
Klaim Manhaj Salaf: Perdebatan Atsariyah, Hanbali Tulen, dan Kritik Tajsim
Siapa yang Berhak Mengklaim Manhaj Salaf?
Konsep Manhaj Salaf (metodologi generasi awal Islam) adalah klaim tertinggi dalam diskursus keagamaan. Namun, klaim ini sering menjadi sumber perdebatan, terutama antara ulama klasik yang mengikuti Mazhab Hanbali dan kelompok kontemporer yang disebut Salafi Wahhabi. Kelompok terakhir sering menggunakan nama Atsariyah (pengikut atsar atau Hadis) dan Manhaj Salaf untuk mengklaim otoritas tunggal dalam Akidah. Perdebatan ini berpusat pada isu Sifat-sifat Tuhan dan bahaya Tajsim (menyerupakan Tuhan dengan makhluk).
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa Atsariyah Diperebutkan oleh Ulama Hanbali Tulen dan Salafi Wahhabi, meninjau Ulama Salaf versi Wahhabi, dan bagaimana Ulama Ulama Hanabilah Buka Suara Kepada Para Mujassimah.
1. Perang Klaim: Atsariyah dan Hanbali Tulen
Atsariyah adalah kelompok teologi yang menekankan penerimaan Hadis dan Atsar (perkataan Sahabat) secara literal dalam masalah Akidah, terutama Sifat Tuhan, tanpa takwil.
- Atsariyah Diperebutkan: Klaim ini menjadi sengketa sengit. Ulama Hanbali Tulen (klasik), seperti yang diwarisi oleh Imam Ahmad bin Hanbal, adalah Atsariyah sejati. Mereka menolak kalam (filsafat teologi) dan menggunakan metode Tafwidh (menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah) dalam Sifat Mutasyabihat.
- Salafi Wahhabi Kontemporer: Kelompok ini juga mengklaim Atsariyah. Namun, ulama Hanbali tulen menolak klaim ini karena mereka berpendapat bahwa kelompok kontemporer sering melanggar batasan Imam Ahmad. Mereka menafsirkan nash secara literal yang berlebihan (mendekati Tajsim) dan kurang menghormati tradisi fikih Hanbali dalam isu furu'.
- Inti Perdebatan: Perdebatan ini bukan tentang nama, melainkan tentang metodologi: apakah Manhaj Salaf yang benar adalah yang mengarah pada Tajsim atau yang menjamin Tanzih (pemurnian/penjauhan Allah dari sifat makhluk).
2. Kritik Terhadap Definisi Salaf Kontemporer
Definisi Ulama Salaf versi Wahhabi seringkali dikritik karena dianggap membatasi cakupan Manhaj Salaf hanya pada interpretasi tertentu, sementara mengabaikan keragaman ulama Jumhur (mayoritas).
- Seleksi Tokoh: Versi ini cenderung mengutamakan tokoh-tokoh tertentu (seperti Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim) sebagai representasi tunggal Manhaj Salaf, sementara mengabaikan ratusan ulama besar lain dari empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali) yang Akidahnya Asy'ari atau Maturidi.
- Pengabaian Fikih: Kelompok ini sering menyerukan untuk kembali kepada Salaf dalam Akidah, tetapi cenderung mengabaikan otoritas Mazhab Fikih Salaf dalam masalah furu' (cabang), menciptakan inkonsistensi metodologis (Manhaj Salaf hanya di Akidah).
- Kewajiban Aswaja: Ulama Aswaja menegaskan bahwa Manhaj Salaf yang benar adalah metodologi yang komprehensif dan moderat, yang mencakup penerimaan Hadis, tetapi juga menghormati batasan Tanzih dan Tafwidh para Salaf sejati.
3. Perang Melawan Mujassimah
Salah satu alasan mengapa Ulama Ulama Hanabilah Buka Suara Kepada Para Mujassimah adalah untuk membersihkan nama Mazhab Hanbali dari tuduhan Tajsim (antropomorfisme) yang dilontarkan oleh kelompok ekstrem.
- Bahaya Tajsim: Tajsim adalah keyakinan yang menyerupakan Sifat Tuhan dengan Sifat makhluk (misalnya, membayangkan tangan Allah sama dengan tangan manusia). Ini adalah penyimpangan Akidah yang serius.
- Peran Hanbali Tulen: Ulama Hanbali klasik (seperti Abul Wafa Ibn Aqil dan Ibn al-Jawzi) secara tegas menentang para Mujassimah di kalangan mereka sendiri. Mereka berjuang memastikan bahwa interpretasi Hanbali terhadap Hadis Mutasyabihat tetap dalam koridor Tanzih, sesuai dengan metode Imam Ahmad: menerima lafaz tanpa membahas kaifiyyah, bukan menerima kaifiyyah secara literal.
- Inti Pemurnian: Tindakan ulama Hanbali tulen ini menunjukkan bahwa warisan Atsariyah adalah warisan yang menjunjung tinggi pemurnian Tauhid dan sama sekali menolak interpretasi yang mengarah pada penyimpangan Akidah.
Otoritas Ilmu Di Atas Klaim Nama
Kajian ini menunjukkan bahwa otoritas Manhaj Salaf tidak dapat diklaim hanya berdasarkan nama. Warisan Hanbali Tulen adalah warisan yang menolak Tajsim dan menjaga kemurnian Atsariyah melalui Tanzih dan Tafwidh.
Seorang Muslim wajib menimbang metodologi (Manhaj) ulama, bukan hanya klaim nama. Dengan berpegang pada otoritas ulama Jumhur (yang mencakup Atsariyah sejati), kita dapat memastikan Akidah kita terbebas dari ekstremitas Tajsim dan Ta'til.
Sumber : Kajian Ulama