Kisah Agak Panjang
Orang yang Tidak Percaya Wali
Suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jilani bersama kedua temannya, Ibn Syaqqa dan Ibn Asrun sowan Syekh Yusuf al-Hamadzani, satu wali Allah yang besar di masanya.
Sebelum sowan, Ibn Asrun berkata, "Saya mendengar bahwa orang ini doanya dikabulkan, dan saya ingin dari kunjungan ini untuk pergi kepadanya dan meminta agar dia berdoa untuk saya sehingga saya menjadi orang yang paling kaya."
Yang kedua, Ibn Syaqqa menyatakan, "Orang ini tidak memenuhi keyakinan saya dan saya tidak yakin dengannya. Mereka mengatakan tentang dia bahwa dia adalah wali dan sebagainya. Saya akan mengujinya dengan beberapa masalah ilmiah sehingga saya bisa mengungkap kebodohannya dan bahwa orang-orang tertipu olehnya."
Adapun Abdul Qadir al-Jilani berujar "Saya hanya ingin dari kunjungan ini untuk mendapatkan berkah darinya dan agar Allah memuliakan saya dengan dekat dengannya."
Ketiganya masuk ke majelis Syekh Yusuf al-Hamadzani. Setelah masuk, Syekh Yusuf al-Hamadzani memandangi mata setiap tamu yang datang.
Dia melihat kepada Ibn Asrun dan berkata, "Uang akan datang kepadamu di sini," artinya dia akan tenggelam dalam uang.
Dia melihat kepada Ibn Syaqqa dan berkata, "Saya melihat perdebatan di matamu. Mungkin kamu ingin bertanya tentang ini dan itu," Syekh Abu Yusuf langsung menyinggung sejumlah pertanyaan yang belum sampai diajukan dan dia menjawabnya.
Dia melihat kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani, "Ya, kakimu di atas leher wali zamanmu." Beberapa orang mengutip kata-kata ini dari Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tetapi ini sebenarnya adalah kata-kata yang diucapkan oleh Syekh Yusuf al-Hamadzani kepada Abdul Qadir.
Apa yang terjadi kemudian?
Ibn Asrun tenggelam dalam uang. Ibn Syaqqa ini adalah salah satu ulama besar. Namun, ilmunya tidak mendekatkan dia kepada Allah. Menambah ilmu pada orang yang buruk seperti menambah air pada tanaman pare. Semakin banyak air, semakin pahit.
Ya, pada masa itu, Raja Eropa meminta Khalifah Abbasiyah untuk mengirim seorang ulama Islam untuk berdiskusi dengan mereka. Jika yang disampaikan ulama ini ilmiyah, dia akan masuk Islam. Khalifah tidak menemukan orang yang lebih berilmu dari Ibn Syaqqa, jadi dia mengirimnya.
Tentu saja, tujuan Raja Eropa ini bukan untuk berdiskusi. Jika diskusi berjalan dengan baik, Islam pasti akan menang. Ada rencana buruk di balik itu semua. Ada rencana untuk menjebak ulama ini.
Raja memiliki seorang putri yang cantik. Dia memerintahkannya untuk keluar dan menyajikan jamuan sendiri untuknya. Dia menyajikan jamuan dan memperlakukannya dengan baik seperti yang diminta darinya. Semakin perempuan memperlakukannya dengan baik, semakin menjadikan Ibn Syaqa’ tertarik padanya.
Memang Ibn Syaqqa’ menang dalam debat. Sebagai imbalannya, ia meminta untuk diperbolehkan menikahi putri itu. Namun, Raja berkata, "Tetapi kamu bukan dari agama kami, dan ini tidak sesuai."
Karena sudah terlanjur cinta, Ibn Syaqqa mengumumkan kekafirannya demi untuk menikah dengannya. Setelah murtad, ternyata putri tidak jadi dinikahkan dengan Ibn Syaqqa. Tentu saja, mereka tidak menikahkannya dengannya.
Apa akibatnya?
Ibn Syaqqa berkeliaran di negara itu, ia dibuang di jalan dan tidak bisa kembali ke negara asalnya.
Seorang pedagang berkata, "Saya pernah pergi ke negara itu dan saya melihat Ibn Syaqqa ini di pinggir jalan, ya, dia tergeletak. Saya melihatnya dan saya tanyakan, 'Bukankah kamu si ulama ini dan itu? Apa yang membuatmu sampai di sini?'
Dia menjawab, 'Saya tidak tahu. Saya tidak ingat apa-apa dari semua yang telah saya pelajari kecuali ayat ini,
رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ كَانُوا۟ مُسْلِمِينَ
Artinya: Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.
Jika kita merasa nyaman melihat orang-orang saleh, merasa nyaman dengan majelis mereka, ini menunjukkan bahwa Allah ingin membawa kitakepada-Nya karena pintu menuju-Nya adalah bergaul dengan orang-orang saleh, mengenal orang-orang saleh, dan menghilangkan penghalang antara kamu dan mereka."
Imam Syafi'i yang berkata,
احب الصالحين ولست منهم
لعلي أن انال بهم شفاعة
واكره من تجارته المعاصي
وإن كنا سواء في البضاعة
"Saya mencintai orang-orang saleh meskipun saya bukan dari mereka, mungkin saya mendapatkan syafaat dari mereka. Dan saya membenci orang-orang yang perdagangannya adalah dosa meskipun kita memperdagangkan hal yang sama."
Kami sarikan dari Syekh Said Ramadhan al-Buthi
#Kisah #Cerita
Sumber FB Ustadz : Ahmad Mundzir