Perjuangan Ulama Aswaja dalam Menjaga Kemurnian Teologi Islam

Perjuangan Ulama Aswaja dalam Menjaga Kemurnian Teologi Islam

Membela Pilar Akidah: Perjuangan Ulama Aswaja dalam Menjaga Kemurnian Teologi Islam

Akidah sebagai Fondasi Ilmu

​Di antara seluruh disiplin ilmu Islam, tidak ada yang lebih fundamental daripada Akidah (teologi). Peran ulama dalam menjaga kemurnian akidah adalah jihad (perjuangan) intelektual yang tak pernah berhenti. Sejak masa klasik hingga kini, perjuangan para ulama dalam membela Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) berfokus pada dua hal: mempertahankan pemahaman yang benar tentang sifat-sifat Tuhan dan menyikapi tokoh-tokoh atau sekte yang dianggap menyimpang.

​Artikel ini akan mengupas metodologi teologis utama Aswaja (Asy'ariyah dan Maturidiyah), menelaah perdebatan sentral mereka, dan memberikan panduan otoritatif tentang bagaimana ulama menyikapi isu-isu teologis yang paling sensitif, seperti tafsir sifat Tuhan.

​1. Pilar Teologi Aswaja: Siapakah Al-Asha'irah?

​Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai mayoritas umat Islam, memiliki dua mazhab utama dalam akidah (teologi): Al-Asha'irah (Asy'ariyah) yang didirikan oleh Abu Hasan Al-Asy'ari, dan Al-Maturidiyah.

  • Fungsi: Mazhab-mazhab ini dibentuk untuk membela akidah Salaf (generasi awal) dari pengaruh filsafat asing dan kelompok-kelompok yang menyimpang, seperti Mu'tazilah dan Mujassimah (kelompok yang menafsirkan Tuhan secara harfiah sehingga seolah-olah memiliki bentuk fisik).
  • Metode: Mereka menggunakan dalil naqli (Al-Qur'an dan Hadis) yang dikombinasikan dengan dalil akal (burhan) untuk menjelaskan keimanan secara sistematis, membuat akidah lebih kokoh dan rasional.

​2. Perdebatan Sentral: Sifat Tuhan dan Tafsir Istiwa

​Perdebatan paling krusial dalam sejarah teologi Islam adalah tentang bagaimana memahami ayat-ayat Mutasyabihat (ayat-ayat yang maknanya samar), terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik Tuhan, seperti Istiwa (bersemayam) di atas Arasy.

​Ulama-ulama Aswaja membagi metodologi penyikapan terhadap ayat Mutasyabihat menjadi dua:

​A. Tafwidh (Menyerahkan Makna)

​Metode ini adalah yang paling dominan di kalangan Jumhur Ulama Salaf. Tafwidh berarti meyakini lafaznya (misalnya, Istiwa), namun menyerahkan makna hakikatnya kepada Allah SWT, sambil menafikan kemungkinan bahwa sifat Tuhan sama dengan makhluk. Ini adalah metode yang paling hati-hati.

​B. Takwil (Mengalihkan Makna)

​Metode ini banyak digunakan oleh Para Ulama Al-Asha'irah Khalaf (generasi belakangan) untuk menghindari kesalahpahaman umat awam yang bisa jatuh pada Tajsim (menganggap Tuhan berjisim).

  • Contoh Penerapan: Ulama Ahlussunnah yang Mentakwil Istiwa dengan Istaula (menguasai), seperti yang termaktub dalam syair ulama klasik. Takwil dilakukan untuk memastikan akidah umat tetap bersih dari gambaran fisik tentang Tuhan.

​⚠️ Perselisihan: Tafwidh, Ikut Jumhur Ulama atau Ibn Taimiyah

​Dalam isu Tafwidh, muncul perdebatan sengit. Ulama-ulama Aswaja menegaskan bahwa Tafwidh adalah metode Salaf. Namun, ada pandangan kontroversial yang diwakili oleh Ibn Taimiyah dan pengikutnya yang mengkritik metode Tafwidh dan Takwil, serta menyarankan untuk menerima makna literal tanpa mendalaminya (bila kaifa—tanpa bertanya bagaimana), yang sering dianggap zahirnya mendekati Tajsim oleh ulama Aswaja. Perbedaan ini tetap menjadi perdebatan metodologis dalam membela Akidah Aswaja.

​3. Menyikapi Tokoh dan Ajaran Kontroversial

​Perjuangan akidah juga mencakup penentuan sikap terhadap tokoh-tokoh yang ajaran teologisnya dianggap menyimpang.

  • Kasus Ibnu Arabi: Salah satu kasus paling pelik adalah Ibnu Arabi (tokoh sufi besar), yang konsep teologisnya tentang Wahdatul Wujud (kesatuan eksistensi) sering disalahpahami. Fatwa Para Ulama Terhadap Ibnu Arabi terbagi dua:
    1. Mengkritik Keras: Ulama fikih dan mutakallimin (ahli kalam) yang memandang teks-teksnya secara literal menilainya sesat karena dianggap menyamakan Tuhan dan makhluk.
    2. Mempertahankan/Mentakwil: Ulama sufi dan sebagian ulama Aswaja membela, menyatakan bahwa ajaran Ibnu Arabi adalah syathahat (ungkapan ekstatik) dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang mencapai maqam spiritual tinggi, serta teks-teksnya harus ditakwil.

​Perbedaan sikap ulama ini menunjukkan bahwa dalam membela Akidah, mereka sangat berhati-hati, membedakan antara ajaran yang jelas-jelas sesat dengan ajaran yang multitafsir dan memerlukan takwil.

Inti dari Perjuangan Akidah

Perjuangan para ulama dalam membela Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah perjuangan untuk menjaga hati umat agar tidak salah dalam mengenal Tuhan. Metodologi Tafwidh dan Takwil adalah senjata mereka untuk melindungi umat dari Tajsim (Tuhan memiliki bentuk) dan Ta'til (menafikan sifat Tuhan).

​Bagi kita, penting untuk selalu mengikuti Para Ulama Al-Asha'irah dan Jumhur Salaf dalam masalah akidah, karena mereka telah teruji dan diakui dalam mempertahankan akidah Islam yang moderat dan rasional. Dengan memahami metodologi ini, kita akan terhindar dari pemahaman akidah yang kaku dan literal yang rentan memecah belah umat.

Sumber : Kajian Ulama kategori ulama

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Perjuangan Ulama Aswaja dalam Menjaga Kemurnian Teologi Islam - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®