Hukum Berdoa Di Dekat Makam Nabi dan Orang-Orang Shaleh

Hukum Berdoa Di Dekat Makam Nabi dan Orang-Orang Shaleh

Hukum Berdoa Di Dekat Makam Nabi dan Orang-Orang Shaleh

Ibnu Taimiyah menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada riwayat dari Salafush Shalih bahwa mereka membolehkan berdoa di dekat kuburan. Ia yakin tidak ada dari Salaf yang melakukan hal tersebut. Ia berkata:

[ومن تأمل كتب الآثار وعرف حال السلف تيقن قطعاً أن القوم ما كانوا يستغيثون عند القبور، ولا يتحرون الدعاء عندها أصلاً، بل كانوا ينهون عن ذلك من يفعله من جهالهم]

اقتضاء الصراط المستقيم (۲/ ۲۰۱۰۲۰۰).

"Barang siapa yang mempelajari kitab-kitab atsar dan mengetahui keadaan para salaf, pasti yakin sepenuhnya bahwa mereka (para salaf) tidak meminta pertolongan (istighatsah) di dekat kuburan, dan mereka tidak mengusahakan untuk berdoa di dekat kuburan sama sekali. Bahkan, mereka melarang orang-orang yang melakukannya dari kalangan orang-orang bodoh diantara mereka".

Ia juga berkata:

[فَمَنْ اتَّخَذَ عَمَلًا مِنْ الْأَعْمَالِ عِبَادَةً وَدِينًا وَلَيْسَ ذَلِكَ فِي الشَّرِيعَةِ وَاجِبًا وَلَا مُسْتَحَبًّا فَهُوَ ضَالٌّ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِينَ. وَقَصْدُ الْقُبُورِ لِأَجْلِ الدُّعَاءِ عِنْدَهَا رَجَاءَ الْإِجَابَةِ: هُوَ مِنْ هَذَا الْبَابِ فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ الشَّرِيعَةِ: لَا وَاجِبًا وَلَا مُسْتَحَبًّا؛ فَلَا يَكُونُ دِينًا وَلَا حَسَنًا وَلَا طَاعَةً لِلَّهِ وَلَا مِمَّا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ وَلَا يَكُونُ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا قُرْبَةً وَمَنْ جَعَلَهُ مِنْ هَذَا الْبَابِ فَهُوَ ضَالٌّ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِينَ]

المجموع الفتاوى (٢٧) ١٥٢).

"Siapa pun yang menjadikan suatu amalan sebagai ibadah dan agama, padahal amalan tersebut tidak diwajibkan atau disunnahkan dalam Syariah, maka orang tersebut sesat menurut kesepakatan kaum Muslimin. Mengunjungi kubur dengan tujuan berdoa di sana dengan harapan dikabulkan, termasuk dalam kategori ini. Karena hal ini tidak ada dalam Syariah, baik sebagai kewajiban maupun sunnah. Maka, perbuatan ini bukan bagian dari agama, kebaikan, ketaatan kepada Allah, bukan merupakan perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah bukan pula termasuk amal saleh. Bahkan, tidak dapat dianggap sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. Siapa pun yang menganggap perbuatan ini sebagai ibadah, maka dia sesat menurut kesepakatan kaum Muslimin."

Dalam teks pertama tersebut, Ibn Taimiyah menegaskan bahwa Salafush Shalih tidak pernah melakukan doa di kuburan, bahkan melarang orang yang melakukannya dari kalangan mereka yang bodoh yang kurang memahami agama.

Pada teks yang kedua, Ibn Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa yang meyakini bahwa mengunjungi kubur dengan tujuan berdoa di sana sebagai suatu perbuatan yang wajib atau dianjurkan, maka dia sesat menurut kesepakatan kaum Muslimin.

Dan secara umum, kami yakin bahwa pernyataan Ibn Taimiyah tersebut identik dengan keyakinan Wahhabi kontemporer. Bahkan, Wahhabi melangkah lebih jauh dengan menganggap orang yang berdoa di dekat kubur orang-orang saleh sebagai musyrik. Mereka menganggap bahwa orang yang berdoa kepada Allah di dekat kuburan orang-orang saleh tersebut sebenarnya berdoa kepada penghuni kubur atau menyekutukan penghuni kubur dengan Allah. Ini tidak benar dan merupakan tuduhan besar.

Kami menegaskan di sini bahwa pernyataan Ibn Taimiyah dan pengikutnya menyimpang dari kebenaran dan bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh Salafush Shalih dan Imam-imam Islam.

Menurut semua ulama sebelum Ibn Taimiyah, disunnahkan bagi orang yang berdoa untuk memilih tempat dan waktu yang diharapkan mendapat ijabah (pengabulan) dari Allah. Di antara tempat-tempat yang diharapkan mendapat ijabah (pengabulan) adalah kuburan orang-orang saleh, karena tempat tersebut dianggap sebagai taman-taman surga. Apakah doa di sembarang tempat sama dengan doa di taman surga?.

Bagaimana mungkin tidak disyari'atkan untuk memperbanyak berdoa kepada Allah di dekat makam Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat yang mulia, ahli baitnya yang suci, atau makam ulama besar seperti Abu Hanifah, Malik, Al-Laits, Asy-Syafi'i, Ahmad bin Hanbal, dan lainnya dari aimmat al huda?.

Dan yang menunjukkan ketidakjujuran Ibn Taimiyah dan pengikutnya dalam masalah ini adalah klaim mereka tentang keharamam dan kesyirikan berdoa di dekat kubur, padahal terdapat banyak dalil yang menjelaskan masalah ini. Dalil-dalil tersebut sangat mengejutkan mereka, maka mereka sengaja mengabaikannya. Berikut beberapa contoh:

[عن عبيد الله بن عبد الله بن عتبة ، قال : رأيت أسامة بن زيد ، عند حجرة عائشة يدعو وفي لفظ: يصلي، فجاء مروان فأسمعه كلاما ، فقال أسامة : أما إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن الله يبغض الفاحش البذيء]

رواه ابن حبان في (صحيحه) (١٢ / ٥٠٦)، برقم (٥٦٩٤)، والطبراني في (الكبير) (١٦٦/١)، برقم (٤٠٥)، وحسنه الصياء المقدسي في (المختارة) (١٠٥/٤)، عند رقم (١٣١٦)، وقال الهيثمي في (المجمع) عند حديث رقم (١٢٩٥٤) رواه أحمد والطبراني في (الكبير) و(الأوسط) بأسانيد، وأحد أسانيد الطبراني رجاله ثقات.

"Dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, dia berkata: "Aku melihat Usamah bin Zaid berdoa (dalam lafadz lain:Shalat) di dekat hujrah Aisyah (Kubur Nabi ﷺ). Lalu Marwan datang dan mengucapkan kata-kata (tidak sopan) kepadanya. Maka Usamah berkata: 'Aku benar-benar mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah murka kepada orang yang berperilaku keji dan berlidah kotor."

Seorang sahabat agung, Usamah bin Zaid, berdoa di dekat makam Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Marwan memprotesnya dan berbicara kasar. Sahabat tersebut menjawab: 'Allah murka kepada orang yang berperilaku keji dan berlidah kotor.

Tindakan yang dilakukan oleh Wahhabi saat ini mirip dengan metode Marwan bin Al-Hakam yang menentang perbuatan para salafnya, bukan mengikuti manhaj para sahabat yang mulia. Contohnya, diriwayatkan bahwa Sayyidina Usamah berdoa di dekat hujrah Sayyidatina Aisyah (Kubur Nabi ﷺ). Dan riwayat ini telah disahihkan oleh Imam Ibn Hibban, Imam Adz-Dhiya Al-Maqdisi, dan Al-Hafizh Al-Haytsami.

[وروى الدارمي بسند رجاله ثقات عن أبي الجَوْزَاءِ أَوْسِ بْن عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قُحِطَ أَهلُ المدينةِ قَحطًا شديدًا فشَكَوا إلى عائشةَ رضيَ اللَّهُ عنها فقالت انظُروا قبر النَّبي صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فاجعلوا منهُ كُوًى إلى السَّماءِ حتَّى لا يَكونَ بينَه وبينَ السَّماءِ سقفٌ ففعلوا فمُطِروا مَطرًا حتَّى نبتَ العشبُ وسمِنتِ الإبلُ حتَّى تفتَّقتْ منَ الشَّحمِ فسمِّيَ عامَ الفتقِ]

سنن الدارمي / باب ما أَكْرَمَ اللهُ تَعَالَى نَبِيَّهُ ﷺ بَعْدَ مَوْتِهِ (۲۲۷/۱)، برقم (۹۳).

Diriwayatkan oleh Darimi dengan sanad yang dipercaya, dari Abu Al-Jauza' Aus bin Abdullah, dia berkata: "Penduduk Madinah mengalami paceklik karena mengalami kekeringan yang parah. Mereka mengadukan hal ini kepada Aisyah. Dia menjawab: Pergilah ke kubur Nabi ﷺ, buatlah tempat terbuka di sana sehingga tidak ada penghalang atap antara makam dan langit.' Mereka melaksanakan perintahnya, lalu turunlah hujan yang lebat hingga rumput tumbuh dan unta-unta gemuk karena banyak makan. Tahun itu disebut 'Am Al-Fatq (Tahun Kelimpahan)."

Riwayat ini menjadi dalil dan persetujuan Imam Darimi tentang disyari'atkannya bertawassul dengan kemuliaan Nabawi dan berdoa di dekat makamnya yang mulia setelah wafatnya. Apakah Imam Darimi menjadi musyrik pemuja kubur karena ini?

[وروى الإمام مالك في [الموطأ] عن عبد الله بن دينار أن سيدنا عبد الله بن عمر بن الخطاب كان إذا أرادَ سفرًا، أو قدم من سفر جاء قبر النبي - صلى الله عليه وسلم -؛ فصلى عليه، ودعا ثم انصرف. قال محمد: هكذا ينبغي أن يفعله إذا قدم المدينة: يأتي قبر النبي - صلى الله عليه وسلم -.]

موطأ مالك / باب قبر النبي ﷺ، وما يستحب من ذلك (ص ٣٣٤)، برقم (٩٤٨)

Imam Malik meriwayatkan dalam kitab Muwatta', dari Abdullah bin Dinar, bahwa Sayyidina Abdullah bin Umar bin Khattab apabila ingin bepergian atau kembali dari perjalanan, selalu mengunjungi makam Nabi Muhammad ﷺ, lalu bershalawat atasnya, berdoa, kemudian pergi. Muhammad berkata: "Inilah yang seharusnya dilakukan saat tiba di Madinah yaitu mengunjungi makam Nabi Muhammad ﷺ."

Perhatikanlah perbuatan Sayyidina Ibn Umar ketika mengunjungi Makam Nabi, sebagaimana dalam riwayat: Dia mendatangi makam Nabi ﷺ, lalu bershalawat atas Nabi ﷺ , berdoa, kemudian pergi.

Menurut Ibn Taimiyah dan Wahhabi, Sayyidina Ibn Umar Radhiallahu anhu adalah sesat dan menyesatkan karena Beliau mengusahakan untuk berdoa di dekat Makam Nabi yang mulia.

[وروى أبو نعيم في ترجمة سيدنا طلحة بن عبيد الله قال: «حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بن محمد، حدثنا أبو بَكْرٍ ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ، قَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالْفَضْلِ إِذَا همَّ أَحَدُهُمْ بِأَمْرٍ قَصْدَ إِلى قَبْرِهِ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَدَعَا بِحَضْرَتِهِ فَيَكَادُ يَعْرِفُ الْإِجَابَةَ، وَأَخْبَرَنَا مَشَائِحُنَا بِهِ قَدِيما أَنَّهُمْ رَأَوْا مَنْ كَانَ قَبْلَهُمْ يَفْعَلُهُ] 

معرفة الصحابة لأبي نعيم (١٠٠/١)

"Abu Nuaim meriwayatkan dalam biografi Sayyidina Talhah bin Ubaidillah: Abdullah bin Muhammad, menceritakan kepada kami bahwa Abu Bakr bin Abu Ashim berkata: 'Saya melihat sekelompok ulama dan orang-orang shaleh, ketika salah satu dari mereka mengalami kesusahan dengan suatu urusan, mereka mendatangi makam Talhah bin Ubaidillah, memberi salam, dan berdoa di hadapannya. Ia segera mengetahui doanya dikabulkan. Guru-guru kami mengabarkan tentang hal ini dahulu bahwasannya mereka telah melihat generasi sebelum mereka melakukannya".

[وروى ابن النجار عن عوسجة قال: كنت أدعو ليلة إلى زاوية دار عقيل بن أبي طالب التي تلي باب الدار، فمر بي جعفر بن محمد يريد العريض معه أهله، فقال لي: أعن أثر وقفت هاهنا؟ قلت: لا، قال: هذا موقف نبي الله صلى الله عليه وسلم بالليل إذا جاء يستغفر لأهل البقيع.]

الدرة الثمينة في أخبار المدينة (١/ ١٦٩).

Ibnu Najjar meriwayatkan dari 'Awsajah berkata: "Aku pernah berdoa pada malam hari di sudut rumah Aqil bin Abi Thalib yang dekat pintu rumah, lalu Ja'far bin Muhammad lewat di depanku. Dia bertanya kepadaku, 'Apakah kamu mengerti tentang tempat ini dimana kamu berdiri sekarang?' Aku menjawab, 'Tidak.' Dia menjawab, 'Ini adalah tempat Nabi Allah ﷺ berdiri di malam hari ketika beliau datang memohon ampun untuk penghuni Baqi'."

Dan Ibn Farhun Al-Maliki berkomentar tentang riwayat ini:

[واعلم أن الدعاء عند قبر عبد الله بن جعفر من المواضع المشهورة باستجابة الدعاء، وقد جرب ذلك]

إرشاد السالك إلى أفعال المناسك، (۷۹۱/۲).

"Ketahuilah, berdoa di dekat makam Abdullah bin Ja'far termasuk tempat-tempat terkenal yang mustajab (dikabulkan) doanya, dan hal ini telah dibuktikan melalui pengalaman."

[وثبت عن علي بن ميمون أنه قال: سمعت الشافعي، يقول: «إني لأتبرك بأبي حنيفة وأجيء إلى قبره في كل يوم، يعني زائرا، فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين، وجئت إلى قبره، وسألت الله تعالى الحاجة عنده، فما تبعد عني حتى تقضى]

راجع تاريخ بغداده (١ / ٤٤٥)، أخبار أبي حنيفة وأصحابه (٩٤/١)، الطبقات السنية في تراجم الحنفية (٤٦/١)

Ali bin Maimun meriwayatkan bahwa dia mendengar Imam Syafi'i berkata:"Sungguh Aku untuk bertabarruk dengan Abu Hanifah dan aku mengunjungi makamnya setiap hari. Jika aku memiliki hajat, aku shalat dua rakaat, lalu mengunjungi makamnya dan memohon kepada Allah Ta'ala hajat tersebut didekat makamnya. Tidak lama, hajatku selalu terkabul."

Inilah Imam Syafi'i berdoa kepada Allah di dekat makam Abu Hanifah. Apakah Ibn Taimiyah dan penganut Wahhabi lebih paham daripada Imam Syafi'i? Apakah perbuatan Imam Syafi'i itu bertentangan dan menyekutukan Allah?

[وسئل الإمام أحمد بن حنبل عَمَّن رأى القبر أيقف قائما أو يجلس فيدعو ؟ قَالَ: «أَرْجُو أَن لا يكون بِهِ بَأْس]

رواه ولده أبو الفضل صالح في مسائل الإمام أحمد بن حنبل رواية ابن أبي الفضل صالح (۱/٣٠٩)

Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang orang yang melihat kubur lalu berdiri atau duduk untuk berdoa. Beliau menjawab, 'Saya melihat tidak ada masalah dengannya'.

Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan tidak ada masalah berdoa di dekat kubur, baik untuk si mayit maupun untuk diri sendiri, baik dalam posisi duduk atau berdiri, sebagaimana diriwayatkan oleh putranya.

[وقال الإمام الحافظ شيخ الإسلام إبراهيم الحربي المتوفى ٢٨٥هـ عن قبر سيدنا معروف الكرخي: «قبر معروف الترياق المجرب]

راجع تاريخ بغداد (١/ ١٣٤)، طبقات الحنابلة لأبي يعلى (۳۸۲/۱)، وفيات الأعيان (٥/۲۳۲)، سير أعلام النبلاء (٣٤٣/٩).

Imam Hafiz Syaikh Islam Ibrahim Al-Harbi yang wafat tahun 285 H menyatakan tentang makam Sayyidina Ma'ruf Al-Karkhi: 'Makam Ma'ruf adalah obat yang mujarab dan teruji'.

Al-Hafiz Adz-Dzahabi menambahkan:

[يُرِيدُ إِجَابَةَ دُعَاءِ الْمُضْطَرِ عِنْدَهُ لأَنَّ البِقَاعَ المُبَارَكَةِ يُسْتَجَابُ عِنْدَهَا الدُّعَاءُ، كَمَا أَنَّ الدُّعَاءَ فِي السَّحَرِ مَرْجُو، وَدُبُرَ المَكْتُوبَاتِ وفي المساجد]

سير أعلام النبلاء للذهبي (٣٤٣/٩).

"Maksudnya adalah diterimanya doa orang yang membutuhkan di dekat makam tersebut. Sebab, tempat-tempat berkah seperti itu merupakan lokasi yang mustajab untuk berdoa, seperti halnya doa di waktu sahur, setelah membaca Al-Qur'an dan di dalam masjid." 

[وذكر شمس الدين ابن خلكان المتوفى ٦٨١ه في ترجمة محمود بن عماد الدين زنكي الملقب بالملك العادل وسمعت من جماعة من أهل دمشق يقولون: إن الدعاء عند قبره مستجاب، ولقد جربت ذلك فصح، رحمه الله تعالى]

وفيات الأعيان (٥) ١٨٤).

Disebutkan oleh Syamsuddin Ibn Khallikan (wafat 681 H) dalam biografi Mahmud bin Imaduddin Zanki, yang dikenal sebagai Al-Malik Al-Adil: Aku mendengar dari sekelompok orang Damaskus mengatakan bahwa doa di dekat makamnya mustardjab (dikabulkan). Aku sendiri telah mencobanya dan memang benar. Semoga Allah merahmatinya."

Imam Ibn Khallikan meriwayatkan ini dari ulama sebelum Ibn Taimiyyah dan Dia mengakui bahwa doa di dekat makam Mahmud bin Imaduddin Zanki mustajab (dikabulkan), dan beliau sendiri telah membuktikannya.

[وقال الحافظ الذهبي في ترجمة الإمام أبي الفضل التميمي الهمذاني الحافظ المتوفى ٣٨٤هـ : توفي في شعبان سنة أربع وثمانين وثلاث مئة، والدعاء عند قبره مستجاب]

Al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam biografi Imam Abu Fadl At-Tamimi Al-Hamdazni Al-Hafiz (wafat 384 H) berkata:

"Beliau (Imam Abu Fadl At-Tamimi) wafat pada bulan Sya'ban tahun 384 H. Dan doa di dekat makamnya adalah mustajab (dikabulkan)."

Apakah Al-Hafiz Adz-Dzahabi, menurut pendapat Ibn Taimiyah dan Wahhabi, termasuk orang yang sesat dan menyesatkan?.

[ويقول الإمام المقرئ الحاذق شمس الدين ابن الجزري المتوفى ٨٣٣هـ عن قبر الإمام الشاطبي إمام القراءات وقبره مشهور معروف، يقصد للزيارة، وقد زرته مرات، وعرض علي بعض أصحابي الشاطبية عند قبره، ورأيت بركة الدعاء عند قبره بالإجابة رحمه الله ورضي عنه]

غاية النهاية في طبقات القراء (۲) ۲۳).

"Imam Syamsuddin Ibn Al-Jazari (wafat 833 H) tentang makam Imam Asy-Syathibi, imam qira'at berkata: Makam Imam Syathibi terkenal dan dikunjungi banyak orang. Aku sendiri pernah berkali-kali mengunjunginya, dan beberapa teman saya dari kalangan Syathibiyah meminta saya untuk berdoa di dekat makamnya. Aku menyaksikan sendiri berkah berdoa di sana, yaitu dengan doa yang mustajab (dikabulkan). Semoga Allah merahmati dan meridhai beliau."

Apa yang dikatakan oleh penganut Wahhabi kontemporer tentang Imam Syamsuddin Ibn Al-Jazari, imam qira'at? Apakah mereka menganggapnya berada di atas kesesatan dan bid'ah karena menganggapnya sebagai Quburiyyun menyimpang dari ajaran Salaf dan Islam?

Kesunnahan dan masyru'nya (disyari'atkannya) berdoa di dekat kubur orang-orang shaleh adalah sesuatu yang telah disepakati oleh perbuatan Sahabat, Salaf, dan Imam-imam tanpa ada perbedaan pendapat. Bahkan, para ulama juga sepakat tentang hal ini. Namun, kemudian muncul Ibn Taimiyah dan diikuti oleh Wahhabi, yang menggambarkan praktik tersebut sebagai bid'ah, bahkan menyebut pelakunya sebagai musyrik.

Dan siapa pun yang meneliti pendapat Salaf dan Imam-imam tentang masalah ini akan menemukan lebih banyak bukti, yang menunjukkan kesepakatan ulama.

Apa yang kami sebutkan merupakan bukti bahwa Ibn Taimiyah tidak adil dan tidak jujur dalam tulisannya. Wahhabi yang mengikuti pendapatnya telah menyimpang dari jalan yang benar dan metode ilmiah yang diakui. Mereka menggambarkan kebenaran sebagai kesalahan dan kesalahan sebagai kebenaran. Imam-nya pendusta pengikutnya penipu.

Kami memohon kepada Allah Ta'ala petunjuk bagi kami dan mereka. Allah Maha Tinggi dan Maha Mengetahui.

Sumber FB : Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Riau : Aqidah Asy'ariyyah wal Maturidiyyah 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Hukum Berdoa Di Dekat Makam Nabi dan Orang-Orang Shaleh - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®