Perjalanan Imam Bukhari: Framing Jahat Memakan Korban

Perjalanan Imam Bukhari: Framing Jahat Memakan Korban

Perjalanan Imamnya  Bukhari: Framing Jahat Memakan Korban

Framing jahat untuk menjatuhkan orang yang dibenci pernah menimpa kepada Imam Bukhari. Meski nama Imam Bukhari tetap harum sampai hari ini.

Namun, jika kita hidup di Naisabur saat itu, saya tak yakin akan menjadi pembela Imam Bukhari atau ikut-ikutan termakan framing jahat yang ditujukan kepada beliau. Bisa jadi kita termasuk yang membenci Imam Bukhari saat itu.

- Masuk Naisabur Ketika Sudah Jadi Ulama Besar

Setelah pengembaraannya mencari ilmu, meriwayatkan hadis, menulis kitab-kitab, akhirnya Beliau di usia 56 atau tepatnya tahun 250 H, mulai menetap di Naisabur. Beliau mengajarkan ilmu yang telah diperoleh kepada penduduk Naisabur saat itu. Beliau menetap di Naisabur selama 5 tahun, sebelum akhirnya mendapatkan ujian, yaitu dikeluarkan dari Naisabur karena suatu tuduhan tak berdasar.

- Dituduh Berpaham Al-Qur’an Adalah Makhluk

Di zaman Imam Bukhari memang sedang gencar tentang perselisihan Al-Qur’an itu makhluk atau bukan. Tetapi keadaannya berbalik dari zaman Imam Ahmad bin Hanbal, dimana di zaman itu yang mengatakan Al-Qur’an bukan makhluk akan dipenjara. Di Zaman Imam Bukhari, justru yang mengatakan Al-Qur’an itu makhluk akan dianggap sesat.

Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli -tokoh ulama di kota itu dan juga salah satu guru Imam Bukhari- mengatakan kepada murid-muridnya, “Pergilah kalian kepada lelaki salih dan berilmu ini, supaya kalian bisa mendengar ilmu darinya.” 

Setelah itu, orang-orang pun berduyun-duyun mendatangi majelis Imam Bukhari untuk mendengar hadis darinya. Sampai, suatu ketika muncul ‘masalah’ di majelis Muhammad bin Yahya, dimana orang-orang yang semula mendengar hadis di majelisnya berpindah ke majelisnya Imam Bukhari[1].

Sebenarnya, sejak awal, Imam adz-Dzuhli tidak menghendaki terjadinya masalah antara dirinya dengan Imam Bukhari, semoga Allah merahmati mereka berdua. 

Beliau pernah berpesan kepada murid-muridnya, “Janganlah kalian tanyakan kepadanya mengenai masalah al-Kalam. Karena seandainya dia memberikan jawaban yang berbeda dengan apa yang kita anut pastilah akan terjadi masalah antara kami dengan beliau, yang hal itu tentu akan mengakibatkan setiap Nashibi (pencela ahli bait), Rafidhi (syi’ah), Jahmi, dan penganut Murji’ah di Khurasan ini menjadi mengolok-olok kita semua.”

- Dengki Berujung Fitnah

Ahmad bin ‘Adi menuturkan kisah dari guru-gurunya, bahwa kehadiran Imam Bukhari di kota itu membuat sebagian guru yang ada di masa itu merasa hasad/dengki terhadap beliau.

Mereka menuduh  Bukhari berpendapat bahwa Al-Qur’an yang dilafalkan adalah makhluk.

Suatu ketika muncullah orang yang menanyakan kepada beliau mengenai masalah melafalkan Al-Qur’an. Orang itu berkata, “Wahai Abu Abdillah, apa pandanganmu mengenai melafalkan Al-Qur’an; apakah ia makhluk atau bukan makhluk?”.

- Memelintir Jawaban Imam Bukhari untuk Framing Jahat

Setelah mendengar pertanyaan itu, Bukhari berpaling dan tidak mau menjawab sampai tiga kali pertanyaan. Orang itu pun memaksa, dan pada akhirnya Bukhari menjawab,

القُرْآنُ كَلاَمُ اللهِ غَيْرُ مَخْلُوْقٍ، وَأَفْعَالُ العبَادِ مَخْلُوْقَةٌ وَالامْتِحَانُ بِدْعَةٌ.[2]

“Al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Sementara perbuatan hamba adalah makhluk. Dan menguji seseorang dengan pertanyaan semacam ini adalah bid’ah.”

Hal yang menjadi sumber masalah adalah tatkala orang itu secara gegabah menyimpulkan, “Kalau begitu, Muhammad bin Ismail berpendapat bahwa Al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk.”

Padahal simpulan itu bukan perkataan dari Imam Bukhari. Kesimpulan itu diselewengkan dari apa yang disampaikan oleh Imam Bukhari.

Hal itu menimbulkan berbagai persepsi di antara hadirin. Ada yang mengatakan, “Kalau begitu Al-Qur’an yang saya lafalkan adalah makhluk.” Sebagian yang lain membantah, “Beliau tidak mengatakan demikian.” Akhirnya, timbullah kesimpang-siuran dan kesalahpahaman di antara para hadirin.

- Salah Paham tanpa Tabayun

Tatkala kabar yang tidak jelas ini sampai ke telinga adz-Dzuhli, beliau pun berkata, “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk. Barangsiapa yang menganggap bahwa Al-Qur’an yang saya lafalkan adalah makhluk -padahal Imam Bukhari tidak menyatakan demikian, maka dia adalah mubtadi’/ ahli bid’ah. Tidak boleh bermajelis kepadanya, tidak boleh berbicara dengannya. Barangsiapa setelah ini pergi kepada Muhammad bin Isma’il -yaitu Imam Bukhari- maka curigailah dia. Karena tidaklah ikut menghadiri majelisnya kecuali orang yang sepaham dengannya.”

Tak berselang lama, sekitar satu bulan sejak peristiwa itu, maka orang-orang pun bubar  meninggalkan majelis Imam Bukhari kecuali Imam Muslim bin Hajjaj dan Ahmad bin Salamah.

Saking kerasnya permasalahan ini sampai-sampai Imam adz-Dzuhli menyatakan, “Ketahuilah, barangsiapa yang ikut berpandangan tentang lafal -sebagaimana Bukhari, maka tidak halal hadir dalam majelis kami.”

- Sikap Imam Muslim bin Hajjaj

Mendengar hal itu, Imam Muslim mengambil selendangnya dan meletakkannya di atas imamah/penutup kepala yang dikenakannya, lalu beliau berdiri di hadapan orang banyak meninggalkan beliau dan dikirimkannya semua catatan riwayat yang ditulisnya dari Imam adz-Dzuhli di atas punggung seekor onta.

Pada akhirnya, Imam Bukhari pun memutuskan untuk meninggalkan Naisabur demi menjaga keutuhan umat dan menjauhkan diri dari gejolak fitnah.

- Klarifikasi Imam Bukhari

Suatu saat, Muhammad bin Nashr al-Maruzi menceritakan: Aku mendengar dia -Bukhari- mengatakan, “Barangsiapa yang mendakwakan aku berpandangan bahwa Al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk, sesungguhnya dia adalah pendusta. Sesungguhnya aku tidak berpendapat seperti itu.[3]

Hanya saja, orang benci tak butuh klarifikasi. Mereka hanya butuh pembenar dan justifikasi atas kebenciannya.

- Pindah ke Kampung Sampai Sakit dan Meninggal

Beliau pindah dari Kota Naisabur, menuju ke Samarkand, tepatnya di Desa Khartank sekitar 2 farsakh atau sekitar 12 km dari Samarkand. Disana ada saudara dari Muhammad bin Ismail al-Bukhari.

Beliau merasa, cobaan ini sungguh berat. Sampai akhirnya beliau jatuh sakit. Sehingga suatu malam, beliau berdoa kepada Allah ﷻ:

اللَّهُمَّ إِنَّهُ قَدْ ضَاقَتْ عليَّ الأرض بما رحبت فاقبضني إليك[4]

"Ya Allah, sesungguhnya telah sempit bagiku dunia yang sebenarnya luas. Maka ambillah nyawaku"

Beliau wafat pada malam sabtu, bertepatan dengan malam Idul Fitri. Beliau dikebumikan setelah shalat dzuhur pada tahun 256 Hijriah di desa Khartank yang terletak dekat dengan Samarkand, hari ini lebih dikenal dengan Uzbekistan. Umur beliau 62 tahun kurang 13 hari.

- Pahala Mengalir

Hanya saja, sejarah telah berlalu. Kita hanya bisa mengambil pelajaran atas apa yang terjadi dari sejarah. Semoga Allah merahmati semua ulama yang telah mendahului kita, juga muslimin dan muslimat.

Terlepas dari itu semua, saat ini kita lebih mengenal Imam Bukhari daripada Imam adz-Dzuhli.  Jika sekarang sudah tahun 1446 H, berarti sudah 1190 tahun sejak kepergian beliau. Tapi nama beliau masih menghiasai hampir semua kitab dan buku keislaman yang kita baca sampai saat ini. Bayangkan, seberapa banyak pahala yang mengalir kepada beliau.

- Buku Perjalanan 9 Ulama Penulis Hadis8

Alhamdulillah sebagai bentuk usaha mengingat dan meneladani para ulama, khususnya ulama yang menuliskan hadis-hadis yang bisa kita baca kitabnya sampai hari ini, saya menulis buku sederhana dengan judul: Perjalanan 9 Ulama Penulis Hadis, dengan spesifikasi:

- 403 halaman

- B5 17,6x25 cm

- Rp175.000.

Jika berkenan meminangnya, klik aplikasi hijau saja ya, kalo ga salah ada promo bebas ongkirnya:

https://tokopedia.link/HKsmx6BUSPb

Wallahua'lam.

[1] Syamsuddin ad-Dzahabi (w. 748 H), Siyar A'lam an-Nubala', (Kairo: Dar al-Hadits, 1427 H), juz 10, hal. 111

[2] Syamsuddin ad-Dzahabi (w. 748 H), Siyar A'lam an-Nubala', (Kairo: Dar al-Hadits, 1427 H), juz 10, hal. 111


[3] Ibnu Hajar al-Asqalani, Hadyu as-Sari Muqaddimah Fath al-Bari, hal. 658-659

[4] Syamsuddin ad-Dzahabi (w. 748 H), Siyar A'lam an-Nubala', (Kairo: Dar al-Hadits, 1427 H), juz 10, hal. 118 

Sumber FB Ustadz : Hanif Luthfi

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Perjalanan Imam Bukhari: Framing Jahat Memakan Korban - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®