Bukan Salah Tanah Suci ?
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Ia disucikan bukan untuk mensucikan orang yang melintas diatasnya tetapi sebagai pelajaran bahwa hakikat kesucian itu diraih sejauh mana kita mendekatkan diri kita kepada yang maha suci.
Tanah suci hanya sebagai pengingat bahwa sesama makhluk tak mampu mensucikan, tetapi hanya sebagai sarana untuk memperbaiki diri, jika dimanfaatkan dengan baik maka ia akan memberikan kebaikan kepada kita, dan sebaliknya jika disia - siakan maka tanah suci tak akan mampu memberi pengaruh sedikit pun, sebagai mana abu lahab dan abu jahal lahir, besar dan mati di tanah suci.
Kesucian tanah suci mengajarkan kepada kita, jangan pernah merasa suci, karena merasa suci bentuk keangkuhan dan kesombongan, karena tanah yang suci saja diinjak injak, apalagi manusia yang merasa suci, akan diinjak - injak oleh para malaikat di akhirat kelak.
Getaran tanah suci akan terasa di kalbu jika datang ke tanah suci dengan niat suci dan tujuannya hanya satu untuk mendekatkan diri kepada yang maha suci.
Tetapi jika di hati masih bersemayam karat - karat dunia maka tanah suci bagaikan kerak - kerak bumi, yang hanya dihiasi oleh fasilitas mewah tanpa rasa, karena standarnya masih biji mata kepala, bukan mata hati.
Terlahir di tanah suci tidak ada jaminan menjadi manusia terbaik apa lagi manusia suci, karena ia lahir bukan dari perut bumi yang suci, tetapi dari manusia yang penuh salah dan dosa, maka sangat amat naif, jika telah sampai ke tanah suci merasa sudah disucikan.
Hakikat kesucian bukan pada tempat, karena tempat Allah sucikan, agar manusia memuliakan yang mensucikannya, dengan rangkaian ibadah, kalau hakikat kesucian itu terletak kepada tanahnya, maka cukup berguling - guling di atas tanah, tetapi nyatanya tidak, disuruh melakukan rangkain ibadah berupa tawaf, sai , dan potong rambut.
Ke tanah suci bukan sebagai standar kesucian diri, bukan pula pertanda hati mereka telah suci, sungguh tidak, karena hati itu terbolak balik, kadang lurus dan kadang lebih sering bengkoknya.
Jangan pernah berpikir, jika sudah sampai ke tanah suci maka akan menjadi baik, jangan sama sekali, karena hakikat kebaikan itu pada anggota tubuh, pada hati dan pada tangan yang bersedekah, jika di tanah suci tidak angkat takbir lima kali sehari semalam maka sama saja bohong, mungkin tanah suci bisa dibohongi tetapi pemilik tanah suci maha melihat.
Betul tanah suci menjanjikan pahala berlipat ganda yang melimpah ruah, itu hanya untuk hati yang ikhlas suci untuk yang maha suci, tetapi jika hati masih berpaling kepada yang lain, maka pahala yang melimpah tersebut bagaikan debu di atas batu, terbang ketika diterpa angin, karena sifat riya, sum'ah dan ujub.
Jangan pernah katakan kepada mereka yang sudah berkali kali ke tanah suci, percuma sudah pergi ke tanah suci tetapi perangai masih seperti dulu, karena bukan tanahnya yang salah tetapi hati yang belum mampu dikuasai dengan baik.
Jika tanah suci tak mampu membantu kita untuk lebih baik, bukan berarti tanah sucinya yang salah tetapi kita ke sini dengan niat yang salah.
Kata pemandu wisata museum bustan syafi di madinah, jika tanah suci tak mampu memperbaiki diri kita, maka ke tanah mana lagi yang akan kita tuju, lalu hati saya mengatakan bukan tanah nya yang salah tetapi manusianya yang salah arah.
Madinah, Minggu 23 Februari 2025
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa