Kelemahan Takwil
Imam Sanusi al-Asy'ari menjelaskan Mazhab ulama Ahlussunah wal Jama'ah tentang beberapa ayat dan hadis yang makna literalnya mustahil bagi Allah, yakni:
1. Tafwidh (memasrahkan makna yang dimaksud pada Allahl. Ini pilihan mayoritas ulama salaf yang asli (bukan salafnya wahabi-taimiy)
2. Takwil (menentukan salah satu makna alternatif yang memungkinkan secara bahasa dan diterima secara akidah). Ini pilihan Imam Haramain dan banyak muta'akhirin
3. Menjadikan masing-masing istilah sebagai sifat tersendiri yang tidak diketahui hakikatnya. Ini adalah pilihan Imam Abul Hasan al-Asy'ari.
Setelah itu, ia menjelaskan bagaimana adab mentakwil sebagaimana berikut:
قلت : والظاهرُ أنَّ مَنِ احتاط ، وعبَّرَ بما يذكرُهُ مِنْ تأويل لذلك المشكل بلفظ الاحتمال ؛ فيقول : يحتمل أن يكون المراد مِنَ الآية والحديث كذا .. فقد سَلِمَ مِنَ التجاسر وسوء الأدب بالجزم بتعيين ما لم يقم الدليل القطعي على تعيينه ، والله تعالى أعلم
"Aku berkata: Dan yang jelas adalah bahwa barang siapa yang berhati-hati, lalu mengungkapkan takwilan hal yang problematik itu dengan ungkapan yang menunjukkan kemungkinan, sehingga ia berkata: 'Mungkin yang dimaksud dari ayat dan hadits ini adalah begini dan begitu'... maka sungguh ia telah selamat dari kelancangan dan dari buruknya adab karena menetapkan secara pasti sesuatu yang tidak ada dalil yang pasti untuk penetapannya. Dan Allah Ta‘ala lebih mengetahui." (As- Sanusi, al-Muqaddimat, 209)
Dalam penjelasan tersebut, Imam Sanusi secara implisit mengesankan bahwa takwil punya kelemahan, yakni menentukan makna spesifik tanpa ada kepastian bahwa makna spesifik itulah yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulnya. Kritik semacam ini ada di banyak kitab Asy'ariyah yang membuktikan bahwa mereka mengakui kelemahan takwil. Hanya saja seperti ulama Asy'ariyah lainnya tegaskan, takwil dibutuhkan ketika berhadapan dengan orang yang akidahnya sakit sehingga jatuh pada tajsim. Ketika terpaksa mentakwil, maka sebaiknya diberi imbuhan kata "kemungkinan" agar tidak jatuh pada posisi yang kurang sopan berani memastikan suatu makna tanpa nash sharih dari Allah dan Rasul.
Agar seimbang saya perlu tambahkan satu hal lagi, meskipun tafwidh adalah pilihan pertama, tapi bukan berarti tafwidh tidak punya kelemahan. Kelemahannya adalah tidak menjadi solusi ampuh pada orang yang akidahnya sakit sebab tafwidh sama saja tidak menjawab apa pun dan tidak mengartikan apapun. Akhirnya dimunculkanlah takwil yang bisa menjelaskan maknanya hingga clear bagi mereka yang ingin kejelasan makna. Adapun pendapat ketiga dari Imam Asy'ari, maka itu jenis tafwidh hanya saja berupa penetapan sifat yang independen bukan merupakan sifat yang masuk kategori sifat lainnya.
Salah satu bukti paling sederhana tapi jelas bahwa Ibnu Taymiyah tidak mengikuti akidah salaf adalah ia menyesatkan tafwidh dan mengasosiasikannya pada tajhil. Tafwidh makna adalah akidah salaf, malah disesatkan.
Semoga bermanfaat
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
