Agar Tidak Berguru pada Walid dan Tidak Terjebak pada Talbis Iblis (Jebakan Iblis)
Ini sedikit panjang, tapi saya rasa perlu dijelaskan, karena banyak yang akan atau sedang melewati fase ini. Ini karena kebutuhan pada dunia spritual itu menjadi fitrah bagi semua manusia. Jika itu tidak didapatkan diawal fase hidupnya, maka ketika memasuki usia tertentu, seorang manusia akan merasakan pergolakan batin dan kekeringan ruhaniyah, disaat itu dia akan mulai mencari apa yang dinamakan dengan ketenangan spritual. Dan itu fitrah yang dialami manusia.
Bagi umat islam, semuanya mengetahui bahwa umat islam pasti tau bahwa solusinya adalah mengambil jalan tasawuf. Namun satu masalah utama ketika menghadapi masalah ini. Banyak yang bingung harus memulai darimana? Yang bingung ga cuma awam, tapi juga orang alim yang selama ini tidak banyak membaca kitab tasawuf, atau tidak membaca kitab tasawuf pada ahlinya, dia juga merasa asing dengan dunia tasawuf
Ada sebagian yang alim dan jauh dari dunia ini, biasanya akan menghadapi satu masalah, karena kebiasaan membaca, akhirnya memperbanyak bacaan mandiri pada kitab-kitab tasawuf populer, tapi kemudian dia bingung kenapa dia tidak menemukan apa yang dia inginkan, atau yang dia lihat daripada para sufi, dia menemukan banyak ketidakcocokan dengan ilmu yang dia pahami(gharib). Akhirnya membuat dia memasuki dunia tasawuf dengan menjaga jarak.
Itu karena ada kebingungan bagaimana menyatukan ilmu zahir yang selama ini memenjarakan dia dan ilmu tasawuf yang baru dia kunjungi, ini akan membuatnya terjebak selama dalam kekeringan spritual, lalu bermuamalah dengan ilmu tasawuf seperti ilmu zahir, dia akan disibukan dengan perdebatan pada pendapat ulama tasawuf, disibukan pada tahrir dan tahqiq masalah, yang mana akhirnya dia lupa pada tujuan belajar ilmu tasawuf, dan terjebak pada kekeringan spritual didepan kitab tasawuf, dia masuk ke dalam jebakan talbis iblis(jebakan iblis)
Namun itu masih mending, sebagian orang alim, malah jatuh ke masalah lebih parah, dia masuk ke dunia tasawuf secara otodidak, dia pede bisa memahami ilmu tasawuf secara otodidak karena sudah alim dibidang lain, lalu menafsirkan apa yang ada didalam buku tasawuf sebagaimana yang dia pahami, lalu lalai dengan syatahat dan kalam ruhaniyah dalam kitab tasawuf dan terjebak disitu. Kemudian terjadi beberapa peristiwa spritual, dan dia mulai menafsirkan dengan pemahaman otodidaknya, menyamakan apa yang terjadi padanya dengan apa yang dia baca, mulai merasa jadi wali dan punya karamah.
Dia mendapatkan sedikit ruhaniyah, tapi tanpa pembimbing dia salah tafsir atas peristiwa spritual yang terjadi padanya. Itulah awal mula lahirnya para dajjal kecil. Sebagian mereka karena salah tafsir ini, seringkali menemukan guru yang salah, yang juga menyesatkan, karena timbangannya dalam memilih guru adalah pemahaman otodidaknya terhadap buku tasawuf, mereka menganggapnya wali mastur atau majzub secara otodidak. Tidak hanya itu, dengan pemahaman otodidak juga, dia melakukan taslim mutlak(menyerahkan urusan dirinya secara total) pada mursyid palsu tadi.
Setelah itu mulailah main wali-walian, bagi-bagi pangkat wali abdal, ghaust, misi mahdi, dll. Tanpa sadar dia sedang terjebak dalam talbis iblis. Dan kamu tau dimana letak paling mengerikan dari masalah ini? Dia dulunya alim zahir, dan dia punya banyak pengikut, dan orang percaya kalau dia masuk kesitu atas pertimbangan syariat. Dan yang paling bahaya, jika dia dikendalikan oleh mursyid palsu yang dipilih olehnya, tapi tidak alim seperti dia, dimana mudah bagi mursyid palsu itu malakukan pelanggaran aqidah dan syariat. Mereka itulah yang menjadi para "walid"!!. Dan para walid ini kadang bisa melakukan hal khariq, baik dengan sihir atau trik. Makin bahaya keadaan, itulah bentuk talbis iblis
Jika orang alim bisa terjebak sejauh itu, anda bisa bayangkan apa yang terjadi pada awam? Awam juga terbagi menjadi dua, ketika dia melihat kesesatan diatas, mereka akan menyesatkan semua pelaku tasawuf, ini membuatnya sampai mati beragama tanpa ruhaniyah, kering, dan disibukan pada hal-hal ritual zahir, tanpa sisi spritual, cara beragama yang sangat kaku, dia terjebak dalam talbis iblis, yang membuat spritualnya terus kering. Itu menyakitkan, karena dia beragama, tapi kehilangan sisi nikmatnya beragama yang benaran membuat ruh jadi hidup.
Tapi itu masih mending, ada yang lebih parah. Mereka yang salah guru, mereka memilih huru tanpa ilmu, membuat mereka terjebak untuk belajar pada mursyid palsu, karena pada awalnya mendengar para mursyid palsu tentang kalam arifin, mereka merasa mendapatkan siraman spritual yang selama ini begitu kering, karena tidak mereka dapatkan ketika mengaji pada alim zahir, dan mereka merasa, inilah waliyullah yang aku cari, tanpa membedakan yang haq dan batil, tanpa ilmu, mereka langsung menjadikan para dajjal orang jadi mursyid. Mereka inilah yang sering menjadi korban walid, dimanfaatkan oleh wali palsu, dengan alasan taat wali atau taat mursyid
Jika tidak taat maka akan mendapatkan kemalangan dunia akhirat, karena diawal mereka mendapat ketenangan mereka mengira itu adalah jaminan kewalian, akal dihilangkan, syariat dimainkan, dengan alasan makrifat dan hakikat, belum lagi para mursyid palsu tadi menerjemahkan mimpi dan perasaan/hal mereka ketika beribadah dengan mencomot kalam arifin yang dibaca otodidak, makin percaya mereka, ini membuat mereka makin halu dengan cocoklogi, dan mereka sangat susah dinasehati, karena terjebak pada talbis iblis, mereka korban, patut dikasihani, bahkan harus diselamatkan.
Untuk lepas dari jebakan solusinya satu, jangan belajar tasawuf secara otodidak, tapi belajarlah dari para ahlinya, siapa mereka? Mereka adalah yang sudah masyhur mampu mengajar dasar ilmu tasawuf, dikalangan para alim zahir yang punya ruhaniyah kuat(sekali lagi masyhur dikalangan alim, bukan awam), apalagi dia masyhur diantara para ulama besar, jauh lebih aman, kalau bisa lebih dari satu madrasah mempercayai orang tersebut, karena kalau satu dua orang masih bisa salah mengenal.
Pada orang yang direkomendasikan itulah tempat kita belajar dasar ilmu tasawuf, walaupun dia belum level ulama, tapi dia dipercaya mampu mengajar ilmu tasawuf dasar oleh orang terpercaya. Walaupun dia bukan mursyid, tapi dia bukan tamu dalam ilmu tasawuf, tapi orang yang memang pantas dan bisa dipercaya untuk jadi guru tasawuf. Kenapa ga mesti mursyid? Karena ditahap ini tujuan kita bukan langsung bersuluk atau bertariqat, tapi belajar ilmu tasawuf dasar pada ahlinya, agar ketika kita bersuluk mencari guru, kita sudah punya ilmunya, sehingga tidak jatuh dalam talbis iblis.
Bertariqat itu hanya untuk orang yang sudah punya ilmu dasar, bukan awam dari nol. Sebagaimana shalat punya ilmu tentang rukun dan syaratnya yang harus kita ketahui lebih dahulu, bertariqat dan bertasawuf juga sama, bertariqah itu bentuk ibadah, sebagaimana ibadah lain kita harus tau ilmunya dulu sebelum beribadah dengannya, bertariqah juga harus punya ilmu lebih dahulu, ga mesti harus mendalaminya sampai dilevel alim, tapi cukup dasarnya saja, agar tidak terjebak pada talbis iblis, baik pada pengingkaran atau salah praktek.
Sebelum dapat guru aku akan memberi sedikit tips, agar tidak terjebak pada guru yang salah, atau salah bermuamalah pada guru, kita harus memahami beberapa hal dulu sebelum bertariqat, semoga bermanfaat:
Murid ada 3 macam:
1. Murid berkah
2. Murid majazi
3. Murid hakiki
Selain itu murid abtar
Mursyid ada 3 macam:
1. Mursyid majazi(dapat izin am)
2. Mursyid kamil
3. Mursyid akmal
Selain itu mursyid mudda'i atau bahkan dajjal saghir
Adapun taslim mutlaq(selama tidak melanggar ijma) dalam masalah dunia dan akhirat, ini hanya berlaku untuk murid haqiqi pada mursyid akmal.
Adapun murid haqiqy atau mursyid kamil, mereka hanya taslim tam di wilayah sair wa tarbiyah, bukan di masalah dunia wal akhirah.
Begitu juga murid majazi pada mursyid akmal dan mursyid kamil, taslimnya juga dibatasi diwilayah sayr dan tarbiyah, adapun masalah dunia hanya untuk musyawarah. Tidak mesti ikut seratus persen. Kalian lebih tau urusan dunia kalian
Diluar yang disebut diatas, maka hubungan guru dan murid hanya sebatas untuk istifadah, musyawarah dan mengambil berkah. Bukan suluk dan sayr hakiki. Ga ada taslim mutlak
Intinya lihat dlu posisi kita sebagai murid, dan posisi guru yang kita temukan, jangan langsung taslim sembarangan, jangan pula mengingkari sembarangan. Semoga tips diatas bisa sedikit membuat kita lebih hati-hati dalam berguru, apalagi taslim pada guru. Selebihnya bisa belajar pada guru terdekat yang direkomendasikan ulama, lebih bagus lagi ulama masyhur yang mengiyakan, dan sekali lagi jangan otodidak, karena rawan talbis iblis(jebakan iblis). Jika sudah terlanjur terjebak, jangan gengsi untuk keluar, mau sampai kapan salam talbis iblis? Umur kita terlalu pendek untuk itu.
Dan khusus bagi yang terjebak mursyid ngawur, jangan takut keluar dari jebakan itu, jangan takut ditimpa kemalangan, karena mursyid sejati, tidak akan mendoakan keburukan jika ada murid yang menjauh darinya, karena akan mendoakan kebaikan kepada semua muslim, ga peduli murid itu berguru padanya atau orang lain. Jangan juga ketika keluar langsung memusuhi, takutnya dia benenran wali, kita akan terjebak pada "siapa yang memusuhi waliku, aku mengumumkan perang untuknya?", jadi cukup keluar saja agar kita aman.
Jadi bagaimana agar orang ga terjebak? musyawarah dulu dengan ahli ilmu yang bijak, mereka akan menimbang secara syariat apa tindakan yang harus dilakukan secara syariat, jangan sampai kita yang salah paham malah jadi fitnah, dengan begitu kita ga akan terjebak pada fitnah, tidak juga terus berada dibawah arahan walid, biar ahli ilmu yang melakukan tugas mereka, itu tindakan moderat, semoga kita tidak terjebak pada talbis iblis ifrath atau tafrith disini.
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzhagi
