Tradisi Bilal dalam Sholat Tarowih

Tradisi Bilal dalam Sholat Tarowih

Tradisi Bilal dalam Sholat Tarowih

Dalam sholat Tarowih ciri khas Warga NU, khususnya. Adalah adanya bilal yang menyela-nyelai antara sholat Tarowih itu sendiri. Hal ini memang tidak pernah dilakukan oleh Rosululloh Saw., sehingga oleh kaum yang selogannya "Kembali pada Qur'an dan Hadits" memvonis tindakan ini sebagai bid'ah.

Bilal Tarowih biasanya membaca dzikir, sholawat dan penyebutkan empat Sahabat besar Rodliyallohu anhum, yaitu: Kholifah Abu Bakar, Kholifah Umar bin Khottob, Kholifah Utsman bin Affan dan Kholifah Ali bin Abi Tholib.

Bukan tanpa dasar dan alasan, tradisi bilal Tarowih ini dilakukan oleh Muslim Nusantara atas dasar alasan dan dalil yang di antaranya adalah:

1. Guna membedakan antara Aswaja dan Syi'ah, yang tentunya kaum Mujassimah juga.

2. Anjuran untuk memisah antara satu sholat dan sholat yang lainnya yang hukumnya adalah sunnah.

3. Mengenalkan kepada umat Muslim bahwa  ada Kholfa'urrosyidin yang berjumlah 4.

4. Menambah pahala dzikir.

5. Agar sesuai dengan nama sholat "Tarowih" yang artinya santuy, rehat dsb.

Kesunnahan dalam melakukan sholat yang berturut-turut adalah dengan berpindah tempat, baik dari Masjid ke rumah atau dari satu tempat ke tempat yang lainnya dalam satu Masjid, yang mana hal ini akan kerepotan untuk direalisasikan saat menjalankan sholat Tarowih berjama'ah. 

Jika berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dilakukan, maka dicukupkan dengan berbicara. Dan ini sudah mencukupi dengan adanya bilal yang menyerukan dzikir dan penyebutan nama Sahabat Nabi Saw. 

Referensi:

Syarah An-Nawawi Ala Muslim:

فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَنَا بِذَلِكَ أن لا نوصل صلاة حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ 

Karena Rasululloh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal itu kepada kami yaitu "Janganlah suatu sholat disambung dengan sholat lain, kecuali setelah kita berbicara atau keluar dari masjid’.”

فِيهِ دَلِيلٌ لِمَا قَالَهُ أَصْحَابُنَا أَنَّ النَّافِلَةَ الرَّاتِبَةَ وَغَيْرَهَا يُسْتَحَبُّ أَنْ يَتَحَوَّلَ لَهَا عَنْ مَوْضِعِ الْفَرِيضَةِ إِلَى مَوْضِعٍ آخَرَ وَأَفْضَلُهُ التَّحَوُّلُ إِلَى بَيْتِهِ وَإِلَّا فموضع آخر مِنَ الْمَسْجِدِ أَوْ غَيْرِهِ 

Hadits ini menjadi dalil pendapat ulama kita bahwa sholat Nafilah Rowatib atau yang sholat sunnah lainnya disunnahkan untuk berpindah dari tempat melakukan sholat fardlu ke tempat yang lain. Yang paling utama adalah berpindah ke rumahnya, jika tidak, maka ke tempat yang lain dari  Masjid atau yang lainnya.

لِيُكْثِرَ مَوَاضِعَ سُجُودِهِ وَلِتَنْفَصِلَ صُورَةُ النَّافِلَةِ عَنْ صُورَةِ الْفَرِيضَةِ 

Agar supaya banyak tempat-tempat sujudnya dan supaya memisahkan bentuk sholat sunnah dari sholat Fardlu. 

وَقَوْلُهُ حَتَّى نَتَكَلَّمَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْفَصْلَ بَيْنَهُمَا يَحْصُلُ بِالْكَلَامِ أَيْضًا وَلَكِنْ بِالِانْتِقَالِ أَفْضَلُ لِمَا ذكرناه والله أعلم

Lafadz hadits "Sampai kita berbicara" menjadi dalil bahwasanya memisahkan antara satu sholat dan sholat yang lainnya sudah bisa hasil juga dengan cara berbicara, akan tetapi berpindah tempat lebih utama, berdasarkan keterangan yang sudah disebutkan tadi. Wallohu A'lamu.

[النووي ,شرح النووي على مسلم ,6/171]

Al-Majmu' syarah Muhadzzab:

رَوَاهُ مُسْلِمٌ " فَهَذَا الْحَدِيثُ هُوَ الْمُعْتَمَدُ

Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dan hadits ini adalah hadits yang Mu'tamad.

[النووي، المجموع شرح المهذب، ٤٩٢/٣]

Al Majmu' Syarah Muhadzab:

قال أصحابنا فإن لم يرجع إلى بيته وأراد التنفل في المسجد يستحب أن ينتقل عن موضعه قليلاً لتكثير مواضع سجوده

“Ulama madzhab kami mengatakan, apabila seseorang tidak langsung pulang ke rumahnya (setelah shalat wajib) dan ingin shalat sunah di masjid, dianjurkan untuk bergeser sedikit dari tempat shalatnya, agar memperbanyak tempat sujudnya.”

(Fathul Mu'in: Maktabah syamilah.)

ويندب أن ينتقل لفرض أو نفل من موضع صلاته ليشهد له الموضع حيث لم تعارضه فضيلة نحو صف أول فإن لم ينتقل فصل بكلام إنسان.

Disunnahkan berpindah tempat dari tempat sholatnya untuk melakukan sholat fardlu atau pun sholat sunnah, agar supaya tempat tersebut bersaksi, sekiranya tidak bertentangan dengan keutamaan sholat, seperti shoff awal. Jika tidak berpindah tempat maka pisahkan dengan berbicara dengan orang.

[فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين ,page 129]

(I'anah Tholibin: maktabah syamilah.)

(قوله: ويندب أن ينتقل) أي المصلي مطلقا، سواء كان إماما أو مأموما أو منفردا.

(Qouluhu:disunnahkan untuk berpindah) yakni disunnahkan bagi orang yang sholat, secara mutlak, baik imam, makmum atau pun orang yang sholat sendirian. 

(قوله: لفرض أو نفل) أي لأجل صلاة فرض أو نفل.وقوله: من موضع صلاته متعلق بينتقل.أي يندب أن ينتقل من الموضع الذي صلى فيه إلى موضع آخر يريد أن يصلي فيه فرضا أو نفلا

(Qoulu: untuk fardlu atau sunnah) yakni untuk melakukan sholat fardlu atau sholat sunnah. Qouluhu: dari tempat sholatnya, maksudnya redaksi ini masih bersangkutan dengan berpindah tempat tadi, yakni disunnahkan berpindah dari tempat yang digunakan untuk sholat pada tempat yang lain untuk melakukan sholat fardlu atau sunnah.

ويكره ملازمة المكان الواحد لغير الإمام في المحراب، أما هو فلا يكره له، خلافا للسيوطي

Makruh menetapi satu tempat bagi selain imam dalam mihrohbnya. Adapun imam yang sholat dalam mihrobnya, maka tidak dimakruhkan. Lain halnya dengan pendapat  Imam As-Suyuthi

[إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢١٩/١] 

Sumber FB Ustadz : Nur Fuad Asy-Syaiban

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Tradisi Bilal dalam Sholat Tarowih - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®