
Objek gambar ini bukan manusia dan bukan apapun yang ada di dunia ini. Akan tetapi anak kecil pun akan bisa tahu mana bagian yang disebut kepala, tangan, kaki, badan, ekor dan seterusnya dari objek ini. Mengapa demikian? Sebab otak kita mendeteksi adanya kesamaan antara objek ini dengan objek lain yang bisa kita lihat di dunia ini sehingga kita bisa tahu bahwa ini tangannya, ini kepalanya, dan seterusnya meskipun bentuknya sangat berbeda dengan makhluk apapun yang pernah kita lihat.
Apabila kita berbicara tentang melihat Allah, lalu otak anda memprosesnya seperti anda memproses gambar ini, sehingga bila kelak manusia melihat Allah maka anda bisa tahu ini kepalanya, ini badannya, ini tangannya, ini kakinya, dan seterusnya, maka artinya Anda sesat sesesat-sesatnya. Mengapa sesat? Sebab artinya Anda masih mempersepsikan bahwa ada kesamaan antara Allah dengan makhluk yang pernah anda lihat. Ini artinya Anda masih belum mengimani laisa kamitslihi syaiun (tidak ada satupun yang serupa dengan-Nta).
Proses otak yang masih mempersepsikan Allah seperti makhluk, meskipun bentuknya sama sekali tidak mirip dengan apapun, adalah apa yang disebut ulama salaf sebagai aqidah tajsim dan orangnya disebut mujassim. Semua mujassim yang masih bersyahadat dan salat membayangkan Allah punya organ-organ tubuh yang bentuknya berbeda dari manusia ataupun hewan yang ada, tetapi tetap saja ada organnya dan bisa dikenali. Kesesatannya sangat jelas sehingga mereka yang meyakini seperti ini kebanyakan merasa tabu bahkan takut untuk membicarakan isi hati mereka tentang Allah dengan terus terang dan lugas. Tetapi kebusukan ini tetap mereka simpan dalam hati sebab akal sempit mereka membatasi wujud hanya pada hal semacam ini. Kalau kita memakai nalar sesat mujassim, maka objek di gambar ini juga laisa kamitslihi syaiun dong. Pemahaman semacam ini adalah pelecehan terhadap ayat tersebut.
Namun bila anda tidak membayangkan Allah seperti anda memproses gambar ini, sehingga Anda sama sekali tidak membayangkan sosok fisik, susunan organ tubuh, bahkan sesuatu yang terikat ruang dan waktu, maka akidah anda sudah benar. Akidah ini disebut sebagai akidah tanzih, yakni aqidah yang menyucikan Allah secara mutlak dari kesamaan dengan apapun. Ini adalah akidah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, para Sahabat, Tabi'in, Tabiut Tabi'in dan kemudian diajarkan dengan metodologi yang sistematis oleh madrasah Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Dalam kerangka akidah tanzih, bila ada yang bertanya Allah seperti apa?, maka jawabannya tidak seperti apapun. Bila ada yang bertanya bagaimana Dia?, maka jawabannya tidak bagai apapun. Bila ada yang bertanya bagaimana kita membayangkan wujudnya?, maka jawabannya Dia tidak bisa dibayangkan. Yang jelas, Allah itu Maha Kuasa dan Maha Sempurna sehingga akal kita tidak mampu membayangkannya.
Adapun teks ayat dan hadis yang sepintas menggambarkan seolah-olah Allah mempunyai tubuh dan anggota badan, maka itu semua harus dipahami secara metaforis sebab begitulah cara orang-orang Arab memperkenalkan sesuatu yang indah dan sempurna, bukan dalam arti menetapkan fisik, tubuh atau anggota badan bagi Tuhan yang mereka sembah.
Semoga bermanfaat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad