Para Mujtahid Salaf Banyak Yang Melakukan Bid'ah Tanpa Sadar
وَكَثِيرٌ مِنْ مُجْتَهِدِي السَّلَفِ وَالْخَلَفِ قَدْ قَالُوا وَفَعَلُوا مَا هُوَ بِدْعَةٌ وَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ بِدْعَةٌ، إِمَّا لِأَحَادِيثَ ضَعِيفَةٍ ظَنُّوهَا صَحِيحَةً، وَإِمَّا لِآيَاتٍ فَهِمُوا مِنْهَا مَا لَمْ يُرَدَّ مِنْهَا، وَإِمَّا لِرَأْيٍ رَأَوْهُ، وَفِي الْمَسْأَلَةِ نُصُوصٌ لَمْ تَبْلُغْهُمْ.
“Banyak dari para mujtahid, baik dari kalangan salaf maupun khalaf, telah mengatakan dan melakukan sesuatu yang sebenarnya adalah bid‘ah, namun mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah bid‘ah. Hal itu bisa jadi karena hadis-hadis lemah yang mereka sangka sahih, atau karena ayat-ayat yang mereka pahami secara keliru dari maksud sebenarnya, atau karena pendapat yang mereka nilai benar, padahal dalam masalah tersebut terdapat nash-nash yang tidak sampai kepada mereka.”
Eits, ini bukan kata saya, bukan pula pendapat saya, ini kata Ibn Taymiyyah dalam Majmūʿ al-Fatāwā, Juz XIX, hlm. 191.Jangankan tokoh salaf yang biasa, bahkan ulama salaf yang level mujtahid pun masih banyak yang terjatuh pada bid'ah tanpa mereka sadari, katanya. Pengetahuan mereka masih terbatas sebab ada saja nash yang tidak sampai pada mereka sehingga mereka tidak mengetahui. Dengan kata lain, masih lebih ngerti dan lebih komprehensif ilmunya Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ke 7-8 daripada Mujtahid Salaf, begitu maksudnya kalau diucapkan blak-blakan.
Adapun saya mengikuti pendirian para ulama Aswaja yang melihat perbedaan pendapat para mujtahid sebagai perbedaan ijtihad yang layak diapresiasi. Kalau ada dua pendapat yang bertentangan berarti kita mengatakan فيه قولان (tentang itu ada dua pendapat), bukan malah berkata yang benar begini sedangkan yang itu bid'ah. Jadi, judul di atas bukan mewakili pemikiran Aswaja tetapi pemikiran Wahabi-Taimiy
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad