahwa ia datang ke daerah Huraimala secara sembunyi-sembunyi, saat itu sedang ada peperangan. Kemudian Sulaiman bin Abdul Wahab menulis bersama Sulaiman bin Khuwaithir sebuah kitab kepada penduduk Uyainah. Ia (syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab) menyebutkan banyak syubhat dan ucapan-ucapan yang dikriminitas serta hadits-hadits yang lebih lemah dari sarang laba-laba. Ia memerintahkan kitab tersebut dibaca pada setiap perayaan dan perumahan.

Ia telah melontarkan kepada hati para penduduk Uyainah dengan syubhat-syubhat buruk lagi membahayakan yang mampu mempengaruhi hati-hati orang yang keimanannya lemah."

📚 Raudah al-Afkar wa al-Afham : 1:19-20

Kisah di atas juga dibenarkan pula oleh sejarawannya syiakh Muhammad bin Abdul Wahab yang bernama Utsman bin Bisyr dalam kitabnya "Unwan Al-Majd" tentang adanya perselisihan antara syaikh Sulaiman dan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab;

وفيها قتل سلمان بن خويطر . وذلك أنه لما قدم بلد حريملاء خفية وهي حرب كتب معه سليمان بن عبد الوهاب إلى أهل العيينة كتاباً . وذكر فيه تشبيها على الناس في الدين . فتحقق عند الشيخ أن ابن خويطر قدم العيينة بذلك ، فأمر فقتل ، وأرسل الشيخ رحمه الله إلى أهل العيينة رسالة عظيمة طويلة في تبطيل ما لبس به سلیمان علی العوام ، وأطال فيها الكلام من كتاب الله وسنة رسوله

“Dan pada tahun 1167 H terjadilah pembunuhan Sulaiman bin Khuwaithir. 

Demikian itu terjadi, ketika Sulaiman bin Khuwaithir datang ke daerah 

Huraimala secara sembunyi-sembunyi sedangkan Huraimala sedang ada 

peperangan, maka Sulaiman bin Abdul Wahhab menulis kepada penduduk 

Uyainah sebuah kitab yang berisi syubhat-syubhat agama untuk mengelabui manusia. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab setelah mengetahui Sulaiman bin Khuwathir datang ke Uyainah dengan membawa kitab Sulaiman bin Abdul Wahab, maka syaikh Muhamamad memerintahkan untuk membunuh Sulaiman bin Khuwaithir, maka terbunuhlah Sulaiman bin Khuwaithir. 

Kemudian syaikh Muhammad bin Abdul Wahab membuat kitab tandingan 

yang cukup besar dan panjang untuk membantah apa yang dilontarkan 

Sulaiman bin Abdul Wahhab pada kalangan awam. Syaikh menulis panjang lebar berdasarkan al-Quran dan Hadits“.

📚 Unwan Al-Majd : 1/68

Dari pengakuan sejarawan pengikut syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang dituangkan dalam kitab-kitab karya mereka di atas, sangat jelas dan terang bahwa memang benar adanya perselisihan antara syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan saudaranya yaitu syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab.

Dan benar juga bahwa adanya pertumpahan darah yang dilakukan oleh syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.

Semoga bermanfaat.

Pandangan syaikh Sulaiman (saudara Muhammad bin Abdul Wahab) terhadap kualitas keilmuan Muhammad bin Abdul Wahab

Pandangan syaikh Sulaiman (saudara Muhammad bin Abdul Wahab) terhadap kualitas keilmuan Muhammad bin Abdul Wahab;

Seperti yang telah kami singgung di postingan sebelumnya, syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sampai membunuh pengikut saudaranya syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab.

Namun kali ini kami akan memperlihatkan kepada anda pernyataan dari syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab terhadap adik beliau yaitu syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.

Syaikh Muhamamd bin Abdul Wahab tidak memiliki satu kualitas keilmuan sebagai ulama mujtahid bahkan belum mencapai sepersepuluhnya.

Beliau menuturkan tentang kualitas keilmuan saudaranya dalam kitabnya ash- Shawaiq al-Ilaahiyyah sebagai berikut;

للمسترشد و انما ذكرت هذه المقدمة لتكون قاعدة يرجع اليها فيما نذكره فان اليوم يستنبط من علومهما و لا يبالي من و السنة ابتلى الناس بمن ينتسب الى الكتاب و اذا طلبت منه ان يعرض كلامه على اهل العلم لم يفعل بل يوجب على الناس الاخذ بقوله و بمفهومه و من خالفه فهو عنده كافر هذا و هو لم يكن فيه خصلة كلامه على هذا فراج الله عشر واحدة و مع و واحدة من خصال اهل الاجتهاد ولا و انا اليه راجعون (الامة) كلها تصيح بلسان واحد و مع هذا كثير من الجهال فانا الله لا يرد لهم في كلمة بل كلهم كفار او جهال (اللهم) اهد الضال ورده الى الحق فنقول

"..karena sesungguhnya saat ini manusia mendapat cobaan dengan orang yang menisbatkan dirinya kepada Al-Quran dan Sunnah, menggali hokum ilmu dari keduanya dan tidak perduli dengan orang-orang yang menentangnya.

Jika pendapatnya diperintahkan untuk merujuk pada ulama, ia tidak melakukannya bahkan mewajibkan orang-orang untuk berpegang dengan pendapat dan pemahamannya. Orang yang menentangnya dinilainya kafir, padahal ia tidaklah memiliki satu karakter pun dari karakter-karakter ulama yang mencapai tingkatan mujtahid, bahkan sungguh ia belum mencapai sepersepuluhnya.."

📚 Ash-Shawaaiq Al-Ilahiyyah : 18

Bisa anda temukan tingkah laku pengikut syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ini baik di kehidupan sehari-hari atau di sosmed,

Seolah-olah menjadikan mereka seperti mujtahid karena menganggap diri mereka telah mengikuti Al Qur'an dan Sunnah,

Namun pada nyatanya, apa yang mereka uraikan tidak lebih dari hasil pernyataan ustadz-ustadznya.

Semoga bermanfaat.

Sumber FB : OKD Islami

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ilmu Fiqih Dalam Pandangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®