Apa Hukum Suami dan Isteri Berciuman di Siang Ramadhan?

Apa Hukum Suami dan Isteri Berciuman di Siang Ramadhan?

Apa Hukum Suami dan Isteri Berciuman di Siang Ramadhan? 

Saya tertarik untuk menyampaikan jawaban dari sudut pandang Imam Ibnu Hazm Adz Dzahiri. Selamat membaca sebagai tambahan informasi untuk mengasah literasi:

«المحلى بالآثار» (4/ 340):

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: «أَخْبَرَنِي رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ، أَنَّهُ قَبَّلَ امْرَأَتَهُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَمَرَهَا فَسَأَلَتْ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إنَّ رَسُولَ اللَّهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ، فَأَخْبَرَتْهُ امْرَأَتُهُ، فَقَالَ لَهَا: إنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رُخِّصَ لَهُ فِي أَشْيَاءَ، فَارْجِعِي إلَيْهِ، فَرَجَعَتْ إلَيْهِ، فَذَكَرَتْ لَهُ ذَلِكَ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَا أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمُكُمْ بِحُدُودِ اللَّهِ»

“Dari Atho’ ibn Yasar, dia berkata “Seorang lelaki dari kaum Anshor mengabarkan kepadaku bahwa dia telah mencium isterinya pada masa Rosulullah SAW. Dia memerintahkan isterinya untuk bertanya kepada Rosulullah SAW tentang (hukum) hal itu. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya bahwa beliau melakukan hal itu. Maka isterinya menceritakan hal itu kepadanya. Kemudian lelaki tersebut berkata kepada isterinya “Sesungguhnya ada beberapa perkara yang diringankan (khusus) bagi Rosulullah SAW, maka kembalilah kepadanya (untuk bertanya lagi, apakah itu keringanan khusus baginya). Maka dia kembali kepada Rosulullah dan menyebutkan hal itu. Maka Rosulullah SAW bersabda “Aku adalah yang paling taqwa di antara kalian dan paling tahu di antara kalian terhadap batas-batas (hukum) Allah” (artinya itu bukan keringanan melainkan memang sebuah kebolehan yang tidak melewati batas-batas hukum Allah)

«عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ الْمَخْزُومِيِّ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَيُقَبِّلُ الصَّائِمُ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سَلْ هَذِهِ، يَعْنِي أُمَّ سَلَمَةَ، فَأَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ ذَلِكَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَا وَاَللَّهِ إنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَخْشَاكُمْ» .

“Dari Umar ibn Abi Salamah Al Makhzumi, bahwa dia bertanya pada Rasulullah SAW, “Apakah orang berpuasa boleh berciuman?” Maka Rosulullah SAW menjawab “Tanyakan pada orang ini!” Maksudnya adalah Ummu Salamah. Maka Ummu Salamah mengabarkan kepadanya bahwa Rosulullah SAW melakukan hal itu. Umar berkata “Wahai Rosulullah, sungguh engkau telah diampuni apa yang telah berlalu dari dosamu dan apa yang akan berlalu” Maka Rosulullah SAW menjawab “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling taqwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian”

فَهَذَانِ الْخَبَرَانِ يُكَذِّبَانِ قَوْلَ مَنْ ادَّعَى فِي ذَلِكَ الْخُصُوصَ لَهُ عليه السلام؛ لِأَنَّهُ أَفْتَى بِذَلِكَ عليه السلام مَنْ اسْتَفْتَاهُ، وَيُكَذِّبُ قَوْلَ مَنْ ادَّعَى أَنَّهَا مَكْرُوهَةٌ لِلشَّابِّ مُبَاحَةٌ لِلشَّيْخِ؟ لِأَنَّ عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ كَانَ شَابًّا جِدًّا فِي قُوَّةِ شَبَابِهِ إذْ مَاتَ عليه السلام، وَهُوَ ابْنُ أُمِّ سَلَمَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ وَزَوَّجَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِنْتَ حَمْزَةَ عَمِّهِ رضي الله عنه

“Maka dua khabar ini telah mendustakan perkataan orang yang mengaku bahwa berciuman adalah hanya khusus bagi Rosulullah SAW, karena sesungguhnya beliau berfatwa dengan hal itu kepada orang yang meminta fatwa. Dan juga khabar tersebut mendustakan orang yang mengaku bahwa berciuman adalah makruh bagi pemuda dan boleh bagi orang yang tua. Karena sesungguhnya Umar ibn Abi Salamah masih sangat muda ketika Rosulullah SAW wafat, dan dia adalah anak dari Ummu Salamah, ibunda kaum mukminin. Nabi SAW menikahkannya dengan puteri Hamzah RA, pamannya.

«عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ أَهْوَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لِيُقَبِّلَنِي، فَقُلْتُ: إنِّي صَائِمَةٌ فَقَالَ: وَأَنَا صَائِمٌ، فَقَبَّلَنِي» .

وَكَانَتْ عَائِشَةُ إذْ مَاتَ عليه السلام بِنْتَ ثَمَانِ عَشْرَةَ سَنَةً فَظَهَرَ بُطْلَانُ قَوْلِ مَنْ فَرَّقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الشَّيْخِ وَالشَّابِّ، وَبُطْلَانُ قَوْلِ مَنْ قَالَ: إنَّهَا مَكْرُوهَةٌ؛ وَصَحَّ أَنَّهَا حَسَنَةٌ مُسْتَحَبَّةٌ، سُنَّةٌ مِنْ السُّنَنِ، وَقُرْبَةٌ مِنْ الْقُرْبِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى اقْتِدَاءً بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَوُقُوفًا عِنْدَ فُتْيَاهُ بِذَلِكَ

“Dari Aisyah, ibunda kaum mukminin, berkata “Nabi SAW berhasrat untuk menciumku” Maka aku berkata “Sesungguhnya aku berpuasa”, Nabi bersabda “Dan aku pun berpuasa”, kemudian beliau menciumku. Ketika Rosulullah SAW wafat, Aisyah berada pada usia 18 tahun. Maka jelaslah batalnya pendapat orang yang memilah didalam hukum berciuman antara hukum bagi orang yang tua dengan hukum bagi pemuda. Dan batallah pendapat orang yang berkata bahwa berciuman itu makruh. Yang benar bahwa berciuman adalah sebuah perbuatan bagus yang disukai, sebuah sunnah dari sunnah-sunnah, cara mendekat dari cara-cara mendekat kepada Allah, sebagai langkah untuk mengikuti Nabi SAW, dan berhenti pada fatwanya didalam persoalan itu”

Wallahu a’lam. 

Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Apa Hukum Suami dan Isteri Berciuman di Siang Ramadhan? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®