Aspek Aqidah dan Aspek Fiqih
Banyak orang mengalami kebingungan karena tidak bisa membedakan mana aspek aqidah dan mana aspek fiqih. Keduanya bisa terkesan seolah bertentangan, bahkan saling menafikan. Akan tetapi, bila dibedakan dengan tegas mana wilayah aqidah dan mana wilayah fiqih, maka kebingungan itu akan terpecahkan.
Berikut ini contohnya:
- Dalam aspek aqidah, Allah memerintahkan untuk bertawakal. Tetapi dalam aspek fiqih, Allah memerintahkan untuk berikhtiar maksimal.
- Dalam aspek aqidah, Allah memerintahkan untuk meyakini bahwa semua yang terjadi di alam semesta adalah takdir, entah itu baik atau buruk. Dalam aspek fiqih, Allah memerintahkan untuk berbuat yang baik dan meninggalkan yang buruk, serta mempertanggungjawabkan semua hal yang dilakukan secara sadar.
- Dalam aspek aqidah, rezeki itu diatur dan ditentukan oleh Allah. Dalam aspek fiqih, Allah memerintahkan untuk berikhtiar secara maksimal dan menggunakan kaidah-kaidah rasional untuk mencari rezeki.
Aspek aqidah hanya untuk pengetahuan tentang bagaimana mekanisme kerja alam semesta ini di balik layar yang semuanya ditentukan oleh kehendak dan kuasa Allah. Sedangkan aspek fikih adalah aturan yang berlaku untuk manusia dalam kerjanya sehari-hari. Akidah harus diyakini, sedangkan fikih harus dilakukan.
Keduanya punya area pemberlakuan yang berbeda dan tidak boleh dicampur aduk. Bila dicampur aduk, maka akan melahirkan kesimpulan sesat atau aksi sesat. Misalnya:
- Tatkala waktunya bekerja mencari nafkah malah menolak dengan alasan rejeki sudah diatur Tuhan.
- Tatkala waktunya berusaha keras malah diam dengan alasan tawakkal.
- Tatkala melakukan hal yang merugikan malah tidak mau bertanggung jawab dengan alasan itu sudah takdir.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad