Dalil Ijma' dari al-Quran
Dalam perspektif al-Imam al-Syafi'i
Al-Baihaqi dalam kitab al-madkhal berkata:
Abu Abdullah al-Hafizh memberitahukan kepada kami, ia berkata: Aku diberitahu oleh Abu Abdullah az-Zubair bin Abdul Wahid al-Hafizh al-Asadabadi, ia berkata: Aku mendengar Abu Sa'id Muhammad bin Aqil al-Firyabi berkata: "Al-Muzanni atau Ar-Rabi' berkata:
Suatu hari kami sedang berada bersama Imam Asy-Syafi’i antara waktu Zuhur dan Ashar di sisi ruang terbuka di suffah, sedangkan Imam Asy-Syafi’i ketika itu sedang bersandar, entah di tiang atau yang lainnya. Tiba-tiba datang seorang lelaki tua berpakaian sederhana, mengenakan jubah wol, sorban wol, sarung wol, dan memegangi tongkat.
Ketika lelaki tua itu datang, Imam Asy-Syafi’i segera berdiri, merapikan pakaiannya, dan duduk dengan sikap hormat. Lelaki tua itu mengucapkan salam dan duduk. Imam Asy-Syafi’i pun menatapnya penuh hormat dan takzim."
Kemudian lelaki tua itu berkata kepada Imam Asy-Syafi’i: "Aku ingin bertanya."
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Silakan bertanya."
Lelaki tua itu bertanya: "Apakah yang menjadi hujjah (dalil) dalam agama Allah?"
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Kitabullah (Al-Qur'an)."
Lelaki tua itu bertanya lagi: "Lalu apa setelah itu?"
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Sunnah Rasulullah ﷺ."
Lelaki tua itu bertanya lagi: "Lalu apa setelah itu?"
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Ittifaqul ummat (kesepakatan umat)."
Lelaki tua itu bertanya lagi: "Dari mana kamu mengatakan bahwa ittifaqul ummat (ijma') adalah hujjah?"
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Dari Kitab Allah."
Lelaki tua itu bertanya lagi: "Di -ayat- mana dalam Kitabullah?"
Imam Asy-Syafi’i pun terdiam sejenak untuk merenung. Kemudian lelaki tua itu berkata:
"Aku memberimu waktu tiga hari tiga malam. Jika dalam waktu itu kamu tidak dapat mendatangkan dalil dari Kitabullah tentang ijma’, maka bertaubatlah kepada Allah."
Imam Asy-Syafi’i tampak berubah wajahnya karena mendengar hal itu. Kemudian ia pergi dan tidak keluar selama tiga hari tiga malam.
Pada hari ketiga, di waktu yang sama (antara Zuhur dan Ashar), Imam Asy-Syafi’i keluar menemui kami. Wajahnya terlihat bengkak, begitu pula tangan dan kakinya, karena ia sakit. Ia duduk di hadapan kami. Tak lama kemudian, lelaki tua itu datang lagi, mengucapkan salam, dan duduk.
Lelaki tua itu bertanya: "Jawaban pertanyaanku?"
Imam Asy-Syafi’i menjawab: "Baiklah.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسم الله الرحمن الرحيم قال الله.
﴿ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا﴾
(QS. Al-Nisa:115)
Allah tidak akan menghukum seseorang karena menyelisihi kaum mukminin kecuali itu adalah sesuatu yang wajib diikuti."
Lelaki tua itu menjawab: "Engkau benar," lalu ia berdiri dan pergi.
Al-Firyabi menuturkan bahwa Al-Muzanni atau Ar-Rabi’ berkata:
"Setelah lelaki tua itu pergi, Imam Asy-Syafi’i berkata: 'Aku membaca Al-Qur'an sebanyak tiga kali setiap hari dan malam selama tiga hari itu hingga aku menemukan ayat tersebut.'"
قلت إن ثبتت هذه الحكاية فيمكن أن يكون هذا الشيخ الخضر عليه السلام وقد فهمه الشافعى حين أجله واستمع له وأصغى لإغلاظه فى القول واعتمد إشارته وسند هذه الحكاية صحيح لا غبار عليه
Komentarku -al-Imam Tajuddin al-Subki-:
Jika kisah ini benar adanya, maka dapat dikatakan bahwa lelaki tua tersebut mungkin adalah Nabi Khidhr 'alaihis salam. Hal ini dipahami dari cara Imam Asy-Syafi’i menghormatinya, menerima penundaannya dengan tenang, mendengarkan tegurannya meskipun keras, dan mengikuti petunjuknya dengan penuh perhatian.
Sementara itu, sanad kisah ini shahih dan tidak ada keraguan mengenainya.
Sumber FB : Nur Hasim